Ende, Ekorantt.com – PT PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur menyalurkan bantuan modal kerja senilai Rp315 juta kepada tiga UMKM untuk mengelola Fly Ash Bottom Ash (FABA).
“Semoga bantuan yang disalurkan saat ini lebih mendorong sirkuler ekonomi pemanfaatan FABA. Sehingga UMKM yang mengelolanya menjadi lebih produktif dan lebih banyak masyarakat mendapat manfaat dari FABA,” kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT, I Gede Agung Sindu Putra, dalam keterangan, Rabu.
Ekonomi sirkular adalah konsep memaksimalkan nilai penggunaan suatu produk dan komponennya secara berulang seperti yang dilakukan oleh PLN terkait dengan pemanfaatan FABA PLTU.
Saat ini FABA telah digunakan sebanyak 17.290 ton untuk bedah rumah sederhana sehat layak huni bagi masyarakat kurang mampu.
Selain itu, pembangunan sarana umum seperti rumah ibadah, pembangunan jalan umum dan prasarana umum lainnya serta perkuatan struktur tanah yang labil di Kabupaten Ende dan Kabupaten Sikka.
Sindu Putra menyatakan bahwa PLN hadir untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kemajuan kehidupan masyarakat melalui penyediaan energi listrik.
Dari limbah energi listrik (FABA) digunakan sebagai bahan baku substitusi bata dinding interlock, paving, kanstin, batako dan material lainnya untuk pembangunan.
FABA, kata dia, juga digunakan mensubstitusi bahan baku kegiatan pemadatan tanah atau perkuatan struktur tanah, substitusi bahan baku pembuatan mortar dan substitusi bahan pembenah tanah, dan manfaat lainnya dari pengelolaan FABA untuk pemberdayaan masyarakat.
“Jadi, ini untuk mendukung pembangunan, kenyamanan aktivitas masyarakat dan mendukung pemerintah dalam pencapaian target-target Sustainable Development Goal’s (SDG’s),” katanya.
Salah satu penerima bantuan modal pemilik UMKM Anamamo Sedagadi, Piet Djata, menyampaikan terima kasih atas kepedulian PLN melalui bantuan yang diberikan kepadanya dan UMKM lainnya di Ende.
“Tentunya akan lebih baik karena bantuan yang disalurkan hari ini berupa modal kerja sangat membantu kami untuk meningkatkan produksi material konstruksi berbasis FABA,” ujar Piet.
Sejauh ini usahanya telah memiliki dua mesin yang memproduksi FABA mencapai 5-10 ton per hari yang bisa menghasilkan 500 hingga 1.000 buah batako.
Dengan bantuan tersebut, kata dia, jumlah produksi semakin meningkat dan akan terciptanya lapangan kerja untuk anak-anak muda usia kerja.