Mbay, Ekorantt.com – Perjuangan Afia Ida (33) patut diacungkan jempol. Meski belum mengikrar janji nikah, ia rela merawat kekasihnya yang menderita lumpuh.
Ida telah menghabiskan waktu selama delapan tahun merawat kekasihnya Kristoforus Boro (35) atau Brian yang menderita lumpuh akibat kecelakaan.
Istilah cinta tak dipandang dari fisik tampaknya cocok disematkan kepada pasangan asal Desa Pagomogo, Nagekeo ini.
Brian mengalami lumpuh semenjak musibah kecelakaan menabrak sebuah dump truk di Nangamboa, Kabupaten Ende pada 2015 silam. Ia adalah seorang guru yang baru mengajar empat hari di SDI Tuanio, Desa Pagomogo, sebelum kecelakaan.
Brian ingat persis waktu kecelakaan bertepatan hari ulang tahun kekasihnya, Ida, tepatnya 20 April 2015.
“Seingat saya kecelakaan sekitar jam tujuh malam. Hari yang sama saat ulang tahun dia (Ida),” ujar Brian.
Selain keluarga, Brian berharap usaha menyembuhkan tulang pinggul dan sendi datang dari inisiatif Ida. Hal itu terbukti kesetiaan pasangannya merawat hingga sekarang.
Setiap hari, Brian hanya berdiam diri di gubuk itu. Kedua kakinya mengecil. Kakinya lemah akibat saraf terjepit. Bangun, duduk, lalu tidur lagi.
Ida membantunya saat ke kamar mandi atau saat hendak ke kamar WC. Ia sudah berusaha menyembuhkan kekasihnya sejak kecelakaan baik secara non medis maupun medis.
Secara medis, dokter mengimbau Brian dirawat di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo yang fokus melayani keluhan seputar tulang dan sendi.
“Tapi kami tidak punya uang banyak,” kata Ida.
Pasangan ini mulai jatuh cinta sejak SMA di Maumere, Kabupaten Sikka. Brian menempuh pendidikan di SMK St Yohanes 23 Maumere sedangkan Ida di SMA Sint Gabriel. Keduanya mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Flores sebelum menikah.
Pasangan ini berkomitmen untuk terus memperbaiki hidup keluarga lewat jalur pendidikan. Brian adalah lulusan dari Pendidikan Guru SD Universitas Flores pada 2014, sementara Ida lulusan sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2015.
“Waktu kecelakaan saya sedang susun skripsi,” ucap Ida.
“Kami berjanji selesai sarjana fokus kerja dulu, lalu bisa menikah. Tapi semua berubah.”
Kini, Ida terus merawat Brian, sambil bekerja di sebuah tempat usaha foto kopi di Desa Nangadhero, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo.
Keduanya tinggal di sebuah gubuk bambu, milik pengusaha foto kopi. Keputusan tinggal bersama di situ agar Ida lebih mudah mengontrol dan merawat Brian.
Brian hanya berbaring di tempat tidur. Tidak bisa berjalan sama sekali. Ia hanya menggunakan tongkat ketiak kruk bila ke kamar mandi. Itu pun dibantu Ida.
Meski kondisi ekonomi mereka sempit dari upah karyawan usaha foto kopi yang pas-pasan, Ida masih terus berupaya memulihkan kesehatan Brian. Ia sangat mencintai kekasihnya meski dengan kondisi lumpuh.
“Keluarga saya pernah menolak Brian. Mereka khawatir dengan kehidupan saya ke depan,” ucap Ida.
“Tapi saya keberatan, saya masih mencintai Brian.”
Pernah pada suatu kesempatan, Brian berkata ke pasangan untuk mencari pria lain bila tak bertahan dengan kondisi kesehatan yang dialaminya.
“Tapi dia menolak,” ucap Brian.
Ingin Menikah dan Berusaha
Brian dan Ida sudah serius untuk mengikrarkan janji nikah dan mengurus adat sesuai dengan budaya di Nagekeo. Dua keluarga besar sudah berencana mengurus pasangan itu secara adat dan gereja.
“Tapi batal terus karena orangtua laki-laki Ida meninggal dunia. Lalu ada keluarga bangun rumah. Secara adat semua itu tidak bisa berjalan dalam tahun yang sama, itu pemali. Jadi semua rencana batal,” terang Brian.
Tahun ini, keduanya berkomitmen membangun rumah dan usaha bersama di Sorowea, Desa Woedoa, Kecamatan Nangaroro. Pasangan ini sedang berusaha mencari lahan lalu berencana membangun usaha kios dan ATK.
Mereka ingin menata ekonomi terlebih dahulu meski dalam kondisi begitu, kemudian lanjut menikah.
“Kalau sudah ada usaha kios, saya bisa membantu Ida mencari uang. Saya hanya butuh kursi roda untuk aktivitas dalam kios,” tutur Brian.
Sedangkan Ida berencana melamar di sekolah terdekat menjadi seorang guru. Ia dan Brian berjanji memenuhi kebutuhan ekonomi untuk menata kehidupan keluarga ke depan.
“Kami lagi berusaha cari tanah untuk bangun usaha,” kata Ida.
Bupati Nagekeo dr Johannes Don Bosco Do mendorong pasangan ini untuk memiliki lahan sendiri. Dengan itu, pemerintah bisa membantu pemenuhan kebutuhan dasar ekonomi keluarga baik rumah maupun usahanya.
Bupati Don menjanjikan hal ini saat menjenguk Brian bersama Dandim 1625 Ngada Letkol Czi Deni Wahyu Setiawan di sela-sela meninjau program bedah rumah tidak layak huni (RTLH) milik warga kurang mampu di Desa Marapokot.
“Sulit sekali menemukan pasangan yang setia begini. Oleh karena itu, saya harap selesaikan dari tahap ke tahap dulu. Sudah sembuh, cari lahan buat rumah dan fokus usaha,” kata Bupati Don, Kamis malam.