Maumere, Ekorantt.com – Petani di Kabupaten Sikka mengeluh lantaran harga tomat di pasaran terus merosot sejak sebulan terakhir.
Sebelumnya tomat dijual Rp30.000 per kilogram, namun turun hingga Rp1.000 per kilogram.
“Saya jual di pasar satu kantong plastik 15 ribu kilogram dengan harga Rp10 ribu saja tidak ada mau beli,” ungkap Yance Maring, petani muda di Kabupaten Sikka, Jumat 7 Juli 2023.
Yance mengaku mengalami kerugian cukup besar, sebab hasil penjualan didapat tidak cukup menutupi biaya operasional. Terpaksa tomat hasil panen dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
Kondisi ini, ungkap Yance, karena melimpahnya pasokan tomat dari para petani hortikultura. Belum lagi banyak petani sawah yang membudidaya tomat pasca-panen padi.
Yance berharap pemerintah bisa mengatasi anjloknya harga tomat. Ia juga mengusulkan pemerintah membangun industri pengolahan untuk mengantisipasi over produksi
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Sikka, Yoseph Benyamin mengatakan, harga tomat anjlok karena permintaan pasar menurun.
“Kebutuhan masyarakat tidak terlalu besar. Selain itu sektor usaha seperti rumah-rumah makan, restoran dan hotel masih terbatas,” ujarnya kepada Ekora NTT, Senin 10 Juli 2023.
Menurut Benyamin, budidaya tomat di Kabupaten Sikka masih masif. Hampir di semua kecamatan mengampanyekan hortikultura.
“Kita di Maumere tanam tomat serentak, kemudian panen juga serentak. Sehingga over produksi. Nanti ada bulan-bulan tertentu, kita akan kelangkaan tomat, ” ujarnya.
Mestinya, kata dia, dinas terkait bisa mengatur pola tanam, manajemen, dan siklus tanam.
“Kecuali diatur pasca panen itu ada industri pengolahan. Kita belum ada industri pengolahan,” ujarnya.
Benyamin juga mengamini anjloknya harga tomat membuat para petani merugi dan kecewa.
Belum lagi, tambahnya, selain dipasok petani lokal, tomat juga didatangkan dari wilayah lain, seperti Ende, dan Bima.
“Kita tidak membatasi mereka, karena ini perdagangan bebas,” pungkasnya
