Membaca Valentine’s Day di Tengah Pesta Demokrasi 2024

Oleh: Bernardus Tube Beding*

Hari ini, 14 Februari 2024 merupakan waktu istimewa, karena kita sebagai anak bangsa merayakan pesta demokrasi, yakni pemilihan presiden dan wakil presiden, serta anggota legislatif (DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten dan Kota), juga Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Pesta demokrasi lima tahunan yang dinanti-nanti oleh rakyat Indonesia telah tiba hari ini. Masyarakat Indonesia telah melewati masa penjajakan (melalui kehadiran dalam kampanye), pemilahan (melalui refleksi di masa tenang), dan tiba hari ini melakukan penentuan (melalui pemilihan). Pesta demokrasi tahun ini untuk memilih calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Republik Indonesia (RI) periode 2024-2029. Terdapat tiga pasangan yang menjadi yubilaris pesta demokrasi hari ini. Berdasarkan Penetapan KPU yang tertuang dalam Berita Acara Nomor 1635/PL.01-BA/03/2023, ketiga pasangan calon itu, (1) Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Nomor Urut 1, H. Anies Rasyid Baswedan, Ph.D. dan Dr. (H.C.) H. A. Muhaimin Iskandar; (2) Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Nomor Urut 2, H. Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, dan (3) Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Nomor Urut 3, H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. dan Prof. Dr. Moh. Mahfud MD.

Selain tiga pasang capres dan cawapres, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia juga menetapkan juga 9.917 orang calon legislator (caleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang masuk Daftar Calon Tetap (DCT) Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Para caleg itu berasal dari 18 partai politik peserta Pemilu 2024 dan 84 daerah pemilihan. Mereka akan memperebutkan 580 kursi DPR sesuai Pasal 186 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor l Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Secara khusus, KPU menerbitkan Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2023 tentang Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam Pemilihan Umum Tahun 2024. Daerah Pemilihan (Dapil) dan Jumlah Kursi Anggota DPR sebanyak 84 Dapil dan 580 Kursi, DPRD Provinsi sebanyak 301 Dapil dan 2.372 Kursi, serta DPRD Kabupaten/Kota sebanyak 2.325 Dapil dan 17.510 Kursi, sehingga total keseluruhan 2.710 Dapil dan 20.462 Kursi.

Suatu momen istimewa hari ini, karena pesta demokrasi Pemilu RI 2024 bertepatan dengan Hari Kasih Sayang atau yang lebih tren dikenal sebagai “Valentine’s Day”.

iklan

Momen 14 Februari

Momen 14 Februari hari ini menjadi spesial karena kita memperingati beberapa peristiwa. Selain Pesta Demokrasi, hari ini juga kita memperingati Valentine’s Day, peristiwa pemberontakan PETA, hari kesadaran penyakit jantung bawaan sedunia, dan hari keagamaan bagi umat Katolik yakni Rabu Abu.

Tentang Valentine’s Day, saya pernah mengulasnya dalam opini “Aroma Valentine’s Day dan Pra Momen Pelantikan (sekadar Sisipan Konjungsi)” (GardaNTT.id, 2021). Saya deskripsikan demikian. Tradisi ini lahir pada abad permulaan sejak adanya festival lupercalia di Kota Roma. Peristiwa ini kemudian diabadikan sebagai peringatan terhadap Santo Valentinus martir yang wafat pada 14 Februari 270. Dalam tradisi barat, Valentine’s Day ada bersamaan dengan datangnya burung-burung untuk mencari pasangan sehingga kemudian peringatan ini dimaknai sebagai hari untuk mencari pasangan bagi kaum muda. Valentine’s Day mengalami penyempitan makna karena telah menjadi momen penting untuk mengekspresikan cinta, khususnya di antara kaum muda yang ingin mencari pasangan hidupnya. Seiring dengan bergulirnya waktu, tradisi Valentine’s Day mulai mengalami pergeseran makna lebih luas, tidak hanya di kalangan kaum muda tetapi sudah menjadi kebutuhan setiap insan yang tak membedakan usia, golongan maupun status. Intinya ungkapan cinta kepada semua orang yang dicintai menjadi milik setiap insan tanpa kecuali. Misalnya, saling menukar hadiah dan mengirim kartu. Tradisi kartu Valentine’s Day itu sendiri berawal dari Duke of Orleans, saat di penjara di menara London. Saat Valentine’s Day 1415, ia menulis kalimat-kalimat puitis tentang kasih kepada istrinya di Paris.

Konsep cinta dalam barisan horizontal berarti sikap untuk membahagiakan orang lain. Jika ingin menjadi pencinta, ia harus menerima cinta. Hal ini berarti cinta membutuhkan pengorbanan karena cinta itu mengemban tanggung jawab. Cinta yang bertanggung jawab adalah menerima dan memahami di samping bisa membagi perasaan dalam suka maupun duka. Memang sulit untuk memahami orang lain, tetapi dengan cinta kita memiliki begitu banyak unsur positif, yang mengarah kepada kebaikan dan ketulusan serta bermuara kepada pengharapan. Mencintai berarti ingin bersatu dengan keadaan orang lain. Akibat cinta, ada kesatuan dan persekutuan yang menjadi kekuatan yang memelihara dan menyempurnakan.

Eric Pinchas Fromm, sosiolog berkebangsaan Jerman mengelompokkan watak sosial manusia dalam menghayati cinta, yakni watak sosial penerima, watak sosial eksploitatif, watak sosial penyimpan, dan watak sosial pasar. Persoalan cinta bagi kaum berwatak sosial penerima adalah bukan bagaimana “actus” mencintai, tetapi sebaliknya dicintai. Kaum seperti ini akan mengalami penderitaan dengan intensitas lebih ringan kalau kelemahannya diketahui. Kaum berwatak sosial eksploitatif akan berusaha keras disertai umbar janji bila primadonanya menjadi rebutan. Sayangnya, sikap dan janji yang diumbar tidak keluar dari hati yang tulus tetapi hanya manifestasi ambisi egoisme semata. Kaum berwatak sosial penyimpan menghayati cinta sebagai posesif. Dia yang dicintai direduksi sejajar dengan infrastruktur lainnya. Konsekuensinya, mudah timbul kecemburuan yang tidak terkontrol dan bisa mencuat di luar kewajaran. Kaum berwatak sosial pasar memilih pasangan cintanya berdasarkan kriteria hukum take and give.

Tentu, semua manusia tidak memiliki watak sosial dan manifestasinya secara eksklusif. Bila setiap insan berpijak pada cinta tak produktif, maka keharmonisan dan kebahagiaan sulit didapat. Olehnya, perlu dibangun relasi cinta yang produktif, yang memiliki karakteristik, pertama, cinta menuntut adanya pengetahuan yang tidak sebatas kulit luarnya saja (simpati), tetapi harus menembus ke dalam dirinya (empati). Pengetahuan akan orang lain mengatasi perhatian pada diri sendiri (egoisme).

Kedua, cinta harus ditandai suatu dinamika. Keadaan manusia dicirikan oleh “keadaan belum rampung” manusia adalah “a situated subject”, manusia adalah pribadi yang sedang menenun sendiri sejarah hidupnya. Hal ini berarti orang yang mencintai harus keluar dari kubu “egonya” untuk membuat dan memberi dirinya laku kepada orang lain. Ketiga, cinta menuntut respek terhadap kemerdekaan orang lain. Bila sikap tanggung jawab dalam mencintai diimbangi oleh aspek ini maka kita menerimanya sebagaimana adanya; bukan sebagaimana kita membutuhkannya hanya sebagai objek. Cinta berlangsung dalam kebebasan dan tidak dilihat sebagai manifestasi penguasaan dan kepemilikan. Keempat, cinta itu tanpa syarat, tak mengenai batas akhir. Model cinta seperti ini, tidak merugikan malah sebaliknya saling menguntungkan dan bisa mencapai bonum commune. Cinta mengalahkan segala sesuatu.

Momen hari ini, 14 Februari 2024 juga menjadi puncak pesta demokrasi lima tahunan terbesar di Indonesia, yaitu pemilihan umum (Pemilu) serentak. Masyarakat Indonesia melakukan pemungutan suara untuk menentukan presiden dan wakil presiden, anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota hari ini

Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari libur nasional oleh Presiden RI Joko Widodo yang diatur dalam Keppres nomor 10 tahun 2024 tentang Hari Pemungutan Suara Pemilu 2024.

Sesuai kalender liturgi Gereja Kristen, momen hari ini juga ditetapkan sebagai Rabu Abu. Menurut laman resmi Gereja Kristen Jawa Joglo, Rabu Abu adalah pembuka dari Masa Raya Paskah. Rabu Abu mulai dilaksanakan gereja sekitar tahun 960 masehi, meskipun dahulu belum menggunakan nama tersebut. Asal muasal nama Rabu Abu adalah karena 40 hari sebelum Minggu Paskah (tanpa menghitung hari Minggu) ialah hari Rabu. Kata abu digunakan karena pada hari tersebut, umat Katolik akan disematkan tanda salib dengan abu di dahinya.

Menurut Alkitab, abu merupakan simbol penyesalan, pertobatan, kesungguhan untuk dekat dengan Tuhan, dan sebagai pengingat manusia akan kefanaannya. Sehingga perayaan Rabu Abu diharapkan dapat menolong manusia untuk lebih dapat menyiapkan hati dan pikiran selama masa Prapaskah. Selain itu, umat Katolik wajib berpuasa dan berpantang dalam perayaan Rabu Abu dan masa Prapaskah yang sudah diatur oleh ketentuan Gereja.

Hari ini sebagai momen peringatan Pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA). Menilik sejarah Indonesia, 14 Februari 1945 adalah hari di mana pasukan Pembela Tanah Air (PETA) melakukan pemberontakan. Menurut buku Pahlawan Indonesia karya Tim Media Pusindo, PETA merupakan cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pasukan ini adalah kesatuan militer Indonesia bentukan Jepang untuk dimanfaatkan dalam menghadapi musuh. Namun kemudian PETA bubar karena bersifat terlalu nasionalis dan membahayakan Jepang. Pada tanggal tersebut, pasukan PETA di Blitar melakukan pemberontakan dan berhasil mengejutkan jepang. Atas sumbangsih dan peranan dalam perjuangan pasukan tersebut yang begitu besar dampaknya untuk kemerdekaan Indonesia, masyarakat Indonesia memperingati 14 Februari sebagai Hari Peringatan Pemberontakan PETA.

Hari ini juga masyarakat seluruh dunia memperingati Hari Kesadaran Penyakit Jantung Bawaan (PJB) setiap tanggal 14 Februari. Biasanya, peringatan ini dilakukan selama satu pekan, yaitu dari tanggal 7-14 Februari. Menurut laman resmi Ditjen Layanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, dari tiap 1000 penduduk Indonesia, terdapat 6 orang yang menderita PJB. Setidaknya, 4 bayi lahir dengan kondisi yang lebih dikenal dengan istilah jantung bocor tersebut setiap jamnya. Penyintas PJB adalah orang yang memiliki kondisi kelainan pada struktur dan fungsi jantung sejak lahir. Namun gejalanya berbeda pada setiap orang, ada yang langsung terlihat saat lahir, baru muncul saat usia dewasa, dan juga yang tidak bergejala hingga sembuh spontan. Hingga kini, masih belum diketahui penyebab pasti dari penyakit ini. Namun, beberapa kondisi kehamilan dapat meningkatkan risikonya seperti infeksi rubela, konsumsi obat tertentu, rokok dan alkohol, diabetes tak terkontrol, kelainan kromosom pada ibu atau bayi, serta faktor keturunan (https://apps.detik.com/detik/)

Valentine di Tenda Pemilu

Hari ini seluruh masyarakat Indonesia yang memiliki predikat dalam “Daftar Pemilih Tetap (DPT) maupun Daftar Pemili Tambahan (DPTb) berbondong-bondong menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) sesuai dengan alamat KTP Elektronik maupun tempat domisili. Rakyat Indonesia memilih wakil rakyat sesuai dengan harapan dan cita-cita bangsa yang digerakkan oleh hari nurani yang bersih dan jernih. Berbagai perbedaan telah berlalu. Musnah dibakar semangat persatuan dalam nuansa persaudaraan di tenda pesta demokrasi ini.

Seperti Brand Manager SilverQueen, Mikhaela Bunawan, kita masuk tenda pesta demokrasi dengan ekspresi cinta dan memilih dengan hati. Bunawan mengatakan, “Memilih dengan hati bukan hanya cara terbaik untuk mengekspresikan cinta kepada diri sendiri dan orang lain, tetapi juga menjadi kunci untuk mencapai hasil terbaik dan memberikan manfaat bagi sekitar.”

Tentu kita mengharapkan pesta hari ini ada suasana rasa memiliki, baik rakyat maupun calon wakilnya. Kita mengharapkan agar pesta demokrasi hari ini dapat berjalan dengan baik agar dapat melahirkan para wakil yang masih “polos” dan yang belum terkontaminasi dengan rayuan neokolim. Rakyat harus tampil dan menjadi tuan dalam menentukan wakilnya. Rakyat harus sudah sadar untuk menjadi pemain utama dan bukan figuran dalam sinetron pesta demokrasi 2024 yang tidak diharapkan hanya menjadi euforia pelacuran politik belaka. Rakyat bukan mesin pengumpul suara. Oleh karena itu, kita harapkan pesta demokrasi 2024 haruslah adil dan jujur dan didasari oleh semangat Valentine’s Daya, cinta tak bersyarat, agar kelak tali cinta antara rakyat dan wakilnya bisa diwujudkan. Kita tidak menginginkan cinta dengan watak sosial penerima, di mana rakyat mudah ditipu dan dipermainkan karena wakilnya bersekutu dengan rezim yang telah memperkosa amanah rakyat. Atau pun cinta watak sosial eksploitatif di mana para wakilnya hanya tahu mengumbar-umbar janji yang mereka sendiri khianati. Atau watak sosial menyimpan yang hanya memandang status wakil rakyat sebagai upaya untuk berlomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, mumpung masih ada waktu. Atau watak pasar yang tidak boleh loyal pada panggilannya dan mudah untuk lari mengkhianati. Yang kita harapkan adalah dengan semangat cinta Valentine’s Day kita sukseskan pesta demokrasi rakyat, pemilu 2024 yang bisa menghasilkan wakil yang memiliki cinta produktif tak bersyarat, yang tidak menjadikan rakyat sebagai objek. Dengan cinta tak bersyarat antara rakyat dan wakilnya yang terpilih dapat juga merasuki eksekutif dan yudikatif sehingga kita dapat mewujudkan on earth as it is in heaven dalam setiap sektor kehidupan.

Bung Karno bernah berujar, zamen bundeling van alle krachten van de natie, tekad bersama untuk mendahulukan kepentingan bersama, masyarakat, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, keluarga dan golongan sendiri. Mari kita belajar menilai para capres dan wacapres, serta caleg kita. Kita perlu berhati-hati dalam memilih agar kita tidak jatuh pada lubang yang sama. Dengan semangat cinta yang produktif, kita sukseskan Pemilu 2024.

Senada dengan Wakil Menteri Agama Republik Indonesia (Wamenag RI), Saiful Rahmat Dasuki mari kita semua menyatakan cinta dengan tinta hari ini di tenda pesta demokrasi Pemilu 2024.

Semua pihak yang terdaftar sebagai pemilih menggunakan hak konstitusionalnya dengan tidak golput, sebagai ucapan cinta lewat mencelupkan jari ke dalam tinta setelah keluar dari kamar pemilu. Karena pemilu menjadi tolok ukur guna menentukan perjalanan bangsa lima tahun ke depan. Jangan sampai pemilu justru merusak persaudaraan. Perbedaan politik dan pilihan itu hal biasa, tetapi persaudaraan dan persatuan tetap menjadi nadi kehidupan bersama.

Pemimpin bangsa dan wakil rakyat yang akan terpilih nanti adalah pemimpin dan wakil kita semua, tanpa ada perbedaan. Tentu harapan kita, pemimpin yang terpilih bisa mengayomi semua pihak, tanpa membeda-bedakan. Seperti harapan Dasuki, “Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terlahir pemimpin bangsa ini yang siap untuk berada di tengah, yang siap merangkul sebelah kiri dan kanan, yang mampu bersikap netral terhadap semua ketika kontestasi sudah selesai.”

*Dosen PBSI Unika Santu Paulus Ruteng

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA