Pemprov NTT Kedepankan Kerja Kolaborasi Atasi Stunting dan Kemiskinan

Atip pun mengharapkan hasil dan program kerja yang dicapai dalam musyawarah ini dapat memberikan sumbangsih terhadap pembangunan manusia dalam berbagai bidang untuk kesejahteraan daerah.

Kupang, Ekorantt.com – Penjabat Gubernur NTT Ayodhia G.L Kalake menyatakan, Pemerintah Provinsi NTT senantiasa mengedepankan kerja kolaborasi dalam menangani masalah stunting dan Kemiskinan di wilayah itu.

Kerja kolaborasi menurut dia, terutama dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk umat beragama, para pemuka agama, organisasi kemasyarakatan, serta tokoh masyarakat.

Para pihak diharapkan memberikan kontribusi dan partisipasi aktif dan nyata, dalam mengatasi berbagai krisis dan tantangan yang dihadapi, seperti penanganan stunting dan kemiskinan di Provinsi NTT

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) NTT Elsa Pongtuluran sebagaimana dilansir Antara, Selasa, 6 Februari 2024, mengatakan, jumlah kasus stunting di NTT pada 2023 mencapai 63.804 anak atau 15,2 persen.

Angka ini menurun 2,5 persen dari tahun sebelumnya. Di tahun 2022 angka stunting berada pada 17,7 persen atau 77.338 anak.

Sedangkan menukil data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2024, rata-rata rumah tangga miskin di Provinsi NTT memiliki 5,75 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp3.031.831,-/rumah tangga miskin/bulan.

“Kita dilahirkan, tumbuh dan hidup di tanah NTT, Nusa Terindah Toleransi, untuk itu mari kita terus menjaga ciri khas dan kekuatan besar yang kita miliki ini yakni semangat persaudaraan dan toleransi sehingga tidak dapat tergerus oleh provokasi yang mengancam persaudaraan serta kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin kompleks,” pungkas Ayodhia saat membuka secara resmi Musyawarah Wilayah II Persatuan Islam (Persis) Provinsi NTT Tahun 2024 di Asrama Haji Kupang pada Sabtu, 27 Juli 2024.

Apresiasi

Dalam sambutannya pula, Ayodhia menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Muswil II Persatuan Islam (Persis) dan Persatuan Islam Istri (Persistri) di Kota Kupang.

Menurut dia, Kupang adalah Kota Kasih. Sedangkan NTT merupakan miniatur Indonesia karena dihuni oleh beraneka ragam penduduk dengan latar belakang agama, suku, budaya dan adat istiadat dan hidup berdampingan dengan damai.

Ayodhia juga mengatakan, NTT dikenal juga sebagai Nusa Terindah Toleransi dan New Tourism Territory.

“Saya juga terus mengajak kita semua sebagai kader pembangunan bangsa untuk tetap kompak dan bersatu padu dengan menjunjung tinggi sikap sepenanggungan dalam kemajemukan serta selalu aktif dan terlibat dalam mendukung setiap program kerja dan kegiatan pemerintah dalam mewujudkan cita-cita kita bersama yaitu NTT Maju dan Sejahtera,” kata Ayodhia.

Sementara itu, Ketua Bidang Hukum dan HAM Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTT, Anwar Pua Geno mengatakan, untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dengan latar belakang keragaman agama dan budaya yang ada di NTT perlu adanya toleransi antarsesama.

Sikap toleransi tentu saja ditunjukkan dengan saling menghormati satu sama lainnya untuk menangkal adanya terorisme dan radikalisme atas nama agama yang dapat merusak persaudaraan umat beragama, sehingga dapat mewujudkan NTT sebagai Nusa Terindah Toleransinya.

“Persatuan umat Islam bukan hanya untuk umat Islam saja, akan tetapi untuk semua kita dengan memberikan sumbangsih yang besar untuk kemajuan dan pembangunan NTT yang lebih baik,” kata Anwar.

Ia menyadari bahwa menjaga persatuan tidaklah mudah. Sebab itu, Anwar mengajak semua pihak untuk bergotong royong, menghindari fitnah dan prasangka buruk dan menghindari upaya-upaya memecah belah antarsesama, antara rakyat dengan pemerintah dan elemen masyarakat lainnya.

“Serta selalu bertabayun (prasangka baik) sehingga kita dapat menjaga persatuan di bumi Flobamorata yang kita cintai ini,” imbuh Anwar.

Apa Itu Persis?

Pemprov NTT Kedepankan Kerja Kolaborasi Atasi Stunting dan Kemiskinan1
Penjabat Gubernur NTT Ayodhia G.L Kalake (tengah) saat menghadiri Musyawarah Wilayah II Persatuan Islam (Persis) Provinsi NTT Tahun 2024 di Asrama Haji Kupang pada Sabtu, 27 Juli 2024 (Foto: Alex Raditia & Beni Triyono/Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT)

Pimpinan Pusat (PP) Persis Prof Atip Latifulhayat menjelaskan, Persis adalah salah satu organisasi Islam tertua yang didirikan pada 12 September 1923 silam.

Persis bisa dikatakan sebagai salah satu organisasi lokomotif pembaharuan Islam di Indonesia.

Peran Persis sebagai pembaharu Islam bisa dilihat dari sudut pemikiran keagamaan.

Di titik ini ditemukan arti penting Persis dalam perjalanan sejarah bangsa, khususnya umat Islam Indonesia.

“Narasi Persis juga adalah narasi intelektual dengan pengajaran yang rasional seperti ungkapan bahwa Islam itu agama yang fitrah,” jelas Atip.

Ia juga menjelaskan, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi khususnya mewabahnya media sosial dewasa ini, banyak umat Muslim yang sudah kurang tertarik dalam mengilhami nilai-nilai Islam.

Dalam 100 tahun pertama Persis menjelaskan Islam. Lalu pada agenda 100 tahun kedua Persis harus menjadi organisasi yang menghadirkan Islam yang senang dan memberi, memberikan sesuatu yang berkualitas dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, sebagai bentuk miniatur keislaman.

“Ini tantangan kita, terlebih dunia dewasa ini sudah semakin dikuasai oleh media sosial, sehingga nilai-nilai ajaran Islam juga mulai tergerus, dan akhlak manusia juga mulai merosot,” jelas Atip.

“Oleh karena itu, kita tidak boleh kalah, kita harus selalu hadir melalui nilai-nilai keislaman yang benar dalam berbagai bidang dan memberikan sumbangsih positif bagi sesama kita, juga bagi pembangunan,” imbuh dia.

Atip pun mengharapkan hasil dan program kerja yang dicapai dalam musyawarah ini dapat memberikan sumbangsih terhadap pembangunan manusia dalam berbagai bidang untuk kesejahteraan daerah.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA