Balita Stunting di Manggarai Barat Capai 1.901 Orang

Labuan Bajo, Ekorantt.com– Wakil Bupati Manggarai Barat dr. Yulianus Weng mengungkapkan, berdasarkan data hasil timbang pada Agustus 2023 balita stunting di Manggarai Barat mencapai 1.901 orang atau 8,2 persen.

Jumlah tersebut menurun dari hasil timbang pada Februari 2023 yang mencapai 2.130 balita stunting atau 9,0 persen.

Sedangkan hasil timbang pada Agustus tahun 2022 lalu, jumlah balita stunting di Manggarai Barat sebanyak 3.675 atau 15,9 persen.

Weng menyebut prevalensi stunting tingkat Kabupaten Manggarai Barat mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

“Pencapaian ini adalah hasil kerja keras, kerja sama, kerja kolaboratif dari semua pihak sehingga Kabupaten Manggarai Barat berhasil mencapai angka stunting satu digit. Angka satu digit ini harus kita pertahankan. Bahkan bila memungkinkan harus diturunkan lagi,” kata Weng saat menyampaikan sambutan pada pembukaan kegiatan Advokasi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Percepatan Penurunan Stunting di Aula Setda Kabupaten Manggarai Barat, Senin, 4 Desember 2023.

Ia berharap semua pihak dapat memperkuat basis keluarga melalui berbagai kegiatan seperti pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, sehingga balita bisa bertumbuh dan berkembang dengan optimal.

Hal ini penting untuk mewujudkan harapan mencapai angka stunting satu digit di kabupaten ujung barat Pulau Flores itu.

“Mari bersama-sama kita jaga anak-anak kita, berikan gizi yang cukup, akses layanan kesehatan yang baik, dan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,” ajak Weng.

Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat memiliki tanggung jawab yang besar untuk memastikan masa depan anak-anak tidak dirusak oleh penyakit yang seharusnya bisa dicegah sejak dini.

Upaya dan komitmen Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat yang telah dilakukan bersama yakni melalui berbagai intervensi program yang bersifat spesifik dan sensitif dan telah memberikan hasil yang signifikan terhadap penurunan prevalensi stunting.

Pada kesempatan itu, Weng juga menyinggung soal kualitas data yang tersedia. Sebab, menurut dia, kualitas data merupakan faktor penting yang wajib diperhatikan agar upaya penurunan stunting bisa tepat sasaran.

Dikatakan, perbaikan data stunting yang akan menjadi rujukan untuk perencanaan monitoring dan evaluasi intervensi stunting, hendaknya dilakukan dengan memperhatikan validitas dan akurasi data.

Pengumpulan data yang baik dimulai ketika alat ukurnya sesuai standar yang ditetapkan, petugas memiliki kapasitas yang sama dan terlatih, prosedur pendataan dipenuhi, serta cakupan data dapat dikelola dan diukur.

Untuk itu, Weng meminta pemerintah desa/kelurahan, bidan desa dan petugas gizi puskesmas bersama-sama dengan kader di masing-masing desa/kelurahan untuk melakukan penelusuran, penemuan bayi dan balita yang berpotensi stunting.

“Yaitu balita dua bulan berturut-turut berat badan tidak naik, balita dengan gizi buruk dan gizi kurang, balita penderita penyakit kronis TBC dan alergi, serta balita dengan gangguan metabolisme,” imbuh mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai itu.

Balita yang berpotensi stunting ini, lanjut dia, harus ditangani secara bersama tidak hanya oleh puskesmas tetapi juga rumah sakit dengan melibatkan dokter anak.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA