Jakarta, Ekorantt.com – Belakangan keberagaman pangan lokal semakin tergusur karena kebijakan pangan masa lalu yang bias beras.
Data Badan Pangan Nasional menunjukkan, pergeseran pola konsumsi di berbagai daerah semakin tinggi dengan dominasi beras dan gandum.
Jika hal ini terus terjadi, ketergantungan Indonesia terhadap pangan dari impor diperkirakan akan terus menguat. Sebab, tidak semua wilayah di Indonesia cocok untuk pengembangan padi, sedangkan gandum merupakan tanaman subtropis.
Beragam pangan lokal, yang sekarang semakin ditinggalkan ini sebenarnya memiliki daya tahan yang baik terhadap lingkungan di Indonesia yang beragam.
Di tengah krisis iklim yang semakin menguat, pangan lokal menjadi salah satu jawaban yang harusnya dikedepankan. Sebagai langkah awal untuk menjaga pangan lokal adalah dengan mendokumentasikannya.
Saat ini KEHATI, KRKP, CIFOR ICRAF, Ekora NTT, Nastari, dan para pihak lainnya tengah mengembangkan pendokumentasian pangan lokal yang melibatkan publik melalui website www.nusantarafoodbiodiversity.org.
Medium Dokumentasi
Jurnalis dan co-inisiator nusantrafoodbiodiversity.org Ahmad Arif mengatakan, sistem pangkalan data ini diharapkan menjadi medium untuk mendokumentasikan, melestarikan, memanfaatkan sekaligus menyebarluaskan informasi lengkap tentang jenis, lokasi keberadaan, penyimpanan, pengolahan, dan konsumsi pangan lokal.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan, Indonesia memiliki setidaknya 100 jenis karbohidrat, 100 kacang-kacangan, 450 buah dan 250 sayuran dan jamur.
Di luar ini, aneka pangan liar yang belum teridentifikasi dipastikan masih banyak lagi.
Namun demikian, hingga saat ini tidak ada data eksisting yang menunjukkan kondisi pangan lokal ini, baik produksi maupun konsumsinya, di tingkat komunitas.
“Website ini diharapkan bisa memberikan gambaran data lebih nyata mengenai kondisi pangan lokal hingga di level desa,” kata Arif.
Sistem pangkalan data ini dibangun dengan pendekatan citizen science.
“Masyarakat bisa berperan serta mengisi data keberagaman pangan lokal di sekitar mereka dengan menjadi kontributor. Dengan keterlibatan publik, upaya pendokumentasian ini diharapkan juga bisa menjadi medium untuk meningkatkan literasi masyarakat mengenai pentingnya pangan lokal,” kata dia.
Pertahankan Keanekaragaman Pangan Lokal
Mulia Nurhasan, seorang peneliti dari CIFOR yang juga berperan sebagai co-inisiator nusantrafoodbiodiversity.org, menekankan pentingnya mempertahankan keanekaragaman pangan lokal dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Mulia merujuk pada publikasi CIFOR yang menyajikan sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa variasi dalam konsumsi pangan, yang mencakup berbagai kelompok pangan, berkaitan dengan penyerapan zat gizi mikro yang lebih baik, serta mengurangi risiko stunting.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa semakin banyak spesies pangan yang dikonsumsi per hari, semakin baik pula penyerapan zat gizi mikro tersebut.
Dalam penelitian yang melibatkan metode recall 24 jam di kawasan pedesaan dari tujuh negara berpenghasilan rendah dan menengah, menemukan bahwa setiap penambahan spesies pangan yang dikonsumsi menghasilkan peningkatan dalam asupan gizi.
Selain itu, bukti dari sistem pangan akuatik juga menunjukkan bahwa keberagaman spesies dan fungsionalitas ekologis meningkatkan manfaatnya terhadap gizi manusia.
Fakta-fakta ini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut dalam bidang pertanian yang sensitif terhadap gizi, yang bertujuan tidak hanya meningkatkan hasil pertanian tetapi juga meningkatkan status gizi masyarakat, serta intervensi konservasi ekosistem sebagai upaya untuk memperbaiki gizi di Indonesia.
Mulia mengajak rekan-rekan untuk membaca lebih lanjut ulasan terkait hal ini di publikasi CIFOR tersebut: https://www.cifor-icraf.org/knowledge/publication/8250/.
Kearifan Lokal
Adapun Puji Sumedi, Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI, juga co-inisiator nusantrafoodbiodiversity.org menyebutkan bahwa keanekaragaman sumber daya hayati, salah satunya sumber pangan lokal sesuai kearifan lokal di setiap wilayah Indonesia yang kaya ragam budaya.
Banyak praktik baik masyarakat dalam mengembangkan sistem pangan untuk kedaulatan pangan sesuai dengan potensi dan masih hidup sampai sekarang.
Akan tetapi tidak sedikit tantangan yang mengancam keberadaan, baik sumber daya hayati dan kearifan lokalnya.
Karenanya salah satu hal yang penting dilakukan adalah mulai menemu-kenali, mendokumentasikan kembali, memanfaatkan secara lestari sebagai bentuk perlindungan.
Semua Orang Bisa Jadi Kontributor
Hal serupa diungkapkan oleh Said Abdullah Koordinator Nasional Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), yang juga co-inisiator nusantrafoodbiodiversity.org.
Ia mengatakan, pendokumentasian ini basisnya adalah semua orang di seluruh Indonesia bisa terlibat, terutama anak-anak muda agar bisa terlibat dengan menjadi kontributor.
“Hal ini bisa menjadi sambung budaya pangan-pangan lokal dengan pola yang sedikit berbeda, kami mengajak publik untuk mendokumentasikan hal tersebut,” kata Said.
Dengan hadirnya website Nusantara Food Biodiversity diharapkan kekayaan pangan lokal di Indonesia dapat terdokumentasikan dengan baik.
Data dan informasi yang terhimpun di dalamnya tentu saja dapat menjadi bahan penting dalam pengambilan kebijakan dan juga dapat dimanfaatkan oleh publik secara luas untuk mendayagunakan potensi pangan lokal.
Keberhasilan website ini sangat ditentukan oleh keterlibatan publik luas. Oleh karenanya Arif mengemukakan, kontribusi publik sangat diperlukan untuk mengisi dan mengembangkan website ini.
“Kami mengundang kita semua di seluruh penjuru nusantara untuk berkontribusi dengan menjadi kontributor pada website ini. Catat dan unggah pangan lokalmu di website ini sebagai bentuk kontribusi kita menjaga keragaman dan memperkokoh ketahanan serta kedaulatan pangan kita,” kata dia.