Larantuka, Ekorantt.com – Camat Larantuka, Alosius Riberu melakukan gebrakan baru untuk mencegah stunting dengan sebutan “Satu Oa, Satu Anting”.
“Satu Oa Satu Anting merupakan singkatan dari Satu Orang tua Asuh Satu Anak Stunting,” kata Camat Riberu kepada Ekora NTT, Rabu 29 Maret 2023.
Camat Aloisius bilang, Oa merupakan panggilan khas bagi gadis-gadis di Flores Timur. Sementara anting merupakan perhiasaan yang biasa dipakai oleh gadis-gadis Flores Timur pada kedua daun telinga seorang perempuan.
Itulah sebabnya Aloisius menggunakan kata Oa dan Anting. Sebab dua kata tersebut selain akrab dengan situasi lokal, tetapi juga mudah diingat.
“Supaya lebih muda diingat dan sesuai dengan kedaerahan,” kata Camat Aloisius.
Ia mengatakan, selama ini pemerintah Kabupaten Flores Timur begitu getol memperhatikan stunting baik di tingkat nasional maupun daerah-daerah.
Namun, gerakan itu bukan sebatas gerakan dari pihak pemerintah saja, tetapi juga menjadi gerakan seluruh komponen masyarakat.
“Masyarakat juga harus berperan aktif. Tidak dari pemerintah saja, perlu juga ada kerja sama dan partisipasi dari masyarakat,” jelasnya.
Atas terobosan baru itu, Camat Aloisius berinisiatif menggelorakan kesadaran keluarga-keluarga dan seluruh lapisan masyarakat Flores Timur untuk peduli terhadap persoalan stunting.
“Satu Oa Satu Anting. Satu orang tua asuh untuk satu anak stunting itu berarti mereka (pihak ketiga) bisa membantu dalam bentuk pemberian makanan tambahan, sumbangan dalam bentuk uang dan juga sebagai anak asuh dari orang tua tertentu. Jadi mereka juga perlu terlibat langsung dalam sosialisasi dan juga memberikan peneguhan,” terangnya.
Atas kepedulian itu, Camat Larantuka mengajak siapa saja, baik pihak swasta maupun keluarga-keluarga yang berkecukupan untuk menyisihkan sedikit kelebihannya guna memberikan perhatian kepada anak-anak stunting di Kecamatan Larantuka.
“Tidak selamanya dalam bentuk uang tetapi juga bisa memberikan bantuan telur ayam. Yang terakhir itu Bank NTT membantu 12 Juta. banyak yang memberikan bantuan untuk anak stunting. Baik dari Kepolisian, TNI, pengusaha dan pihak ketiga lainnya. Tapi, seandainya kalau ada kelebihan maka gizi buruk juga bisa dibantu,” imbuhnya.
Ia menggerakkan kepedulian siapa saja untuk anak-anak yang terdampak stunting.
“Tidak melulu finansial, tetapi perhatian dan kasih sayang. Bisa jadi komunitas untuk memberikan peneguhan. Dari dana yang ada kita kasih makan dua bulan. Dan sisa dana yang ada kita juga intervensi,” paparnya.