Para Penggerak Lokal di Flotim Belajar Meracik Olahan Pangan Lokal

Larantuka, Ekorantt.com – Belasan pemuda yang tergabung dalam Local Champion (penggerak lokal) belajar mengolah pangan lokal bersama mama-mama di Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Rabu, 12 Juli 2023.

Kegiatan yang difasilitasi oleh Yayasan Ayu Tani Mandiri ini berlangsung di kebun milik Lasarus Sura Boruk di Hewa.

Sedikitnya ada tujuh olahan makanan lokal yang diolah yakni Ohu Nome, Ohu Budun, Watar Klaun, Watar Pepin, Lekun, Pelang, dan Kolo.

Masyarakat Hewa menyebut, terdapat belasan makanan lokal yang mulai tergerus zaman akibat beredarnya produk makanan awetan.

Rosa Widin, perempuan adat Hewa mengisahkan, dahulu sebelum padi dan jagung ada, masyarakat mengandalkan ubi-ubian dan beberapa pangan lokal lainnya sebagai makanan pokok.

“Sekitar tahun 70-an, saya makan makanan ini. Ini tradisi kami, sejak masa nenek dan orangtua saya,” ujar Rosa.

Rosa mengaku mengonsumsi pangan lokal selama lebih dari 40 tahun. Makanan tersebut dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan menjamin usia manusia panjang.

“Karena tidak mengandung zat kimia, semua dari alam,” ucap dia.

Novi Lotar, salah satu penggerak lokal Desa Hewa sangat antusias belajar mengolah aneka pangan lokal. 

“Ini semacam hidup di zaman dulu. Semua bahan lokal yang kita olah berasal dari kebun kita,” ujar Novi dengan wajah ceria.

Di sisi lain, Direktur Yayasan Ayu Tani Mandiri, Thomas Uran, menerangkan bahwa pangan lokal dapat memberi manfaat bagi masyarakat untuk menghadapi dampak perubahan iklim.

Ia menjelaskan, perubahan iklim merupakan isu global yang sering dibahas oleh petinggi negara di dunia.

Oleh karena itu, masyarakat terutama anak muda harus peka terhadap isu hangat yang sedang dibicarakan pada level global sebagai upaya antisipasi.

“Saya kira kita di Flotim ini masih banyak makanan lokal yang perlu kita angkat kembali. Masyarakat Hewa perlu mewarisi pangan lokal ke anak muda,” kata Thomas.

Seorang mama di Hewa sedang menampi tumbukan padi dalam pengolahan emping saat praktik lapangan di Hewa, FloresTimur (Foto: Ocha Onan)

Ia mendorong orang muda sebagai promotor untuk mengampanyekan potensi pangan lokal sehingga kesadaran tentang hal itu menyebar semakin luas ke publik.

“Semangat ini harus diperkuat secara terus menerus ke depan,” ucap dia menandaskan.

Dokumentasi dan Narasi Praktik Baik

Untuk diketahui, praktik pengolahan pangan lokal di Hewa dilakukan setelah sebelumnya belasan orang muda itu menerima materi jurnalisme warga untuk menyuarakan isu perubahan iklim.

“Harus bangga dengan pangan lokal kita. Kalau kita ke kota, seolah-olah pangan lokal adalah makanan kelas kedua, padahal tidak. Semua makanan sama, justru pangan lokal justru memiliki nilai gizi tinggi,” ujar Hengky Ola Sura, Redaktur Ekora NTT.

Untuk itu, Hengky menyarankan pemuda setempat mendokumentasi dan menarasikan potensi pangan lokal yang telah diwariskan oleh leluhur.

Ia menegaskan bahwa pangan lokal merupakan makanan utama masyarakat, sebelum hadirnya program swasembada beras oleh pemerintah pada era orde baru.

“Makanan lokal adalah makanan utama kita sejak dulu. Nah, ini perlu kita menulis dan mendokumentasikan secara lengkap. Orang muda di Hewa dan Hokeng harus memulai ini,” kata Hengky.

Emping padi atau bahasa Hewa menyebut Pelang hasil olahan mama-mama Hewa dan pemuda penggerak pangan lokal Flotim (Foto: Ocha Onan)

Senada, Pemimpin Redaksi Ekora NTT, Irenius J. A. Sagur menggarisbawahi pentingnya kampanye pangan lokal di tengah perubahan iklim.

Untuk itu, Irenius mendorong pemuda di Flotim untuk belajar menulis dan menarasikan  kampanye pangan lokal melalui media sosial.

Selanjutnya, para pemuda juga harus melakukan praktik baik di tengah masyarakat seperti menanam pohon dan merawat mata air.

“Secara internal perlu diperkuat. Terutama pangan yang menjadi solusi menghadapi dampak perubahan iklim,” kata Ijas, sapaan Irenius. 

Sehari sebelumnya, jurnalis Ekora NTT Ian Bala dan jurnalis Kompas.com Sandy Hayon memberikan pelatihan fotografi dan videografi di Kantor Yayasan Ayu Tani Mandiri, Desa Hokeng Jaya.

Para peserta fokus belajar tentang teknik pengambilan foto dan video dari sudut pandang jurnalis. Mereka pun mempraktikkan materi, dari pengambilan gambar atau video,  proses editing, hingga publikasi di akun media sosial masing-masing.

Jurnalis Warga: Ocha Onan dan Alen Mulan (Local Champion Desa Hokeng Jaya)

spot_img
TERKINI
BACA JUGA