Harga Naik saat Stok Beras Aman, Pemprov NTT Klaim karena Gejolak Informasi El Nino

Kupang, Ekorantt.com – Sebenarnya harga beras melambung bukan kali pertama terjadi. Harga salah satu kebutuhan pokok tersebut terus mengalami pasang surut.

Terpantau, mulai awal September 2023 harga beras naik lagi. Situasi pasar yang kian mencekik warga miskin karena harga beras kembali meroket tersebut juga dirasakan pada hampir seluruh wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Di Kabupaten Sikka, misalnya, masyarakat mulai terjepit karena harga beras kian melangit. Berdasarkan hasil laporan Tim Pemantau Harga Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Sikka, Beras Makassar dijual dengan harga Rp13.000 hingga Rp15.000/kg.

Beras Bromo Cap Pandan bahkan sudah mencapai Rp16.000/kg. Sedangkan harga jual per karung 50 kg bervariasi dari Rp650.000 hingga Rp700.000.

Padahal pada bulan Agustus 2023 lalu, menurut pedagang, beras biasanya dijual dengan kisaran harga Rp11.000-Rp13.000 per kilogramnya.

Di Kota Kupang juga demikian. Pantauan Ekora NTT pada Jumat, 15 September 2023,  di Pasar Kasih Naikoten, kenaikan harga beras terjadi sejak awal September 2023.

Beras Lonceng berukuran 20 kg sebelumnya dijual dengan harga Rp275 ribu, kini naik menjadi Rp300 ribu.  Beras Nona Kupang berukuran 20 kg sebelumnya dijual dengan harga  Rp275 ribu, kini naik menjadi Rp300 ribu. Beras Sulawesi berukuran 50 kg sebelumnya dijual seharga kisaran Rp450 ribu sampai Rp475 ribu, kini naik menjadi Rp500 ribu.

Data harga beras (Disperindag NTT)

Pemerintah Provinsi NTT buru-buru memetakan alasan harga beras kembali naik pada awal bulan ini.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTT Nasir Abdullah mengatakan, kenaikan harga beras di pasar bukan disebabkan karena ketiadaan cadangan stok beras. Namun karena efek El Nino

Sekadar informasi, El Nino adalah sebuah fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur yang menjadi lebih hangat dari biasanya. Fenomena alami ini menyebabkan perubahan pola cuaca global, yang berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah di dunia, termasuk di Indonesia.

Menurut Kadis Nasir, akibat El Nino beberapa daerah penghasil beras di luar negeri mengalami gagal panen. Mereka terpaksa menahan cadangan stok berasnya dan tidak bisa diekspor.

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Beberapa wilayah penghasil beras seperti Sulawesi dan daerah lainnya mengalami gagal panen.

Khusus di NTT, kata Nasir, stok beras saat ini mendekati 200 ribu ton. Ia pun mengklaim stok beras ini masih cukup untuk kebutuhan masyarakat selama empat bulan dari September hingga Desember 2023.

Ditambah lagi masih ada stok beras milik Perum Bulog NTT sebanyak 16.000 ton. Kemudian, masih ada sisa produksi April hingga September di NTT. Hingga kini kondisinya belum dipanen para petani.

Nasir mengaku sebanyak 16 ribu ton beras milik Bulog akan tiba di NTT. Artinya, kemungkinan sampai dengan Januari 2024, kebutuhan beras masyarakat masih terkendali dan aman.

Dikatakan, kenaikan harga beras di NTT saat ini tidak seimbang dengan persediaan atau stok cadangan gabah dan beras yang ada.

“Logikanya begini, harga naik itu karena permintaan melebihi dari persediaan. Persediaan lebih dari empat bulan, kenapa kasih naik. Stok aman. Logikanya kan begitu,” ujar Nasir kepada Ekora NTT di Kupang pada Jumat, 15 September 2023.

“Kalau kita omong mekanisme pasar salah. Harus saya bilang salah. Mekanisme pasar terjadi apabila permintaan lebih dari persediaan,” tambahnya.

Ia beranggapan bahwa kenaikan harga beras ini disebabkan karena gejolak informasi El Nino ditangkap oleh pelaku usaha. Mereka kemudian menaikkan harga beras. Jadi, bukan karena kekurangan beras sesuai permintaan.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTT Nasir Abdullah (Foto: Patrik Padeng/ Ekora NTT)

Tertibkan Harga

Ia menegaskan, Pemerintah Provinsi NTT tidak tinggal diam untuk menyikapi fluktuasi harga beras. Pemerintah akan segera melakukan netralisasi dengan cara menertibkan harga beras.

Selain itu, bersama Satgas Pangan akan melakukan investigasi terkait kenaikan harga beras.

Di sisi lain, Nasir meminta masyarakat agar tidak cemas dan takut karena stok beras saat ini masih cukup untuk kebutuhan.

Sementara itu, anggota Komisi II DPRD Provinsi NTT Patris Lali Wolo, meminta pemerintah untuk segera melihat fenomena kenaikan harga beras yang terjadi sekarang.

“Kita minta pemerintah pastikan tentang keamanan stok beras kita untuk jangka waktu sampai akhir tahun,” ujar Patris.

Pemerintah, kata Patris, harus memastikan cadangan stok beras yang dihasilkan di NTT. Juga, cadangan beras Bulog yang berasal dari daerah lain.

“Stok eksisting di gudang Bulog seperti apa, terus data yang dilaporkan dari Dinas Pertanian yang akan panen dalam bulan Oktober hingga Desember,” ungkapnya.

“Itu harus ada data yang valid. Tidak bisa kita estimasi saja. Jangan pakai ramalan. Jadi, kita pastikan berapa luas areal yang akan dipanen dan analisis dinas apakah itu tidak akan terjadi gagal panen. Kalau tidak terjadi maka kita mengetahui berapa sebenarnya pasokan gabah yang akan dikonversi jadi beras,” tambahnya.

Dengan kepastian data yang valid ini diharapkan pemerintah mampu membuat rumusan kebijakan yang diambil, sehingga tidak salah.

“Kenaikan harga beras saat ini berdampak sekali pada kebutuhan dasar masyarakat. Ini kan kebutuhan dasar. Ada stok tapi kenyataannya masyarakat mengakses beras juga sulit, itu menjadi pertanyaan,” kata Anggota Fraksi PDIP NTT ini.

Ia juga mengatakan, DPRD akan memanggil dinas terkait guna melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait kenaikan harga beras.

“Selain usulan data, kita perlu lakukan rapat dengar pendapat. Lebih cepat lebih baik. Kita harus lakukan segera karena ini penting sekali. Ini kebutuhan dasar karena semua membutuhkan itu,” tandasnya.

Stefanus Neri (60), pedagang beras di Pasar Alok, Kota Maumere (Foto: Aloysia Stevania Toni/ Ekora NTT)

Inflasi Harga Beras Melesat Sangat Tinggi

Sebagaimana dilansir CNBC Indonesia, secara nasional, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi harga beras melesat sangat tinggi pada Agustus 2023. Parahnya berdasarkan laporan BPS, inflasi harga beras melampaui level inflasi yang tercatat sudah tinggi pada Juni 2012.

Pada Agustus 2023, inflasi atau kenaikan indeks untuk harga beras telah mencapai 13,76 persen, sedangkan data terakhir inflasi tertinggi untuk beras yang terjadi pada Juni 2012 sebesar 16,22 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, secara tahunan inflasi beras Agustus 2023 merupakan inflasi tahunan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

“Terakhir kali inflasi beras Yoy yang cukup tinggi pada Juni 2012 yaitu 16,22 persen,” kata Pudji saat konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta pada Jumat, 1 September 2023 lalu.

Sementara itu, di tingkat grosir pada Agustus 2023 sudah mencapai harga Rp12.266 per kg atau naik 1,02 persen dari Juli 2023 sebesar Rp12.142, dan dibanding Agustus 2022 yang Rp10.551 naiknya sebesar 16,24 persen.

Di tingkat eceran, pada Agustus 2023 sudah mencapai harga Rp12.99 per kg atau naik 1,45 persen dari Juli 2023 sebesar Rp 12.863, dan dibanding Agustus 2022 yang harganya di level Rp 11.555 naiknya sebesar 13,78 persen.

Harga gabah pun juga telah tercatat naik. Untuk gabah kering panen mencapai Rp5.833 atau naik 3,62 persen dibanding Juli 2023 dan naik 19,89 persen dibanding Agustus 2022. Gabah kering giling mencapai Rp 6.760 per kg atau naik 5,82 persen dibanding Juli 2023 dan baik 23,03 persen dibanding Agustus 2022.

Puji menjelaskan, untuk harga beras sudah terdeteksi sejak di tingkat produsen karena ada kenaikan harga gabah kering panen maupun gabah kering giling karena ada persaingan penawaran harga oleh pembeli gabah itu sendiri baik kepada petani maupun penggilingan.

“Sementara di sisi lain, jumlah produksi beras ini cenderung saat ini berkurang karena sudah melewati masa panen yang kita ketahui sudah terjadi pada Juli lalu,” tutur Pudji.

Berdasarkan rentetan data sepanjang tahun ini, inflasi harga beras memang sudah terjadi sejak awal tahun. Dari data BPS, inflasi beras pada Januari mencapai 7,70 persen, lalu meningkat pada Februari sebesar 10,41 persen, Maret 11,43 persen, April 12,44 persen, Mei 12,64 persen, Juni 12,85 persen, Juli 12,77 persen, dan pada Agustus 2023 tembus mencapai 13,76 persen.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA