Mbay, Ekorantt.com – Wakil Bupati Nagekeo Marianus Waja menyatakan kegiatan pelatihan pada bidang pariwisata yang dilaksanakan secara terus menerus tidak saja hanya untuk memenuhi output (hasil), melainkan dampak atau impact dari output.
“Jangan hanya output harus ada outcome. Saya tunggu di outcome-nya,” ujar Marianus saat membuka pelatihan Pemandu Ekowisata di Hotel Sinar Kasih Mbay, Senin.
Marianus menegaskan hal ini karena menurutnya banyak potensi atau daya tarik wisata di Kabupaten Nagekeo yang perlu dipromosikan secara luas.
Ia menyatakan Kabupaten Nagekeo memiliki banyak potensi wisata alam dan beragam wisaya budaya. Marianus menyebut ada 31 atraksi tinju adat di Nagekeo yang sudah jadwalkan oleh pemerintah.
“Turis kita diarahkan dari Labuan Bajo dan seluruh hingga ke Alor, supaya mereka datang ke NTT bisa seminggu bahkan lebih. Kita harus bisa membuat orang kalau tidak datang ke Nagekeo itu merasa rugi,” kata dia.
Karena itu ia berharap agar peserta pelatihan Pemandu Ekowisata dapat mengembangkan diri setelah selesai kegiatan pelatihan. Wabup Marianus bahkan mendorong peserta supaya bisa menghasilkan sesuatu untuk diri sendiri.
“Pemerintah dan masyarakat merasa rugi kalau pulang dari sini tidak berbuat apa-apa. Minimal, para peserta bisa membuat dulu untuk diri sendiri,” kata Marianus.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparkraf) Nagekeo Silveseter Teda Sada menjelaskan pelatihan Pemandu Ekowisata merupakan salah satu dari delapan tema pelatihan yang dialokasikan dari dana alokasi khusus (DAK) non fisik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI sejak 2019.
Para peserta yang terlibat dalam delapan tema pelatihan berjumlah 840 orang, kata Silvester.
Sebelumnya, Disparkraf Nagekeo telah memberi pelatihan tujuh tema lainnya yakni dua tema wajib ialah tata kelola destinasi dan home stay. Kemudian pelatihan pemandu wisata alam (tracking), pemandu wisata budaya, pengelolaan kebersihan, pengelolaan toilet, dan sajian kuliner.
“Dan hari ini ialah pemandu ekowisata. Kita fokus pada wisata mangrove di wilayah pesisir utara Flores yang menjadi potensi atau daya tarik wisata alam,” ujar Silvester.
Kegiatan itu sebagai upaya pemerintah untuk mendorong peserta agar mencintai alam sekaligus melestarikan hutan bakau. Para pemandu diharapkan bisa mempromosikan daya tarik susur bakau kepada wisatawan. Dengan itu, wisawatan bisa menikmati perjalanan di tengah bakau.
Kepala Bidang Kelembagaan SDM Pariwisata Nagekeo Primus Daga menyebutkan sebanyak 50 peserta dari 18 desa yang diutus mengikuti pelatihan tersebut.
Kegiatan itu akan dilaksanakan selama tiga hari (5-7 Desember) diakhiri dengan atraksi praktek lapangan sebagai pemandu wisata hutan mangrove sekaligus menanam bakau di lokasi objek wisata Mangrove Marapokot.
Sedangkan narasumber pelatihan Pemandu Ekowisata akan diberikan oleh DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi NTT.