Kupang, Ekorantt.com – Bupati Kupang Korinus Masneno menegaskan, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) harus menjadi contoh dalam pemberdayaan jemaat. Visi-misi gereja harus tercermin dalam perilaku pelayanan dan jemaat.
“Yang menjadi soal bagi kita, apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan harus berjalan sejajar,” ujar Bupati Korinus saat menghadiri persidangan Majelis Klasis Fatuleu Timur ke-XII di gedung Gereja Imanuel Oepula, Desa Tanini, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, akhir Januari lalu.
Atas nama Pemkab Kupang, ia menitipkan program pemerintah kepada gereja. Diharapkan ada kolaborasi yang berdampak pada pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya jemaat.
Menurut Bupati Korinus, Kabupaten Kupang terus berupaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM), termasuk mengatasi stunting, serta bayi dan anak sekolah sehat.
Kerja-kerja ini tentu saja diperlukan kolaborasi bersama semua pihak, para orang tua dan tenaga gizi, tenaga kesehatan dan lainnya.
“Bangun dan susun ekonomi sesuai kebutuhan. Mindset masyarakat harus berubah jika ingin tumbuh dan berkembang. Teruslah berkarya dan melayani untuk menjadikan kehidupan jemaat lebih baik dan selamat melaksanakan sidang Majelis Klasis Fatuleu Timur ke-XII,” ucap Masneno.
Mewakili pemerintah, ia mengaku terus mendukung semua agenda gerejawi yang dilakukan oleh Majelis Sinode GMIT di wilayah Kabupaten Kupang.
Bupati Masneno juga mendukung persidangan-persidangan Klasis dalam wilayah Kabupaten Kupang, sehingga secara perlahan terus membangun manusia yang seutuhnya, yakni manusia yang penuh damai sejahtera dan iman yang kuat. Sebab dibekali dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta memiliki spiritualitas dan etika Kekristenan yang baik.
Sementara itu, Sekretaris Sinode GMIT Abdi Wenyi mengatakan, sidang gereja harus menjadi ruang belajar serta menemukan kehendak Tuhan bagi manusia, termasuk program yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat.
Wenyi kemudian mengibaratkan Fatuleu adalah negeri yang dijanjikan Tuhan. “Tinggal bagaimana kita mengelolanya,” imbuhnya.
Untuk mengelola wilayah itu tentu saja bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga gereja. Sebab, gereja merupakan bagian yang dekat dengan masyarakat. Dia bisa menjadi akses penghubung antara pemerintah dan masyarakat.
“Integritas kita sebagai gereja adalah keselarasan ritual dan kepekaan sosial yang baik dan harus searah serta memastikan kecintaan kita kepada Tuhan melalui komitmen bersama Tuhan dan relasi,” ujar Wenyi.
Dia juga mengatakan, banyak pokok program yang diberi ruang kolaborasi. “Kerjakan program yang ada di Klasis. Klasis kerjakan apa yang tidak bisa dikerjakan oleh jemaat agar program kita tidak hanya ibadah liturgi saja tapi juga ibadah karya,” pungkas dia.
Dikatakan, pengembangan ekonomi yang berkeadilan menjadi program di Klasis.
Ia pun mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang merupakan mitra strategis bagi gereja. Pemerintah tentu saja yang paling dekat dengan gereja dan memiliki kekuatan dana yang besar.
“Jaga hubungan mitra ini. Apa yang gereja kerjakan harus lebih baik dari apa yang dikerjakan di luar gereja karena ini kerja untuk Tuhan bukan untuk manusia,” katanya.