Ruteng, Ekorantt.com – Hujan lebat yang mengguyur wilayah Poco Leok, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai pada Sabtu, 8 Juni 2024, tak menyurutkan semangat ratusan warga dari komunitas adat Lungar untuk melakukan aksi penolakan terhadap proyek geotermal.
Sebagian dari mereka tampak mengenakan jas hujan. Sebagiannya lagi hanya mengenakan jaket tanpa mengenakan jas hujan.
Lalu, ada pula yang hanya menggunakan handuk dan topi sebagai pelindung diri dari derasnya hujan.
Mereka menancapkan poster penolakan terhadap proyek geotermal di lahan masing-masing. Poster-poster tersebut terbuat dari karung plastik bekas bertuliskan ‘Kami Tolak Geothermal’. Selain itu bertuliskan ‘Kami Siap Lawan Geothermal’.
Warga juga memajang poster di sepanjang jalan lingko (tanah ulayat) Ndajang, salah satu lingko milik Gendang Lungar. Ndajang menjadi salah satu pintu masuk menuju Poco Leok dari arah utara.
Timotius Minggar, warga Gendang Lungar berkata, aksi ini merupakan salah satu upaya penolakan dan perlawanan atas upaya PLN dan Pemkab Manggarai yang hendak merampas ruang hidup warga untuk kepentingan industri ekstraktif geotermal.
Timotius menambahkan, pemasangan poster dilakukan juga sebagai respons perlawanan warga atas berbagai informasi keliru santer dipropagandakan di media, termasuk data palsu pemerintah yang mengklaim mayoritas warga Poco Leok sudah menerima dan menyetujui pembangunan geotermal.
“Kami membaca hanya sekitar tiga puluhan KK di Poco Leok yang menolak geotermal. Sementara, 600 KK mendukung,” sebutnya.
Timotius berpendapat, informasi tersebut adalah informasi yang sangat keliru, yang sebenarnya kebalikan dari itu.
“Kami mau tegaskan lagi bahwa 11 dari 14 gendang secara tegas menolak geotermal,” terangnya.
Hal senada juga disampaikan Korida Jehanut. Ia menyayangkan sejumlah media yang menyampaikan berita-berita hoaks tentang perjuangan warga Poco Leok.
“Kami yang datang hari ini, adalah warga gendang Lungar. Ada 40-an KK yang hadir. Belum termasuk sepuluh gendang lainnya yang juga bersikukuh menolak. Jadi informasi bahwa hanya 30-an KK yang menolak, itu adalah berita yang tidak benar,” kata Korida.
Buktinya, ujar dia, pihaknya masih solid menolak rencana pembangunan proyek panas bumi di Poco Leok untuk kepentingan bersama semua warga Poco Leok tanpa ada kepentingan pribadi.
“Ini murni gerakan atas kesadaran masing-masing warga,” kata Masyudi Onggal menambahkan.
Warga Gendang Lungar, kata Masyudi, berharap melalui aksi ini mampu mengatasi berbagai berita hoaks serta memberitahukan kepada publik bahwa mayoritas masyarakat adat Poco Leok masih solid menolak rencana pembangunan geotermal.
“Penolakan ini adalah murni lahir dari kesadaran dan pengetahuan warga soal dampak buruk industri ekstraktif geotermal bagi seluruh aspek kehidupan masyarakat adat Poco Leok,” pungkasnya.
Proyek geotermal di Poco Leok merupakan proyek perluasan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Ulumbu yang beroperasi sejak tahun 2012 lalu.
Perluasan proyek panas bumi ke Poco Leok dalam upaya memenuhi target menaikkan kapasitas PLTP Ulumbu dari 7,5 MW menjadi 40 MW. Tetapi, rencana ini terus mendapat penolakan dari warga.