Ruteng, Ekorantt.com – Perumda Tirta Komodo Ruteng menggandeng sejumlah pihak melakukan penanaman 1.000 anakan pohon ara di sekitar mata air Wae Ajang, Kelurahan Bangka Leda, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Kamis, 23 Maret 2023.
Kegiatan ini dalam rangka merayakan hari air dunia bertajuk mempercepat perubahan untuk mengatasi krisis air dan sanitasi.
Turut hadir, Sekda Kabupaten Manggarai, Fansi Jahang, Direktur Perumda Tirta Komodo, Marsel Sudirman, dan RD Inosensius Sutam, dan beberapa warga.
Direktur Perumda Tirta Komodo, Marsel Sudirman menuturkan, mata air Wae Wajang memiliki kapasitas delapan liter per detik. Sementara yang terpakai pelanggan 6,5 liter per detik.
Ia menyebut, para pelanggan tersebar di wilayah Ka, Tuke, dan Perunas. Totalnya 2.500 pelanggan.
“Kalau satu rumah tangga itu empat orang, itu artinya melayani 10.000 jiwa,” ujarnya.
Marsel berujar, jika mata air tidak terawat dan dipelihara, pasti suatu saat akan mengalami kekeringan. Dampaknya, 10.000 orang di Kabupaten Manggarai mengalami kesulitan akses air minum.
Karena itu, salah satu program unggulan Perumda Tirta Komodo adalah menanam1.000 pohon setiap tahun.
“Kegiatan yang dilaksanakan sudah pada titik keenam sejak saya memimpin perusahaan ini pada September 2021,” jelasnya.
Marsel mengibaratkan pohon dan air itu sepasang kekasih. Sehingga semakin banyak pohon yang ditanam pasti muncul sumber mata air baru.
Ia menambahkan, berdasarkan hasil audit Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Perumda Tirta Komodo dinobatkan sebagai perusahaan yang sehat.
Bahkan tahun 2021 menempati urutan pertama perusahaan air minum yang berkinerja baik. Berdasarkan hasil audit keuangan, Perumda Tirta Komodo juga mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
“Ini semua upaya-upaya kita, bukan tanpa dasar tetapi melalui perjuangan. Kita banyak melakukan terobosan, wilayah yang tidak pernah masuk air, kita sudah masuk,” katanya.
RD Inosensius Sutam mengatakan, merawat mata air merupakan tanggung jawab bersama.
Dalam budaya Manggarai, kata RD Inosensius, ada istilah wakak betong asa manga wake nipu tae. Muntung gurung pu’u manga wungkut nipu curup. Tepo betong senggong manga wolo nipu tombo.
“Artinya ini adalah tanggung jawab kita, bahwa air itu dari generasi ke generasi. Dia itu abadi dan kekal. Dan kitalah yang menjadi generasi penjaganya,” jelasnya.
Menurutnya, pohon ara merupakan simbol air, dan dalam budaya Manggarai air adalah jiwa. Maka biarlah pohon ara yang ditanam menjadi rimbun dan besar.
Dalam kitab suci umat Katolik, demikian Romo Inosensius, Yesus sendiri menyamakan dirinya sebagai sumber air hidup. Karena itu air memiliki multidimensi, diantaranya dimensi sosial, kultural, politik, dan spiritual.
Sekda Fansi Jahang mengajak masyarakat ikut menjaga dan berpartisipasi aktif membersihkan sampah yang ada di sekitar mata air.
Menurutnya, jika sampah dibiarkan akan berdampak pada kualitas air minum. Fansi pun meminta kerja sama semua pihak untuk mengimbau masyarakat agar menjaga sumber mata air yang ada
“Kadang kala kita cari gampang. Sampah lepas saja di sekitar mata air,” katanya.
Sejauh pengamatannya, di Manggarai khususnya Kota Ruteng saat ini mengalami kekurangan debit air.
Pemda dan Perumda Tirta Komodo, kata dia, terus berupaya mencari sumber-sumber mata air baru.
“Saya mengapresiasi Perumda Tirta Komodo yang selama ini melakukan pendekatan-pendekatan, sehingga berbagai soal tentang tanah atau lokasi air minum bisa diatasi dengan baik,” tutupnya.