Mbay, Ekorantt.com – Pemerintah Kelurahan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo bersama Yayasan Puge Figo melaksanakan kegiatan sosial reboisasi mata air Aeapi di RT 10, Wodosambi, Senin (21/11).
“Kegiatan reboisasi kita hari ini bertepatan dengan Hari Pohon Sedunia yang jatuh pada setiap 21 November,” ujar Lurah Nangaroro, Yosef Mosa.
Ia mengatakan kegiatan tersebut berkonsep gotong royong dengan melibatkan masyarakat, para guru, dan siswa-siswa di Kelurahan Nangaroro berjumlah 110 orang.
Sebanyak 250 anakan pohon yang ditanam; 75 anakan pohon gayam, 25 anakan ara, 50 anakan beringin, dan 25 anakan lokon.
“Kami juga menanam 30 anakan pala, 30 pohon petay, dan 15 pohon rambutan. Tanaman perkebunan ini kami tanam di kebun warga sekitar mata air,” kata dia.
Ia menjelaskan reboisasi tersebut bertujuan untuk melindungi sumber mata air demi meningkatkan debit sebagai kebutuhan hidup sosial masyarakat setempat.
“Ini adalah inisiasi program strategi Kelurahan Nangaroro dan Yayasan Puge Figo. Yayasan itu menyuport anggaran pemeliharan ratusan anakan tadi,” terang Yosef.
Nantinya, ia menambahkan, reboisasi akan dilakukan pada momentum hari pohon sedunia pada tahun berikut di mata air Aetela di RT 014, Kodidewa. Selanjutnya, akan dilakukan reboisasi dua mata air tersisa yang menjadi sumber kehidupan 3.083 jiwa di Kelurahan Nangaroro.
Kepala Divisi Reboisasi Yayasan Puge Figo Raimundus Minggu menuturkan kegiatan konservasi mata air tersebut sebagai upaya untuk mempertahankan debit air di wilayah Nangaroro. Masyarakat setempat menyepakati perlu pengkayaan penanaman sejumlah anakan konservasi.
“Kita peduli terhadap kawasan mata air dengan menanam dan menjaga kelestarian flora maupun habitat fauna seperti spesies burung sebagai satu ekosistem ekologi mata air,” kata Raimundus.
Ia menyatakan kegiatan konservasi tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Pohon Sedunia (Word Tree Day) yang berkolaborasi dengan bulan bakti gotong royong di tingkat Kelurahan Nangaroro.
Pada momentum itu, pihaknya mengkampanyekan kepada mitra dan masyarakat untuk peduli terhadap alam dengan meluangkan waktu satu hari hijau dalam setahun.
Dalam kegiatan itu juga, Yayasan Puge Figo mendorong pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup agar menyediakan payung hukum sebagai bentuk perlindungan kawasan mata air terhadap penggembalaan ternak dan perlindungan fauna khusus burung.
Sehingga payung tersebut sebagai media kontrol terhadap penggunaan senapan angin yang setiap saat mengganggu habitat burung.