Kupang, Ekorantt.com – Kepala Stasiun Klimatoligi NTT, Rahmattuloh Adji mengatakan, memasuki bulan Oktober 2022, terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan di Provinsi NTT.
Menurut Adji, peralihan musim itu terjadi di beberapa wilayah NTT dari kategori rendah, menengah, sampai tinggi seperti di wilayah Flores bagian barat dan Pulau Timor khususnya di Kabupaten TTS.
“Jadi seperti di wilayah Labuan Bajo atau Ruteng dan Borong di wilayah Flores bagian barat. Kemudian ada juga beberapa wilayah di Pulau Timor di sekitar Soe bahkan telah mengalami curah hujan dalam kategori menegah antara 101-150. Ini dari hasil analisis kami,” ujar Adji kepada wartawan di Kupang pada Senin, 3 Oktober 2022.
Meski beberapa daerah telah memasuki musim hujan, kata Adji, beberapa wilayah di NTT juga mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) dengan kategori sangat panjang yaitu di wilayah Kabupaten Sabu Raijua dan di sebagian Kabupaten Rote Nado dan juga sebagian di Pulau Timor.
Selain kabupaten yang memiliki HTH, wilayah lain di NTT pada umumnya telah terjadi hujan dengan kategori 1-5 hari hujan.
Menurut Adji, awal musim hujan di NTT diprediksi terjadi pada sekitar bulan Oktober hingga November.
Untuk daratan Timor, diperkirakan akan terjadi pada November awal.
Sedangkan wilayah NTT yang terlebih dahulu memasuki awal musim hujan, kata Adji, adalah di Flores bagian barat yakni Ruteng, Kabupaten Manggarai.
“Daerah ini dikenal dengan daerah basah. Ini sekitar Oktober masuk musim hujan Oktober ketiga,” ujarnya.
Sedangkan untuk wilayah daratan Flores lainnya seperti Maumere, Larantuka, dan Lewoleba diperkirakan musim hujan terjadi pada bulan November.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Lecky Koli berharap, para petani dan masyarakat pertanian di NTT untuk selalu mengikuti informasi cuaca dari BMKG dan juga teknik kearifan lokal untuk menghindari gagal tanam.
“Selain menggunakan analisis curah hujan dari BMKG, meminta petani dan masyarakat pertanian agar juga menggunakan kearifan lokal agar tidak gagal tanam dan gagal panen,” ungkapnya.
Patrik Padeng