Larantuka, Ekorantt.com – Suara guntur menggelegar memecah kesunyian Dusun Padang Pasir, Desa Hokeng Jaya, Flores Timur. Dua anak laki-laki mengalami fobia, berlarian, lalu berlindung di bawah pohon.
“Hai manusia perusak, jangan merasa hebat. Bertingkah laku baiklah terhadap bumi ini,” ucap salah satu anak perempuan yang berperan sebagai anak baik.
Ungkapan bernada marah itu muncul setelah dua anak laki-laki tadi merusaki lingkungan alam. Tiga anak perempuan berperan sebagai bunga terkapar. Kaki dan tangan gemetaran. Taman bermain kelinci itu diporak-porandakan, menjadi tidak keruan.
“Saya juga manusia dan ingin hidup aman di bumi ini,” ucap dia lagi.
Teater berjudul ‘alamku indah’ yang ditampilkan 13 anak TK Budi Utomo saat isi acara praktik baik perubahan iklim itu memberi makna dalam. Tampilan itu semacam tamparan kuat terhadap manusia yang acap kali perlakuan merusak lingkungan.
Kepala TK Budi Utomo Padang Pasir, Maria Goreti (50), menuturkan teater tersebut sebagai implementasi pembelajaran enam bidang pengembangan anak kelak beranjak dewasa nanti.
Maria menyebutkan enam bidang tersebut diantaranya, sikap perilaku, sosial emosional, bahasa, kognitif, psikomotorik halus, dan psikomotorik kasar.
“Anak-anak yang tampil tadi sudah sesuai dengan karakter. Mereka berperan berdasarkan sikap keseharian mereka di sekolah,” ujar Maria.
Bila dipadukan dengan enam konsep dasar pengembangan anak sesuai kurikulum merdeka, penampilan anak-anak sudah sesuai dengan keaslian tingkah laku.
Misalnya, dua siswa yang dipilih berperan sebagai manusia perusak dalam teater merupakan anak yang benar-benar aktif di sekolah. Begitupula anak peramah berperan sebagai anak baik saat pentasan.
Secara umum, Maria menerangkan bahwa anak usia dini sangat mudah menunjukkan sikap dan perilaku, sikap sosialistis, komunikasi, tahu diri, sikap kasar, dan seni.
“Teater ini untuk menunjukan sikap anak terhadap orang tua, keluarga, dan masyarakat. Kami menggali dan anak menemukan dirinya sendiri. Itulah konsep dalam kurikulum merdeka,” kata Maria.
Namun, lanjut dia, pengaruh lingkungan terhadap anak sangatlah tinggi. Sehingga, porsi anak untuk meniru menjadi tidak seimbang. Bahkan cenderung anak dibebaskan tanpa ada pengawasan masif oleh lingkungan.
“Sehingga dalam setiap refleksi pembelajaran, kami mengarahkan anak agar tetap menerapkan sikap saling menghargai antarmanusia, termasuk menghargai alam,” kata Maria.
Teater merawat bumi merupakan salah satu mata acara yang diisi murid TK Budi Utomo saat malam hiburan Forum Local Champion Kame Gelekat Lamaholot.
Acara praktik baik masyarakat lokal menghadapi perubahan iklim itu diisi dengan sejumlah tarian kreasi murid dan alumni TK.