Maumere, Ekorantt.com – Suasana Pasar Tingkat Maumere pada Rabu (24/8/2022) pagi ramai, sama seperti hari-hari lain. Hiruk pikuk para penjual dan pembeli terlihat di setiap sudut pasar.
Di salah satu los pasar, Seli Don Bosko dan Paulina Dovita duduk di hadapan mesin jahit tua untuk mengerjakan baju pesanan pelanggan. Mereka tak menggubris dengan orang yang lalu lalang di depan los, kecuali para pelanggan yang ingin memesan atau mengambil hasil jahitan.
Pasutri yang berdomisili di Waidoko, Kota Maumere ini tidak hanya menerima pesanan jahitan, tetapi juga menjual kain tenun.
Paulina mengisahkan awalnya ia merupakan karyawati di biara susteran di Hokeng. Selama di biara, ia mendapatkan pelatihan menjahit.
Setelah keluar, ia memiliki niat untuk mulai merintis usaha menjahit. Mulanya, Paulina menumpang di kios milik seorang kerabatnya.
Dari situ, wanita kelahiran 1979 ini kemudian mencari tempat baru untuk menjalankan usahanya secara mandiri. Ia mengontrak kios kosong untuk menjalankan usaha menjahit.
Ia memiliki tempat usaha sendiri tiga tahun berikutnya. Itu ia dapatkan setelah melewati proses yang tidak mudah.
“Saya menerima orderan untuk segala macam jahitan,” ujar Paulina.
Paulina dan Seli mengembangkan usaha menjadi secara bersama-sama usai menikah. Mereka mengubah pola usaha yaitu dengan membeli kain tenun dan diolah menjadi berbagai macam kerajinan tangan.
Menurut mereka, tidak banyak orang yang punya keterampilan menjahit. Melalui perencanaan yang matang, mereka membukan usaha dengan nama “Penjahit Erlin”.
Seli bilang, mereka membeli sarung yang dijual para penenun atau siapa saja yang bersedia menjual sarungnya. Lalu, diolah lagi untuk dijadikan baju, tas, dan topi untuk dijual juga di kios tenun tersebut.
Menurut Seli, banyak pengunjung yang datang setiap hari, biasanya hanya sekadar melihat-lihat atau juga langsung datang membeli. Pengunjung yang datang bukan hanya warga lokal saja tetapi juga warga dari luar Maumere bahkan dari negara lain seperti Belanda, Jerman, dan Korea.
Kisaran harga jual tenun tergantung dari motif yang dipilih dan berbeda untuk kategori dewasa maupun anak-anak. Untuk dewasa biasanya dijual dengan harga Rp400 ribu ke atas, sedangkan harga untuk kategori anak-anak dari Rp250-350 ribu.
Seli dan Paulina bisa mendapatkan rezeki sekitar Rp2-3 juta per harinya bila pasar sedang ramai. Namun, jika sepi mereka meraih untung sekitar Rp200-300 ribu per hari dan ada kalanya mereka tidak mendapatkan apa-apa.
Penghasilan ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, khususnya menyekolahkan anak semata wayang mereka yang sekarang duduk di kelas VIII SMP.
Mereka masih kekurangan modal untuk mengembangkan usaha dalam skala yang lebih besar. Tetapi, hal itu tidak mengendurkan semangat mereka untuk tetap menjalankan usaha tenun.
Seli dan Paulina pun berharap agar pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap para pelaku UMKM, baik pelatihan maupun kemudahan dalam mengakses modal usaha.
Anggelina Fransiska Djinyeru