Kupang, Ekorantt.com – GoTo Impact Foundation (GIF), organisasi penggerak dampak yang didirikan oleh Grup GoTo bersama konsorsium changemakers dari Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) meluncurkan proyek percontohan “Golo Mori: Todo Cama” yang berarti “Tumbuh Bersama” pada Rabu, 13 Desember 2023.
Proyek ini bertujuan untuk menjadikan Golo Mori, Desa Golo Mori, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat sebagai desa berdaya penyangga di salah satu lokasi yang diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), melalui pengelolaan sampah untuk pertanian regeneratif yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.
Chairperson dari GoTo Impact Foundation, Monica Oudang mengatakan, potensi Golo Mori menjadi KEK bisa mendorong destinasi pariwisata super prioritas Labuan Bajo.
Pertumbuhan pariwisata ini, menurut Monica, bisa menjadi peluang peningkatan ekonomi bagi Desa Golo Mori yang akan menjadi tetangga KEK.
“Namun pertumbuhan juga bisa menjadi tantangan bagi masyarakat desa bila belum diimbangi dengan pelestarian lingkungan yang bebas dari sampah, serta pengembangan agrikultur sebagai potensi ekonomi,” ujarnya.
Monica mengungkapkan, pada tahun 2022, Labuan Bajo dan wilayah sekitarnya masih menghadapi tantangan terkait 16 ton sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) setiap hari.
Selain itu, sekitar 70 persen masyarakat Desa Golo Mori bekerja sebagai petani sehingga kontribusi agrikultur terhadap perekonomian masih dominan.
Setelah tiga tahun berjalan, GIF menyadari bahwa satu permasalahan saling terkait erat dengan permasalahan lain.
Sehingga menurut Monica, upaya yang dilakukan sendiri-sendiri tidak cukup untuk menghasilkan perubahan sistemik jangka panjang.
Oleh karena itu, GIF menghadirkan CCE yang menggunakan pendekatan innovation ecosystem sebagai cara baru untuk menjawab permasalahan serta potensi di Desa Golo Mori.
“Melalui CCE, kami berusaha memobilisasi dan menyatukan pembuat dampak, pendanaan, pengetahuan, dan keahlian untuk berinovasi bersama agar bisa menyelesaikan masalah iklim lebih cepat, berkelanjutan, dan dalam skala besar,” pungkas Monica.
Salah satu konsorsium terpilih, yaitu Divers Clean Action, Karma Bumi, Kole Project, dan Sky Volunteer (Synersia), akan menjalankan proyek percontohan Golo Mori Todo Cama di Desa Golo Mori.
Hal ini merupakan hasil kolaborasi dengan masyarakat dan Pemerintah Desa Golo Mori, Politeknik El Bajo Commodus, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan beberapa dinas terkait, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Manggarai Barat, serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Manggarai Barat.
Apresiasi
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Angela Tanoesoedibjo dalam kunjungannya pada 6 Desember 2023 lalu menyambut positif upaya GIF, konsorsium changemakers CCE, serta pemerintah dan masyarakat desa untuk menjadikan Golo Mori sebagai desa wisata penyangga yang tangguh dan berkelanjutan.
“Melalui pengelolaan sampah untuk pertanian regeneratif, kami berharap masyarakat bisa ikut terlibat dalam mendukung rantai nilai pariwisata, dan semoga nantinya perkembangan masyarakat bisa tumbuh bersama industri pariwisata,” kata Angela kala itu.
Apresiasi juga disampaikan Wakil Bupati Kabupaten Manggarai Barat Yulianus Weng terhadap proyek percontohan Golo Mori: Todo Cama.
Pemkab Mabar, kata dia, mendukung penuh upaya pengembangan ekonomi sirkular melalui pengelolaan sampah dan pertanian regeneratif dan permakultur, yang sekaligus dapat menjaga kesehatan dan kelestarian lahan.
“Dengan sinergi antardinas, badan terkait, serta masyarakat, diharapkan proyek ini dapat terjaga keberlangsungannya untuk menciptakan Manggarai Barat yang bersih, tangguh, dan mandiri,” ujarnya.
Jeffri Ricardo, selaku perwakilan dari konsorsium penggagas Golo Mori: Todo Cama menjelaskan, proyek percontohan akan memberikan dampak nyata melalui empat solusi utama, yaitu; pengelolaan sampah terpadu dengan membentuk sistem pengelolaan sampah yang meliputi kegiatan edukasi, serta pengadaan fasilitas mulai dari kotak sampah, TPS, penjemputan sampah, sampai pengolahan sampah organik dan anorganik.
Kemudian, lanjut Jeffri, ketahanan pangan masyarakat melalui pendampingan edukasi dan aplikasi pertanian regeneratif dengan prinsip ramah lingkungan, seperti adopsi prinsip permakultur, pemanfaatan energi terbarukan biochar cookstove, serta diversifikasi tanaman.
Lalu, diversifikasi ekonomi melalui pengembangan ekonomi sirkular dari agribisnis sehingga bisa menjadi mitra usaha pelaku pariwisata yang berada di KEK dan Labuan Bajo untuk membantu masyarakat memiliki sumber penghasilan yang tidak hanya bergantung pada sektor pariwisata.
Tidak hanya itu, dampak lainnya adalah wisata aman berbasis masyarakat melalui investasi kemampuan dasar manajemen bencana pada masyarakat Desa Golo Mori berdasarkan data spasial yang dihasilkan.
Jeffri berharap proyek percontohan yang digagas bersama GIF dapat meningkatkan skor desa tangguh bencana (Destana) dari level pratama menjadi level utama.
Ia menargetkan 100 persen pengelolaan sampah organik untuk kebutuhan pertanian, 2000 kg/bulan sampah anorganik menjadi bahan baku daur ulang dan dijual dalam bentuk kreasi produk yang bernilai ekonomi.
Kemudian ada peningkatan pendapatan rata-rata petani lokal sebesar 30 persen melalui praktik pertanian regeneratif dan permakultur.
“Kami berharap, CCE dan proyek percontohan ini bisa mendorong Golo Mori menjadi desa wisata penyangga KEK yang berdaya, tangguh, dan berkelanjutan, dan proyek percontohan ini bisa diadopsi dengan mudah oleh destinasi wisata lain di Nusa Tenggara Timur ataupun di nusantara,” tutupnya.