Kupang, Ekorantt.com – Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT Arif Mahmud mengatakan pihaknya saat ini kesulitan mengembalikan buaya hasil tangkapan ke habitat aslinya.
Menurut Arif, kesulitan melepasliarkan kembali 8 ekor buaya hasil tangkapan dikarenakan habitat buaya di Pulau Timor makin sempit.
“Kami belum berencana melepaskan 8 ekor buaya hasil konflik satwa di NTT khususnya di Pulau Timor karena habitatnya sangat sempit. Kalau dilepaskan dikhawatirkan akan menimbulkan konflik baru,” ujar Arif di Kupang, Kamis (16/3/2023).
Selain masalah habitat, Arif berkata bahwa pelepasliaran buaya tangkapan hasil konflik terkendala biaya transportasi menuju ke habitatnya di luar NTT.
Namun demikian, pihaknya sedang berusaha mencari dan mengindentifikasi lokasi-lokasi yang memungkinkan untuk dilakukan pelepasliaran di Pulau Timor atau di luar NTT.
“Sama dengan jenis satwa lain selain buaya. Biasanya, dari Jawa juga ada kiriman ke NTT seperti jenis-jenis burung. Karena kita harus melepaskan di lokasi habitat aslinya,” jelasnya.
BBKSDA mengingatkan warga untuk berhati-hati saat melakukan aktivitas di lokasi yang telah dipasangi papan informasi atau papan peringatan keberadaan buaya.
“Setiap lokasi yang kita identifikasi ada buaya seperti di Rawa Supul di TTS. Kita sudah peringatan juga,” ujar Arif.
Terkait keberadaan dua ekor buaya di Rawa Supul di TTS, pihaknya ingin melakukan evakuasi tetapi warga berkeberatan.
“Saya kurang tahu betul. Kadang masyarakat menganggap buaya sebagai leluhurnya, seperti di Malaka. Mereka menganggap buaya bagian dari leluhurnya,” ucap Arif.