Badan Pangan Nasional Berlakukan Fleksibilitas Harga Gabah dan Beras di Tingkat Produsen

Secara bulanan, inflasi beras di Maret 2024 tercatat berada di 2,06 persen dan ini menurun dibandingkan Februari 2024 yang berada di 5,32 persen.

Jambi, Ekorantt.com – Badan Pangan Nasional memberlakukan fleksibilitas harga gabah dan beras dalam rangka persiapan menyerap hasil panen raya sejak 3 April 2024 lalu.

Fleksibilitas harga dilakukan demi menjaga harga yang baik dan wajar di tingkat produsen serta menimbang rata-rata harga di pasar telah berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras.

Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 2024 Tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah menjadi jaring pengaman bagi produsen gabah dan beras.

Melalui keputusan ini, harga tidak terlampau turun jauh pada saat panen raya.

“Mulai 3 April 2024 sampai 30 Juni mendatang, kita putuskan adanya fleksibilitas HPP bagi Bulog. Ini agar Bulog dapat meningkatkan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang berasal dari produksi dalam negeri, jadi tidak hanya bersumber dari importasi saja,” ucap Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam keterangan pers di Kabupaten Merangin, Jambi, Rabu, 3 April 2024.

Fleksibilitas HPP gabah dan beras yang diterapkan bagi Perum Bulog yakni Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani yang sebelumnya Rp5.000 per kilogram difleksibelkan menjadi Rp6.000 per kilogram.

Kemudian Gabah Kering Giling (GKG) di gudang Perum Bulog yang sebelumnya Rp6.300 per kilogram mengalami fleksibilitas menjadi Rp7.400 per kilogram.

Lalu, HPP beras di gudang Perum Bulog dengan derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, dan butir menir maksimal 2 persen yang sebelumnya Rp9.950 per kilogram difleksibelkan menjadi Rp11.000 per kilogram.

“Tentu dengan adanya fleksibilitas harga bagi Bulog ini akan menjadi safety net bagi para sedulur petani, agar harga dapat terjaga dengan baik. Tatkala produksi kian meningkat, tentu akan mempengaruhi harga,” ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat potensi luas panen padi di Maret dapat mencapai 1,247 juta hektar atau setara dengan beras sebanyak 3,83 juta ton.

Pada April, potensi luas panen sebesar 1,587 juta hektar atau setara beras 4,90 juta ton. Sementara pada Mei, potensi luas panen mencapai 1,172 juta hektar atau setara beras 3,35 juta ton.

Jika dikalkulasi, jumlah produksi beras dari Maret sampai Mei dapat mencapai 12,08 juta ton.

“Panennya sudah banyak dan cukup besar, sehingga harga GKP yang tadinya sempat di atas Rp8.000 per kilogram, saat ini sudah mulai menurun. Sekarang tantangan bagi kita adalah bagaimana upaya menjaga harga di tingkat petani, karena sedulur petani kita juga perlu adanya harga pokok produksi ditambah margin yang wajar,” jelas Arief Prasetyo

“Di samping itu, nilai tukar petani terutama tanaman pangan juga harus kita jaga pergerakan indeksnya di tiap bulannya,” sambungnya.

Dalam laporannya, BPS mencatat indeks Nilai Tukar Petani (NTP) pada Maret 2024 mengalami penurunan 1,31 persen dibandingkan Februari 2024. NTP di Maret 2024 berada di 119,39 persen.

Sementara NTP pada subsektor tanaman pangan (NTPP) Maret 2024 juga mengalami depresiasi 5,01 persen menjadi 114,28 persen.

Inflasi beras di Maret 2024 dikatakan mulai melemah. Secara bulanan, inflasi beras di Maret 2024 tercatat berada di 2,06 persen dan ini menurun dibandingkan Februari 2024 yang berada di 5,32 persen.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA