Respons Isu Rawan Pangan, Pemdes Wae Mose Kembangkan Sorgum

Koordinator program Yakines Ferdinandus Mau Manu menilai, Pemdes Wae Mose sangat responsif terhadap isu kerawanan pangan dan perubahan iklim.

Labuan Bajo, Ekorantt.com – Pemerintah Desa Wae Mose, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat mengembangkan tanaman sorgum sebagai respons atas isu kerawanan pangan dan perubahan iklim.

Dalam pengembangan tanaman sorgum, Pemdes Wae Mose menggandeng LSM Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines). Kedua lembaga ini berkolaborasi dengan kelompok tani setempat.

Yakines memberikan dukungan teknis kepada petani. Sementara Pemdes Wae Mose membantu dalam pemberdayaan kelompok tani.

Koordinator program Yakines Ferdinandus Mau Manu menilai, Pemdes Wae Mose sangat responsif terhadap isu kerawanan pangan dan perubahan iklim. Ia pun memberikan apresiasi atas sikap responsif tersebut.

“Yang pertama saya berterima kasih untuk bapak desa (kades),” ucap Ferdinandus saat hadir dalam acara panen sorgum di Desa Wae Mose pada Kamis, 11 April 2024.

Ia mengaku Desa Wae Mose merupakan satu dari sekian desa yang responsif terhadap penanggulangan kerawanan pangan.

Ferdinandus menegaskan, kini semua kalangan sedang menyoroti tentang isu pangan dan perubahan iklim.

Perubahan iklim pun menjadi permasalahan saat ini. Petani sudah sulit untuk menetapkan kalender musim, semua sudah bergeser dari kebiasaan sebelumnya.

Sebab itu, Ferdinandus menekankan pentingnya budi daya tanaman lokal sebagai penopang keberlangsungan petani di tengah perubahan iklim.

Respons Isu Rawan Pangan, Pemdes Wae Mose Kembangkan Sorgum_1
Foto bersama usai melakukan acara pembukaan panen sorgum bersama secara simbolis (kades di tengah baju abu-abu, staf Yakines dan keluarga tani dampingan (Foto: HO)

“Kami dengan dukungan teman-teman dari Jerman juga NGO lainnya, mendorong petani untuk memulai budi daya pangan lokal karena satu-satunya pangan yang dapat bertahan dalam perubahan iklim yaitu pangan lokal dan terbukti dengan sorgum ini, yang awalnya tumbuh kurang meyakinkan, tetapi hari ini kita bisa panen,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Wae Mose Siprianus Kantul menjelaskan, acara panen sorgum ini menandai langkah besar dalam peningkatan potensi tanaman lokal di Kabupaten Manggarai Barat, sekaligus mengaplikasikan pertanian organik untuk menanggulangi kerawanan pangan.

Meskipun menghadapi kendala akibat keterlambatan benih sorgum, namun kerja sama semua pihak berhasil mengatasi hambatan tersebut. Panen pun dapat terlaksana.

Siprianus Kantul menjelaskan, kolaborasi ini terjadi karena adanya kesamaan program antara Pemerintah Desa Wae Mose dan LSM Yakines.

Menurut dia, program pemberdayaan yang dicanangkan Pemdes Wae Mose dan Yakines telah memberikan manfaat nyata bagi petani dan masyarakat setempat.

“Kami dalam hal ini pemerintah desa sangat senang dengan datangnya Yakines bersama program yang dibawa. Sesungguhnya pemerintah desa juga mempunyai program yang sama untuk bidang pemberdayaan,” tutur Siprianus.

“Jadi sekarang juga kita bisa menikmati panen tanaman sorgum yang selama ini kurang diperhatikan lagi oleh masyarakat,” tambah dia.

Ia mengaku Pemdes Wae Mose sudah menggelontorkan dana untuk memfasilitasi 12 kelompok tani. Dana ini untuk mengaplikasikan pertanian organik dan pengembangan tanaman lokal seperti sorgum agar bisa berjalan lancar.

Gunakan Lahan Satu Hektare

Pendamping lapangan Riani Koten mengatakan, meskipun panen sorgum kali ini terlambat karena kendala mendapatkan benih, namun kelompok tani yang mendapat pendampingan merasakan manfaat dari program pemberdayaan tersebut.

Luas lahan untuk panen kali ini, kata dia, sekitar satu hektare. Sorgumnya ditanam di kebun yang terpisah-pisah.

“Panen hari ini bertempat di kebun milik dua keluarga tani yang masing-masing kelompoknya didampingi sejak Mei dan Oktober 2023,” ungkap Riani.

Ia pun berterima kasih kepada Yakines dan Pemdes Wae Mose karena sudah mencanangkan program pemberdayaan ini.

Riani berharap program ini bisa terus berlanjut. Diharapkan pula sorgum ini dapat lebih berguna bagi masyarakat.

Budi daya tanaman lokal merupakan salah satu program yang menjadi poin kolaborasi antara Yakines, Pemdes Wae Mose, serta 12 kelompok tani yang sudah terbentuk dan menjalani pendampingan.

Selain itu, bentuk kolaborasi lainya dalam program pemberdayaan ini meliputi pemberdayaan perempuan dan anak, pertanian organik, konservasi mata air dan lumbung (padi, beras dan kebun) dan juga budi daya pangan lokal.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA