Kupang, Ekorantt.com – Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) Iwan Syahril berdialog dengan sejumlah guru penggerak saat berkunjung ke Provinsi NTT pada 5-9 Mei 2024.
Dialog ini penting karena guru penggerak menjadi salah satu motor penggerak untuk mengorkestrasi transformasi pendidikan yang ada di daerah.
Program guru penggerak, terang Iwan, digagas untuk menghadirkan pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Para guru penggerak bertugas untuk menggerakkan komunitas belajar bagi rekan guru di sekolah dan di wilayahnya.
Mereka juga dipersiapkan untuk menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah.
Selain itu, mereka juga diharapkan untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah, termasuk dengan membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Desry Mbate, guru penggerak yang saat ini sudah diangkat menjadi kepala sekolah di Amfoang, Kabupaten Kupang, mengungkapkan pengalaman saat mengikuti proses menjadi guru penggerak.
Menurutnya, materi-materi yang dipelajari di guru penggerak sangat berguna bagi proses tumbuh menjadi guru yang baik. Memahami kemampuan anak, pembelajaran yang terdiferensiasi, coaching, sampai pada kemampuan sosial emosional.
“Saya punya niat menjadi guru penggerak untuk bisa memberi dampak. Sekarang saya sudah diangkat menjadi kepala sekolah dari guru penggerak. Saya sudah mendekati banyak kawan-kawan guru di Amfoang terutama guru SD dan PAUD untuk ikut menjadi guru penggerak,” kata Desry.
Ia mengaku bahwa Amfoang sangat jauh dari kota. Namun begitu, semangat belajar harus tetap tinggi.
Desry berharap anak-anak di Amfoang lebih maju. Punya banyak kecerdasan. Tidak hanya di kemampuan kognitif, tetapi sangat penting memiliki kemampuan sosial yang baik.
“Ini modal untuk hidup mereka kelak,” ungkap Desry.
Hal senada disampaikan Maria Magdalena Tea, guru penggerak yang saat ini menjadi pengawas sekolah dari Kabupaten Ende saat diskusi terbatas di Kupang bersama huru penggerak dari 22 kabupaten/kota dan provinsi yang sudah diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Maria mengungkapkan, ia mengikuti program guru penggerak angkatan pertama, dan merasakan bahwa materi yang ia dapat sangat bermanfaat saat menjadi pengawas sekolah
“Saya merasa tugas menjadi pengawas dahulu dan sekarang sangat berbeda. Dulu tugas utama pengawas, adalah mengawasi. Sekarang lebih ke pendampingan. Peran ini saya dapatkan dari program guru penggerak,” terang Maria.
Menurutnya, pembelajaran yang diterimanya saat mengikuti pendidikan guru penggerak telah membuatnya merasa dekat dengan kepala sekolah.
Ia menyadari bahwa perannya bukan sekadar untuk mengawasi saja, tetapi lebih sebagai pendamping dan mitra.
“Saya mendampingi 32 sekolah. Memang ini cukup banyak. Tetapi saya berusaha untuk benar-benar melakukan analisa kebutuhan, metode yang tepat, dan melakukan penilaian kinerja yang baik, sehingga tugas saya menjadi pengawas bisa berdampak pada sekolah yang saya dampingi. Kita harus bangun ekosistem yang baik untuk saling mendukung dan saling membutuhkan,” cerita Maria.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Ambrosius Kodo, dalam diskusi terbatas dengan Dirjen PAUD Dikdasmen berterima kasih atas kunjungan tersebut karena dapat menyamakan persepsi tentang berbagai isu pendidikan di NTT.
“Ini kesempatan untuk kita menyamakan persepsi secara langsung bersama-sama. Saya menyampaikan berbagai persoalan tentang berbagai masalah pendidikan yang ada di Provinsi NTT,” kata Ambrosius.