Anggota Gagal, Tanggung Jawab Siapa? (Catatan Ringan HUT ke-29 Kopdit Pintu Air)

Sebagai lembaga keuangan yang berbasis pemberdayaan, pihak pengelola terus menerus berjuang memberikan pelayanan terbaik kepada anggota.

Oleh: Lukas Rudolf Lado*

Penagihan bukanlah satu-satunya jalan untuk menyelesaikan kredit lalai. Menanamkan kesadaran anggota untuk membayar sendiri dari kesadarannya adalah cara ampuh mengatasi kredit lalai.

Memasuki usia yang ke-29 tahun Kopdit Pintu Air boleh dibilang tidak muda lagi. Kalau boleh bersepakat kita katakan telah memasuki ‘usia menuju kematangan’.

Sebagai lembaga keuangan yang berbasis pemberdayaan, pihak pengelola terus menerus berjuang memberikan pelayanan terbaik kepada anggota. Ini aspek penting karena anggotalah yang menjadi pemilik koperasi kredit.

Tulisan ini merupakan sebuah refleksi kecil untuk semua lembaga koperasi kredit, spesial untuk Kopdit Pintu Air, lembaga kecintaan saya selaku salah satu anggota, yang merayakan ulang tahun berdirinya ke-29 pada Senin, 1 April 2024.

Fakta Umum

Kopdit Pintu Air yang telah tumbuh besar dan kini menjadi kuat adalah bukti dari ketangguhan layanan prima dari pengurus, manajemen, dan pengawas. Tentu saja partisipasi aktif anggota sangat menentukan keberlanjutan koperasi.

Tak bisa ditampik juga bahwa layanan prima kadang masih dirasakan sangat kurang oleh anggota. Bahkan kekuatan penuh pengelola koperasi seakan sia-sia lantaran ada saja anggota yang selalu merasa tidak puas.

Sebagai seorang jurnalis, satu kenyataan yang saya jumpai adalah anggota di banyak koperasi kredit berkeinginan mendapat layanan pinjaman yang sebesar-besarnya dalam waktu yang cepat dan bukan berdasarkan perhitungan matang. Berhadapan dengan ini, manajemen dibelenggu oleh target pelepasan pinjaman beredar yang besar demi menjaga likuiditas lembaga.

Kedua hal ini bila tidak dilakukan dengan penuh kehati-hatian akan mengakibatkan meroketnya pertumbuhan angka kredit lalai atau kredit macet.

Kredit macet menjadi momok menakutkan bagi semua lembaga keuangan, tidak terkecuali Kopdit Pintu Air.

Hal ini semakin diperparah oleh sikap anggota yang tidak jujur ketika mengajukan pinjaman serta penggunaan pinjaman yang tidak sesuai permohonan.

Kegagalan anggota dalam mengelola pinjamannya akan melahirkan ketidak-berdayaan anggota yang kelak menjadi penyumbang tingginya angka kredit lalai atau kredit macet.

Bila telah sampai pada situasi demikian, anggota yang bersangkutan akan enggan bergabung lagi dan bahkan pada situasi terburuk dia akan memilih keluar sebagai anggota.

Rekam jejak yang buruk membuat anggota tersebut semakin malang nasibnya, karena dia akan dicoret namanya dari keanggotaan lembaga.

Ini tentu wajar terjadi, tetapi layanan prima berupa pendidikan kepada anggota tetap mesti jadi perhatian semua lembaga keuangan terlebih lembaga koperasi kredit yang sangat menekankan aspek swadaya, pendidikan, dan solidaritas.

Empat Perspektif

Tantangan koperasi ke depan sangat kompleks terutama berhubungan dengan kompetisi  sesama lembaga sejenis, pengaruh kondisi ekonomi global, perkembangan teknologi, kondisi regulasi, keterlibatan anggota dan keamanan siber membutuhkan perhatian serta tanggapan sigap oleh semua komponen.

Koperasi yang baik mengenal empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif anggota, perspektif proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Pada perspektif keuangan, penekanannya pada bagaimana Kopdit Pintu Air dilihat oleh anggota dan para pemangku kepentingan, terutama berhubungan dengan keamanan serta kesehatan keuangan.

Perspektif anggota menekankan pada apa yang urgen untuk diberikan sebagai bentuk penguatan kepada anggota (pendidikan dan pelatihan serta pemasaran produk anggota), karena yang dibutuhkan anggota bukan hanya layanan keuangan berkualitas yang dapat meningkatkan kehidupannya.

Pada perspektif proses bisnis internal, manajemen dituntut untuk mengetahui secara jelas di mana keunggulan lembaga bila dibandingkan dengan lembaga serupa. Perspektif ini menjadi penting guna menjaga efisiensi. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, menekankan bagaimana bisa meningkatkan mutu sumber daya pengelola dan anggota.

Demi mewujudkan semua perspektif yang telah diuraikan di atas, dibutuhkan ketangguhan pengurus dan manajemen untuk menatanya. Ketangguhan adalah kemampuan untuk menyerap dampak  guncangan, baik internal maupun eksternal yang dihadapi dan butuh penyelesaian segera.

Hal penting lainnya adalah butuh  ketahanan yang melahirkan kemampuan untuk menahan peristiwa yang mempengaruhi struktur keuangan lembaga seperti likuiditas, pendapatan, dan aset. Sementara itu ketahanan bagi anggota, lebih ditujukan pada kesanggupan atau kemampuan anggota untuk menghadapi peristiwa yang mereka alami.

Karakter Anggota

Sangat disadari bila masing-masing anggota koperasi mempunyai karakter yang berbeda-beda. Perbedaan karakter itulah yang memberi warna pada perilakunya dalam mengelola pinjaman.

Hemat saya dengan mengetahui karakter anggota maka akan dengan mudah manajemen menemukan kategori penyelesaiannya. Yang dibutuhkan dari manajemen terutama bagian kredit dan tenaga lapangan adalah melengkapi data riwayat anggota guna memudahkan dalam menentukan kategorisasi penanganan.

Kategori pertama; adalah anggota dengan itikad baik dan kemampuan mengelola pinjaman juga baik. Anggota dengan kategori ini biasanya tidak membuat manajemen dan pengurus pusing.

Kedua; anggota dengan itikad baik namun dari aspek kemampuan pengelolaan pinjaman kurang. Orang-orang dengan kategori ini perlu diberikan pendampingan dari manajemen.

Ketiga; adalah anggota dengan itikad kurang baik tetapi dari aspek kemampuan baik. Anggota dengan kategori seperti ini membuat manajemen pusing kepala, karena memiliki kemampuan untuk membayar tetapi dengan itikad yang kurang tadi enggan atau dapat dikatakan dengan sadar tidak mau bayar kewajibannya.

Keempat; anggota yang berada pada kategori empat ini adalah mereka yang sungguh-sungguh lemah. Mereka sangat membutuhkan perhatian yang serius dari manajemen.

Betapa tidak, mereka memiliki itikad yang kurang lagi pula kemampuannya pun kurang. Sehingga benar-benar membutuhkan perhatian ekstra dari manajemen dan pengurus untuk menangani  permasalahan yang membelenggu anggota tersebut.

Kategorisasi itu akan memberikan kemudahan bagi pengurus dan manajemen mengurai masalah kredit macet. Kredit macet adalah momok yang menakutkan yang akan meruntuhkan kekokohan koperasi kredit.

Pertanyaannya: apakah sudah cukup dengan rapat anggota bulanan (RAB), penagihan dan penyitaan aset. Ataukah masih ada cara lain yang dapat diterapkan agar mereka dapat dikuatkan sehingga mereka tetap bertahan menjadi anggota.

Semua alternatif penanganan kredit macet seperti yang telah diuraikan di atas ada yang telah dilaksanakan oleh pengurus dan manajemen. Empat kategori seperti yang telah diuraikan di atas ditawarkan untuk dicoba dalam proses menangani masalah kredit lalai.

Cara ini pula menjadi wujud tanggung jawab pengurus dan manajemen sebagai bukti rasa sayangnya kepada anggota agar mereka tidak jatuh ke dalam lumpur kegagalan. Terutama para anggota yang masuk dalam kategori empat, merekalah orang yang perlu mendapat sentuhan pemberdayaan secara serius.

*Jurnalis, Anggota Kopdit Pintu Air

spot_img
TERKINI
BACA JUGA