Surabaya, Ekorantt.com – Ketua Pengurus Kopdit Pintu Air Yakobus Jano ingin menjadikan tahun 2024 sebagai tahun pendidikan bagi Koperasi Pintu Air.
Gagasan ini mendapat respons positif dari salah seorang anggota Kopdit Pintu Air, Yakobus Embu.
Pria kelahiran Nangapada, Kabupaten Ende, NTT yang kini memilih menetap di Surabaya itu mengatakan, kebijakan untuk menjadikan pendidikan sebagai langkah awal menuju literasi budaya maupun ekonomi memang sangat tepat.
Para pemikir pendidikan bahkan teknokrat pun meyakini bahwa kenaikan status sosial seseorang jauh lebih mudah, jika dia mempunyai pendidikan dan keterampilan yang memadai.
Kebutuhan akan pendidikan semakin mendesak ketika teknologi yang semakin canggih harus menjadi bagian dari pekerjaan itu sendiri.
Oleh karena itu, kata Embu Lato, manajemen Kopdit Pintu Air harus dapat menerjemahkan gagasan Yakobus Jano melalui tindakan dan langkah-langkah konkret.
“Rupanya Pak Yakobus Jano berbicara dalam perspektif yang tidak banyak disentuh orang, yang melihat gereja dan peran ekonomi secara dikotomis. Karena itu, Pak Yakonus Jano sedang berbicara tentang iman yang menyelamatkan dari perspektif iman dan perspektif ekonomi untuk menjawab persoalan yang nyata sekarang ini,” jelas Embu Lato ketika dimintai komentarnya atas gagasan Yakobus Jano melalui sambungan telepon, Kamis malam, 21 Desember 2023.
Menurut dia, saat ini masyarakat sedang diperhadapkan dengan persolan ekonomi. Tentu tidak mudah membayangkan orang berdoa dan ke gereja dalam keadaan lapar. Orang baru bisa berdoa dan ke gereja kalau dalam kondisi kenyang, dan dalam kondisi ekonomi yang membuatnya bisa tumbuh seimbang.
Literasi ekonomi dan kesediaan untuk menabung tampaknya sudah semakin mendesak untuk dibahas sekarang. Bayangkan, karena kurangnya literasi ekonomi, orang tidak lagi melihat pemborosan di pesta dan urusan belis, serta adat sebagai persoalan.
Embu Lato berharap seruan Yakobus Jano bisa membuat warga NTT khususnya dan semua anggota Kopdit Pintu Air pada umumnya semakin memperhitungkan persoalan ini, sehingga bisa menciptakan masyarakat berbasis iman dan ekonomi yang lebih sehat.
Dalam konteks ini, menurut dia, seruan Jakobus Jano tentu saja sebagai peringatan sekaligus mau memberdayakan potensi sumber daya sendiri.
Embu Lato yang kesehariannya berprofesi sebagai wartawan dan kontributor Lembaga Kajian Middle East Forum (Philadelphia) dan Gatestone Institute (New York) itu menambahkan, persoalan yang sering dialami bahwa suara-suara kenabian kurang didukung oleh infrastruktur yang memadai.
Pada tingkat kecil, bisa saja lembaga dan menajemen yang kurang mendukung. Karena itu sering disaksikan, banyak hal cenderung bertahan sebagai ide. Ada kesenjangan antara ide dan pelaksanaan di lapangan.
Menurut Embu Lato, pada titik ini, pernyataan Yakobus Jano bisa jadi sebuah tantangan bagi Kopdit Pintu Air sendiri untuk menjalankannya.
“Harapannya semoga ide bagus itu tidak berhenti pada ide,” tutup dia.