Lewoleba, Ekorantt.com – Anggota DPD RI Angelius Wake Kako meminta petani di Lembata meningkatkan produktivitas jagung untuk menutupi kekurangan kebutuhan jagung secara nasional.
“Kebutuhan jagung secara nasional 28 juta ton per tahun. Kita kekurangan tiga juta ton atau 3 miliar kilogram,” ujar Angelius saat panen jagung perdana di Desa Aulesi, Kecamatan Ile Ape Timur, Lembata, Sabtu (1/4/2023).
Angelius menyampaikan hal ini karena ia masuk dalam struktur Dewan Jagung Nasional.
Ia menyatakan NTT menjadi satu satu provinsi yang belum tersentuh kemitraan Dewan Jagung Nasional karena faktor minor misalnya jarak.
“Tapi jarak bisa ditutup dengan produktivitasi yang besar. Karena itu, saya minta masyarakat bisa meningkatkan hasil produk jagung,” kata dia.
Salah satu faktor permasalahan saat ini ialah belum adanya kedaulatan masyarakat untuk menentukan harga jagung. Bagi Angelius, harga paling buruk jagung Rp3.500 per kilo itu sudah sangat menguntungkan.
“Jangan omong rugi, saya tidak mau dengar itu. Karena dearah kita sangat bergantung pada pusat,” ujar dia.
“Saya minta pemerintah desa agar panen ini bisa dipasarkan ke Bumdes,” ucap Angelius menambahkan.
Kepala Dinas Pertanian Lembata Kanisius Tuaq menyebut luas lahan tanaman jagung di Kabupaten Lembata berkisar 12 ribu hingga 15 ribu hektare. Sedangkan total produktivitas jagung per tahun mencapai 22 ribu ton.
“Hanya hasil dari setia KK sedikit-sedikit. Jadi agak kurang nampak,” ujar Kanisius.
Salah satu kendala petani jagung yang disebut Kanisius ialah penyediaan bibit jagung yang hanya 22,5 ribu ton atau setara 1.500 hektare. Sedangkan penyediaan luas lahan tanaman di atas 12 ribu hektare.
“Animo masyarakat untuk menanam jagung sangat tinggi. Jadi itu kendala kita di daerah,” kata dia.
Usul Pilot Program Jagung Nasional
Kepala Desa Aulesa, Frederikus Daeng, mengusulkan agar desa itu menjadi pilot program jagung nasional sejalan dengan program desa.
“Di desa kami ini jagung menjadi prioritas satu (P1). Karena per hari ini bisa mendapatkan uang cukup signifikan dengan hanya bekerja 3-4 bulan,” kata Frederikus.
Ia menyebut potensi unggulan yang dikembangkan dalam skala besar yang berkelanjutan di Desa Aulesa dari sektor pertanian. Rata-rata desa yang berpenduduk 582 jiwa itu bergelut pada bidang pertanian.
“Peningkatan produksi jagung yang kami rencanakan ialah dengan optimal lahan tidur. Jagung hibrida sebagai komoditi pasar sedangkan jagung lokal untuk ketahanan pangan lokal,” tutur dia.
Pemerintah desa setempat berkomiten untuk meningkatkan produktivitas jagung hibrida dengan menyiapkan lahan tanam seluas empat hektare.
“Mumpung pak Angelius sebagai Dewan Jagung Nasional, kami minta desa ini menjadi pilot program jagung nasional,” kata dia menandaskan.