Perubahan Cara Pandang, Orang Muda di Flores Mesti Konsumsi Pangan Lokal

Larantuka, Ekorantt.com – Akibat cara pandang yang keliru, banyak anak muda cenderung mengonsumsi makanan cepat saji ketimbang pangan lokal. Lebih doyan melahap mi instan daripada makanan lokal yang berbahan baku dari alam sekitar.

Sehubungan dengan itu, butuh perubahan cara pandang sehingga anak muda terbiasa mengonsumsi pangan lokal yang kaya akan gizi.

Demikian salah satu poin penting dalam sosialisasi gerakan konsumsi pangan lokal di Kecamatan Larantuka dan Ile Mandiri, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Minggu, 10 Maret 2024. Terlibat di dalamnya Finbargo, BergunaID,  Amartha dan beberapa komunitas lokal lain.

“Kami ingin masyarakat memperbanyak makanan lokal (diversifikasi) dari pada makanan rendah gizi seperti junk food atau mi instan. Atas keprihatinan itulah kami membuat gerakan sosialisasi, yang kita mulai selama dua hari di Larantuka NTT,” ujar Burman dari Komunitas Finbargo.

Dia berharap, anak muda mulai menyadari untuk sadar pangan lokal, dan selanjutnya bertahap mengonsumsi makanan tinggi gizi yang ada di sekitarnya.

“Kami ingin membangkitkan konsumsi pangan lokal untuk mengalihkan anak muda dari kebiasaan makanan junk food, mi instan dan lain-lain. Itulah gerakan kami, kami ingin mengubah mindset anak muda. Ini gerakan jangka panjang untuk Indonesia,” katanya.

Gerakan makan pangan lokal harus terus meluas dan semestinya mendapatkan dukungan banyak pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah.

Perubahan Cara Pandang, Orang Muda di Flores Mesti Konsumsi Pangan Lokal_1
Beberapa pangan lokal di Flores Timur (Foto: Fino Monteiro)

Hal senada disamapaikan Rofinus Monteiro dari komunitas BergunaID. Gerakan konsumsi pangan lokal harus menjadi gerakan bersama ke depan. Ini akan menjadi sumbu yang akan mendorong kemandirian pangan di setiap daerah.

“Saya berharap gerakan ini menjadi gerakan yang masif dan dirasakan oleh ibu-ibu dan juga siswa sekolah lainnya sehingga kita bisa mandiri pangan. Itu sih pesan yang ingin kita sampaikan,” tuturnya.

Menurut Fino, sapaan akrabnya, kesadaran ini harus dibangun mulai dari sekarang untuk mengubah pikiran masyarakat terhadap pentingnya gizi bagi kesehatan. Kaum ibu, khususnya bisa memulai dengan gerakan tanam di pekarangan rumahnya masing-masing.

“Ibu-ibu harus kembali sadar dan kembali ke pangan lokal. Karena itulah kita menggelar kegiatan ini, dimulai dari Kelurahan Larantuka, Kecamatan Larantuka dan Deda Mudakeputu, Kecamatan Ile Mandiri,” ujar Fino.

Dalam dialog yang sama, Katrina dari komunitas Amartha menambahkan, jenis makanan lokal yang mudah didapatkan adalah jagung dan sorgum. Keduanya memiliki sumber serat dan juga sumber lemak pengganti beras atau karbohidrat lainnya.

“Contoh hari ini beras mahal kan, padahal ada makanan lain sebagai penggantinya. Kita punya jagung, sorgum dan sumber lemak sumber serat lainnya. Mereka bisa menggali sendiri apa yang mereka punya di daerahnya masing-masing,” katanya.

Sementara itu, Monica dari komunitas lokal Larantuka menyambut baik upaya menjadikan pangan lokal sebagai pangan sehat pengganti karbohidrat beras.

Ke depan, kata Monik, gerakan ini bisa menjadi gerakan ‘Satu Hari Konsumsi Pangan Lokal’ di tiap sekolah dasar.

“Saya yakin akan menjadi gerakan baik di sekolah dan menggali potensi makanan lokal sehingga kita tidak bergantung pada beras. Kita akan mengawal sekolah untuk menerapkan hari makan makanan lokal. Dan kita sudah berkoordinasi dengan sekolah dan mereka sudah rapat untuk menetapkan hari makan pangan lokal atau satu hari tanpa nasi,” pungkasnya.

Jurnalis Warga: Fino Monteiro

spot_img
TERKINI
BACA JUGA