Program Numerasi Antar Siswa Kelas Awal di Nagekeo Mampu Menghitung

Mbay, Ekorantt.com – Petrus Nunung Supardi, siswa kelas 1 SDN Tasikapa di Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, NTT, dapat menghitung dengan lancar dari sebelumnya.

Indikasi perubahan menghitung lancar siswa itu berdasarkan refleksi dan evaluasi Elita Ngole (55), guru kelas 1 di sekolah itu.

Elita mengatakan, siswa tersebut memiliki tingkat menghitung di bawah rata-rata sebelum penerapan program numerasi yang ia ikuti selama ini.

“Sebelumnya tingkat menghitung di bawah. Sekarang dia (Petrus) sudah ada kemajuan,” ujar Elita kepada Ekora NTT di Mbay, Kamis, 28 September 2023.

Petrus merupakan salah satu siswa yang memang kurang adanya pendampingan belajar di rumah. Ia tinggal bersama neneknya. Sedangkan kedua orang tua kini merantau.

Minimnya pendampingan di rumah mengakibatkan tingkat pemahaman literasi dan numerasi Petrus menurun. Namun, sejak Elita mengikuti program numerasi gugus 2 Aesesa Selatan di SDN Natakupe berhasil membawa Petrus dan 11 siswa kelas 1 SDN Tasikapa mengalami perubahan.

“Program ini semacam petunjuk arah atau peta pembelajaran di kelas secara konkret,” kata dia.

Dalam implementasi di kelas, Elita menerapkan konsep pembelajaran kontekstual dengan melibatkan kemampuan anak untuk menghitung.

Ia menghubungkan materi dengan berbagai situasi di luar sekolah yang memerlukan pemecahan masalah, pemikiran kritis, dan pemahaman dalan konteks non-matematis.

“Terlebih dahulu mengenai pemahaman anak, bagaiamana ia bisa memecahkan suatu masalah. Kemudian kemampuan anak agar tidak salah mengembalikan uang belanja,” jelas dia.

Elita menyatakan penerapan pembelajaran secara konkret itulah mengantar Petrus mampu menghitung secara lancar. Namun demikian, penerapan di dalam kelas dia dilakukan secara berulang.

“Karena kami belajar menggunakan alat peraga sehingga banyak memudahakan pemahaman siswa,” kata dia.

Fasda Program Numerasi, Yakoba Masina (40), menuturkan prinsip penerapan pembelajaran secara akademik di kelas dihubungkan dengan kebiasaan anak di luar sekolah.

Konsep itu, telah disampaikan kepada guru kelas pada setiap kegiatan kelompok kerja guru (KKG) dan praktik pendampingan.

“KKG itu sebagai ruang berkolaborasi untuk saling mengisi memperbaiki sistem atau cara kegiatan belajar mengajar di kelas,” ujar Yakoba.

Kemajuan pemahaman anak seperti Petrus, kata dia, merupakan tujuan dari program numerasi yang dijalankan selama ini. Sebab, dalam praktik di kelas, guru didorong untuk menggunakan alat peraga sesuai dengan topik pembelajaran.

Ia menambahkan bahwa program numerasi mengisi tentang konsep matematis. Lebih mengarah pada kebiasaan dengan matematis di rumah dan lingkungan.

“Misalnya, saat anak belanja di kios, anak diarahkan mengetahui pengembalian. Misalnya membeli barang 3 ribu dan anak dituntun untuk mengetahui pengembalian. Itu merupakan praktik yang sesungguhnya,” kata Yakoba.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA