Labuan Bajo, Ekorantt.com– Wakil Bupati Manggarai Barat dr. Yulianus Weng mengingatkan empat hal penting dalam mengatasi masalah stunting di kabupaten ujung barat Pulau Flores itu.
Keempat hal itu antara lain; pertama, alat timbang yang digunakan. Menurut Wabup Weng, untuk mengukur bayi harus menggunakan alat yang standar yakni antropometri atau dacing digital.
Ia berharap tidak lagi menggunakan alat timbangan biasa, sebab sangat memengaruhi keakuratan hasil. Apalagi kini alat antropometri sudah disediakan di setiap puskesmas, sehingga harus menggunakan alat tersebut.
Kedua, lanjut Wabup Weng, personel yang melakukan pencatatan. Saat melakukan penimbangan dan pengukuran bayi, pencatatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan atau minimal oleh kader kesehatan yang telah mengikuti pelatihan.
Ia menegaskan, pencacatan ini sangat penting dilakukan oleh orang yang berkompeten dan diharapkan untuk tidak dilakukan oleh sembarang orang.
“Karena data yang disampaikan harus benar-benar akurat, jangan karang-karang, harus catat apa adanya,” tegas Wabup Weng saat membuka kegiatan pelatihan deteksi dini masalah gizi dan stunting bagi tenaga kesehatan dan tokoh agama di Aula Dinkes Kabupaten Manggarai Barat, Selasa, 20 Februari 2024.
Ketiga, data yang disampaikan harus riil sesuai kondisi di lapangan, baik mengenai panjang maupun berat badan bayi.
Keempat, harus memiliki data yang jelas, baik mengenai nama dan alamat bayi yang ada di setiap desa.
Wabup Weng menambahkan, porsi intervensi penanganan stunting di Kabupaten Manggarai Barat dari tenaga kesehatan sebesar 30 persen. Sedangkan 70 persen di antaranya dilakukan oleh berbagai sektor lainnya.
Itulah sebabnya, kegiatan pelatihan untuk menangani stunting dan gizi yang melibatkan berbagai sektor, baik dari instansi pemerintah maupun tokoh masyarakat dan agama sangatlah penting. Apalagi porsi intervensi terhadap stunting yang dilakukan pihak luar sebanyak 70 persen.
Diketahui, kegiatan pelatihan deteksi dini masalah gizi dan stunting bagi tenaga kesehatan dan tokoh agama tersebut digelar oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dengan program Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif, Efisien, dan Kuat (ERAT), dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat.
Program Koordinator USAID NTT Fransisca Sugi pada kesempatan yang sama mengatakan, kegiatan itu dilakukan dalam rangka penguatan kapasitas dan pemberdayaan orang dengan pendekatan keluarga dan kelas pengasuhan bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Menurut Fransisca, pelaksanaan pelatihan deteksi dini stunting dilaksanakan bersama tokoh agama terlatih.
Mereka tidak akan mengajarkan kepada pengasuh, ibu, dan anggota keluarga lainnya tentang deteksi dini stunting dan cara pengukuran mandiri dan didesain untuk membantu proses rujukan balita berisiko.
Setelah kegiatan pelatihan ini akan dilanjutkan dengan dokumentasi, monitoring dan evaluasi, pertemuan koordinasi dan workshop.
Secara umum, tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan peserta tentang pentingnya peran pemberdayaan masyakarat khususnya melalui deteksi dini stunting.