Demi Lingkungan Aman dari Kekerasan Seksual

Dengan melibatkan media seperti film, kita dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan menginspirasi mereka untuk berperan aktif dalam memerangi kekerasan seksual.

Oleh: Riko Raden*

Disadari atau tidak, banyak sekali kasus kekerasan seksual yang dialami perempuan di sekeliling kita. Fenomena ini merupakan masalah serius yang melintasi batas-batas geografis, budaya, dan sosial.

Kekerasan seksual tidak mengenal perbedaan usia, status sosial, atau latar belakang pendidikan. Dari pelecehan verbal hingga perkosaan, perempuan sering kali menjadi korban yang rentan tanpa perlindungan yang memadai.

Merujuk data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) yang dikutip Kompas.com pada 7 Maret 2024, tercatat ada 401.975 kasus kekerasan seksual yang dilaporkan selama tahun 2023.

Angka tersebut mencerminkan tingkat kekerasan yang mengkhawatirkan dan memperlihatkan betapa seriusnya masalah kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan di Indonesia.

Kekerasan seksual memiliki dampak yang mendalam terhadap kesehatan fisik, psikologi, emosional korban, serta merusak kepercayaan dan keamanan mereka.

Kekerasan seksual juga merupakan gejala yang paling sering diberitakan oleh media masa. Kasus-kasus ini memunculkan keprihatinan yang mendalam dalam masyarakat.

Meskipun demikian, kekerasan seksual merupakan masalah sosial yang kompleks dan sulit untuk dijelaskan secara memuaskan.

Penyebab kekerasan seksual melibatkan faktor-faktor yang beragam, termasuk ketidaksetaraan gender, budaya patriarki, ketidakadilan sosial, dan ketidaktahuan yang masih melingkupinya. Selain itu, banyak kasus kekerasan seksual tidak dilaporkan atau terungkap, sehingga menciptakan kesenjangan dalam pemahaman dan data yang akurat.

Meskipun telah ada upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini, seperti kampanye kesadaran, Undang-undang perlindungan, dan pembentukan lembaga penegak hukum, tantangan yang dihadapi tetap besar.

Peran Media

Kasus kekerasan terhadap perempuan masih belum reda hingga saat ini. Pada tanggal 13 April 2024, media Ekorantt.com menurunkan sebuah berita bertajuk “Seorang Anak Bawah Umur Asal Mabar Disetubuhi Pria Tak Dikenal, Polisi Harus Tangani Serius.”

Berita tersebut menyoroti kejadian yang sangat mengkhawatirkan, di mana seorang anak di bawah umur di Kabupaten Manggarai Barat menjadi korban kekerasan seksual oleh seorang pria yang tidak dikenal.

Kejadian ini menunjukkan bahwa masalah kekerasan seksual terhadap perempuan masih sangat meresahkan dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Melalui pemberitaan ini, media Ekorantt.com turut memberikan perhatian yang serius terhadap kasus ini dan mendorong pihak kepolisian untuk menangani kasus tersebut dengan sebaik-baiknya.

Perlindungan dan keamanan perempuan, terutama anak-anak, harus menjadi prioritas utama dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.

Berita di atas memiliki potensi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghadapi dan melawan kekerasan seksual. Berita ini juga dapat menjadi sarana untuk menggalang dukungan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan bagi perempuan.

Salah satu contoh lain yang relevan dengan isu kekerasan seksual adalah film “Women From Rote Island”. Film ini merupakan karya dari Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema yang menceritakan kisah seorang ibu tunggal di Pulau Rote beserta dua anak perempuannya.

Film ini dengan jelas menggambarkan perjuangan perempuan dalam menghadapi realitas kekerasan seksual di Indonesia Timur.

Kisah yang disampaikan dalam film ini mengisahkan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang kembali ke kampung halamannya, Pulau Rote, dengan kondisi depresi akibat kekerasan seksual yang dialaminya.

Melalui narasi ini, sutradara film mengajak para penonton untuk menjadi tegas dan berani dalam memberantas kasus kekerasan terhadap perempuan di lingkungan sekitar kita.

Dorongan Peran Masyarakat

Dalam konteks ini, masyarakat dituntut untuk ambil bagian sebagai pencegah sekaligus pemberi jalan keluar kasus kekerasan terhadap perempuan. Masyarakat perlu secara proaktif menolak segala bentuk budaya kekerasan, termasuk pelecehan seksual dan pemerkosaan.

Untuk mencapai hal ini, penting untuk mengedukasi masyarakat dan mengubah sikap serta perilaku yang meremehkan, mendiskriminasi, atau melecehkan perempuan. Hal ini bisa dilakukan melalui kampanye penyuluhan, program pendidikan, dan dialog yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Dengan melibatkan media seperti film, kita dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan menginspirasi mereka untuk berperan aktif dalam memerangi kekerasan seksual.

Film juga membangkitkan empati dan pemahaman tentang pengalaman yang dialami oleh korban kekerasan seksual, sehingga mendorong masyarakat untuk membantu dan mendukung mereka.

Berita dan film seperti ini memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran dan tindakan masyarakat dalam melawan kekerasan seksual.

Dengan memperkuat penolakan terhadap budaya kekerasan, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan bagi perempuan, serta memberikan dukungan yang diperlukan bagi para korban.


*Penulis tinggal di Ndiwar, Manggarai

spot_img
TERKINI
BACA JUGA