Warga Sikka Dianiaya Tiga Oknum Anggota Lanal: Wajah Luka Sobek, Alat Vital Bengkak

Maumere, Ekorantt.com – Warga Kelurahan Nangahure, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Andreas Wiliam Sanda (21) dianiaya oleh tiga oknum anggota Lanal Maumere pada Sabtu (27/5/2023) petang. 

Akibat dari tindakan itu, Andreas mengalami luka sobek dan lebam pada bagian wajah akibat pukulan popor senjata.

Korban juga mengalami luka di bagian punggung, bahkan alat vital bengkak karena disiksa.

Andreas mengaku, dirinya dipukul dan ditendang hingga babak belur oleh tiga orang anggota Lanal Maumere.

“Satu orang yang pakai seragam dinas Lanal itu yang pukul saya pakai tangan dan dengan popor senjata. Sementara dua orang yang pakai pakaian preman pukul saya pakai selang di punggung belakang sampai lebam dan terluka,” kata Andreas.

“Mereka juga suruh saya buka semua pakaian telanjang, lalu suruh saya gosok sendiri dengan balsem satu botol di alat kelamin saya sampai bengkak. Bahkan darah dari pelipis yang menetes di lantai, mereka suruh saya lap dengan bibir,” tambah dia.

Saat dipukul oleh tiga anggota Lanal, kata Andreas, disaksikan langsung oleh orangtua pacarnya. Namun tidak ada satu orangpun yang datang membantu.

Saat dianiaya, ia sempat minta ampun tapi tiga anggota Lanal itu terus memukulnya.

Pengakuan korban itu di rumah orangtuanya di Waturia, Minggu (28/5/2023) sekitar pukul 18.00 Wita, usai dirinya didampingi orangtua dan keluarga menjalani pemeriksaan di Lanal Maumere.

Kronologi Penganiayaan

Andreas menceritakan, penganiayaan terjadi pada Sabtu (27/5/2023) di rumah pacarnya (I) di Patisomba, Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, NTT.

Kejadian itu berawal, ketika dirinya dicari oleh orangtua pacarnya karena diketahui hamil.

Andreas berangkat dari tempat kerjanya di Ritapiret sekitar jam 12 siang menuju pertokoan untuk menemui (I) yang sudah dua bulan tidak berkomunikasi, karena hubungan keduanya dilarang oleh orangtua (I). 

“Saya mau tanya ke pacar saya untuk memastikan, apakah benar dia sudah dua bulan terlambat datang bulan. Lalu saya sarankan untuk melakukan tes kehamilan tapi pacar saya menolak,” kata Andreas.

“Saat kami di pertokoan, bapak pacarnya menelepon. Lalu saya menyarankan untuk pulang ke rumah. Namun pacar saya menolak,” ujarnya..

Kemudian (I) meminta Andreas untuk mengantarnya ke sebuah kos di Misir, Kelurahan Madawat. Tidak lama, orangtua I datang ke Misir, dan langsung memukul Andreas di kepala pakai helm. Andreas juga sempat mendapat tendangan di bagian wajah.

Selanjutnya, Andreas dan pacarnya dibawa ke rumah orangtua I di Patisomba, Kelurahan Hewuli. Saat di rumah, Andreas menyampaikan ke orangtua I, agar ia menghubungi keluarganya untuk mempertanggungjawabkan. Tapi tidak dihiraukan.

Tidak lama berselang, datang seorang anggota Lanal Maumere berseragam dinas lengkap. Dia membawa senjata dan masuk ke ruang tamu. Anggota Lanal itu langsung memukul wajahnya sampai luka memar.

Oknum anggota Lanal itu memukul kepala dan wajahnya dengan popor senapan bahkan menendangnya. Andreas dipaksa mengaku perbuatannya, lalu menuduhnya menggunai-gunai pacarnya tapi Andre bilang tidak. Andreas terus mendapat pukulan.

Setelah itu, oknum anggota Lanal berseragam itu menelepon dua orang rekannya untuk datang ke rumah orangtua I. Tidak lama, keduanya datang pakai pakaian preman.

Kemudian oknum anggota Lanal yang berseragam itu, meminta kedua rekannya untuk membina Andreas. Saat itu juga, Andreas disuruh menanggalkan semua pakaiannya sampai telanjang bulat. 

“Mereka langsung memukul punggung belakang saya pakai selang sampai lebam dan terluka. Bukan cuma itu, mereka juga minta saya sendiri gosok alat kelamin saya pakai balsem satu botol sampai bengkak,” ungkap Andreas.

Usai menganiaya Andreas, ketiga oknum anggota Lanal Maumere itu mengantar Andre pulang ke rumahnya di Waturia.

Orangtua Andreas, Gregorius Wanda dan Irmina Paskrina mengaku kaget melihat anaknya sudah berlumuran darah.

Gregorius mempersilakan ketiga oknum anggota Lanal itu duduk di kursi. Kemudian, oknum anggota Lanal yang berseragam itu menyampaikan kepadanya bahwa masalah Andreas dan I sudah diselesaikan.

“Saya kaget! Masalah apa yang mereka selesaikan, terus mereka ini datang yang satu pakai seragam tentara Lanal dan dua orang temannya pakai preman dalam kapasitasnya sebagai apa? Dan kenapa datang antar anak saya tengah malam?” kata Gregorius kepada wartawan, Minggu, (28/5/2023) di Waturia usai menjalankan pemeriksaan di Lanal Maumere.

Setelah itu, para anggota Lanal pulang. Ibunda Andreas mengalai syok ketika melihat anaknya luka bagian punggung. 

“Malam itu juga, kami langsung ke Polres untuk melapor. Namun pihak Polres Sikka menyarankan untuk melapor ke POM Lanal Maumere. Dan menyarankan ke rumah sakit untuk melakukan visum mandiri,” ungkap Gregorius.

“Di rumah sakit kami menunggu untuk divisum itu sampai jam enam pagi karena pasien banyak. Hasil visum itu belum kami terima karena kata dokter, visum itu harus pihak polisi yang ambil,” tambah dia.

Saat pemeriksaan, Andreas mengalami pendarahan saat kencing akibat perlakuan keji oleh oknum anggota Lanal. Dokter memberinya obat.

Selanjutnya, keluarga Andreas melaporkan ke Danlanal Maumere pada Minggu. Di sana, Andreas diperiksa kembali oleh dokter di Lanal, dan hasilnya pada bagian perut masih sakit. Dokter lalu memberinya obat.

“Pihak Lanal Maumere melakukan pemeriksaan dan mengambil keterangan kepada saya dan juga Andreas,” kata Gregiorius.

Danlanal menegaskan tindakan yang dilakukan oleh tiga oknum anggotanya akan segera diproses karena tindakan ini sudah di luar kemanusiaan.

Kedua orangtua Andreas, dan keluarganya kecewa dan menyesal perlakuan sangat keji yang dilakukan oleh tiga oknum anggota Lanal Maumere terhadap anak mereka.

“Kami berharap agar ketiga oknum anggota Lanal Maumere ini harus diproses sesuai dengan hukum yang berlaku karena tindakan ini sangat tidak wajar dan di luar kemanusiaan,” kata Gregorius.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA