PMKRI Sayangkan Penanganan Dugaan Kasus TPPO yang ‘Bertele-tele’ oleh Polres Sikka

Desakan dilakukan lantaran polisi belum menetapkan tersangka dan dinilai bertele-tele dalam penanganan kasus ini.

Maumere, Ekorantt.com – Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Maumere terus mendesak Polres Sikka untuk menyelesaikan dugaan kasus Tidak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang menyebabkan meninggalnya seorang pekerja di Kalimantan Timur.

Desakan dilakukan lantaran polisi belum menetapkan tersangka dan dinilai bertele-tele dalam penanganan kasus ini.

Dugaan kasus TPPO ini mencuat setelah Yodimus Moan Kaka alias Jodi (40), warga Hoder, Kecamatan Waigete meninggal di Kalimantan Timur pada 28 Maret 2024 lalu.

Jodi yang bekerja di salah satu perusahaan perkebunan sawit, meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Ia diduga meninggal karena kelaparan.

Oleh kerabatnya, Jodi dikuburkan di Kalimantan karena ketiadaan uang untuk memulangkannya ke kampung halaman.

Keluarga Jodi menyebut nama Joker sebagai orang yang diduga merekrut dan mengirim Jodi dan tenaga kerja lain ke Kalimantan.

Keluarga korban kemudian mengetahui bahwa Joker merupakan nama lain dari Yuvinus Solo, seorang calon legislatif terpilih DPRD Kabupaten Sikka.

Dalam aksi demonstrasi di Mapolres Sikka pada Senin, 13 Mei 2024, Ketua PMKRI Cabang Maumere, Kornelius Wuli berkata, “sampai hari ini kita belum mendapatkan informasi publik apapun terkait perkembangan kasus ini.”

Kornelius menilai Polres Sikka sebagai penegak hukum terkesan masa bodoh. Padahal persoalan itu sangat krusial, sehingga butuh tindakan yang cepat dan tegas dari penegak hukum.

PMKRI Sayangkan Penanganan Dugaan Kasus TPPO yang ‘Bertele-tele’ oleh Polres Sikka_2
PMKRI Cabang Maumere mengadakan aksi demonstrasi di Mapolres Sikka pada Senin, 13 Mei 2024 (Foto: Petrus Popi/Ekora NTT)

Ia menduga ada keterlibatan polisi dalam kasus TPPO. PMKRI pun mendesak untuk mengusutnya secara tuntas.

Jika dugaan TPPO tidak diselesaikan secara tuntas, kata Kornelius, pihaknya meminta agar Kapolres Sikka dicopot.

Tentang dugaan keterlibatan polisi, Kasi Humas Polres Sikka, AKP Susanto sempat bilang, itu masih bersifat dugaan.

“Yang memberi info juga belum bisa memastikan benar atau tidak,” ujar Susanto sembari mengatakan dugaan itu akan tetap akan ditindaklanjuti.

Demo Ricuh

Aksi demonstrasi yang dilakukan PMKRI di Mapolres Sikka diwarnai oleh kericuhan.

Kericuhan terjadi saat seorang orator meminta pihak Polres Sikka untuk memberikan kesempatan kepada pedemo berdialog dengan Kapolres Sikka.

Mereka bertujuan untuk mempertanyakan sejauh mana perkembangan penanganan kasus TPPO.

Sayangnya, aparat tidak memenuhi permintaan tersebut. Mereka beralasan Kapolres Sikka tidak berada di tempat.

Aksi saling dorong pun tak terhindarkan hingga menyebabkan suasana menjadi ricuh untuk beberapa saat.

Tiga mahasiswa diamankan oleh polisi di ruang SPKT Polres Sikka. Mereka kemudian dilepaskan dan kembali melanjutkan aksi.

“Kami tadi ingin beraudiensi dengan Kapolres Sikka tetapi kemudian ada oknum polisi yang menendang salah satu anggota kami PMKRI,” kata Kornelius.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA