Kupang, Ekorantt.com – Svadyaya Riset Nusantara mempublikasikan hasil survei elektabilitas kandidat yang akan berlaga di pemilihan gubernur (Pilgub) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2024.
Dua kandidat bakal calon gubernur (bacagub) untuk Pilgub Provinsi NTT 2024, Melki Laka Lena dan Ansy Lema bersaing di posisi teratas. Dari hasil survei Svadyaya Riset Nusantara, elektabilitas kedua kandidat ini tidak terpaut jauh.
Melki Laka Lena di urutan pertama 27,45 persen, disusul oleh Ansy Lema dengan angka 25,15 persen, kemudian Benny K. Harman 22,25 persen, Fransiskus Xaverius Lara Aba 10,15 persen, Simon Petrus Kamlasi 7,71 persen, Julie Laiskodat 5,15 persen, dan Johni Asadoma 0,05 persen.
Persentase swing voters atau belum menentukan pilihan relatif kecil yaitu 1,90 persen, dan responden yang tidak memilih atau golput sebanyak 0,10 persen.
“Nama-nama popular, seperti Imanuel Melkiades Laka Lena dan Yohanis Fransiskus Lema di Provinsi NTT masih bertengger di daftar atas hasil top of mind para responden. Meski begitu, nama-nama baru juga mampu masuk lima besar top of mind responden, salah satunya ialah Fransiskus Xaverius Lara Aba,” ujar Direktur Svadhyaya Riset Nusantara, Gery Gugustomo dalam keterangan pers yang diterima Ekora NTT, Senin, 12 Agustus 2024.
Hasil survei tidak banyak perbedaan ketika dilakukan simulasi top of mind yang dilakukan terhadap empat nama kandidat.
Melki Laka Lena dan Ansy Lema sama-sama menempati posisi teratas meski berada pada kelompok simulasi yang berbeda.
Melki Laka Lena meraih elektabilitas sebesar 28,98 persen, bersaing dengan Simon Petrus Kamlasi 25,26 persen, Johni Asadoma 16,98 persen, dan Fransiskus Xaverius Lara Aba 12,67 persen. Pada simulasi ini, swing voters berada pada angka 10,05 persen.
Kemudian pada simulasi terhadap empat nama kandidat lainnya, Ansy Lema mendapatkan elektabilitas 27,25 persen, bersaing dengan Benny K Harman 25,38 persen, Fransiskus Xaverius Lara Aba 17,25 persen, dan Julie Laiskodat 15,55 persen. Pada simulasi tersebut swing voters berada pada angka 9,55 persen.
Sedangkan, ketika simulasi dilakukan tanpa nama Melki Laka Lena dan Ansy Lema, nama yang mencuat ke posisi teratas justru Fransiskus Xaverius Lara Aba.
Tingkat elektabilitas Fransiskus Xaverius Lara Aba sebesar 36,81 persen. Disusul Emelia Julia Nomleni 28,97 persen, Orias Petruk Moedak 11,27 persen, dan Fransiscus Go 8,60 persen. Pada simulasi tersebut, swing voters mencapai angka 10,52 persen.
Frans Aba Potensial
Nama Frans Aba dalam keterangan para responden, terpantau sudah melakukan deklarasi kesiapan sepanjang satu tahun terakhir.
Frans Aba merupakan putra daerah NTT yang berprofesi sebagai akademisi dan praktisi ekonomi, tetapi tidak sebagai anggota partai politik.
Nama Frans Aba sudah masuk dalam daftar kandidat bacagub Provinsi NTT, dan dalam berbagai pemberitaan, terlibat di dalam pembahasan beberapa parpol yaitu PKB, PAN, dan Hanura terkait Pilgub NTT.
Perkembangan terakhir, terdapat perubahan lanskap politik NTT, partai-partai tersebut membentuk koalisi masing-masing.
“Jika melihat hasil analisis tabulasi silang, Frans Aba sebenarnya berpotensi mendapat growth popularity/electability, tetapi karena relatif belum mendapat dukungan parpol di awal, maka upaya apapun yang dilakukan tidak menjadi pertimbangan pragmatis parpol,” jelas Gery.
Terkait kemantapan responden terhadap pilihannya, sebanyak 56,45 persen responden menyatakan masih mungkin berubah. Sedangkan 40,40 persen responden sudah merasa mantap dengan pilihannya, dan 3,15 persen responden enggan menjawab.
Ketika ditanya alasan terkait potensi perubahan pilihan, 35,99 persen responden mengatakan masih melihat visi dan misi dari para calon. Sedangkan 15,55 persen responden mengatakan pilihannya dapat berubah jika ada calon yang mereka nilai lebih bagus.
“Di dalam simulasi terhadap empat kandidat, swing voters berada di angka 8-10 persen. Angka yang cukup kecil untuk mendapatkan tambahan dukungan baru dari pemilih. Meski demikian, kandidat perlu memperhatikan sebanyak 56,45 persen responden masih mungkin untuk mengubah pilihannya, bergantung pada visi-misi cagub yang sosialisasikan kepada masyarakat,” jelas Gery.
Perlu diketahui, sebagian besar responden masih percaya terhadap seluruh penyelenggara pemilu. Mulai dari KPU Provinsi NTT 43,59 persen, Bawaslu Provinsi NTT 45,89 persen, DKPP 46,08 persen, dan Mahkamah Konstitusi 43,50 persen.
Meskipun demikian masih banyak pula responden memiliki tingkat kepercayaan sedang, yang artinya mereka masih ragu-ragu atau memiliki kecenderungan memiliki persepsi buruk kepada setiap instansi tersebut.
Di sisi lain, 35,56 persen responden juga percaya dengan netralitas TNI dan 34,32 persen responden percaya dengan netralitas Polri.
Situasi yang sama juga tampak dari persepsi responden terhadap netralitas TNI/Polri yang menunjukkan cukup banyak responden dengan tingkat kepercayaan sedang.
Bahkan responden yang tidak percaya dengan netralitas TNI/Polri juga cukup banyak. Sebanyak 25,14 persen responden menjawab tidak percaya dengan netralitas TNI, sedangkan 26,67 persen tidak percaya dengan netralitas Polri.
Terdapat kemungkinan besar hal tersebut terhubung dengan persepsi responden terhadap praktik premanisme.
Sebanyak 47,80 persen responden menjawab sangat tidak setuju dengan praktik premanisme dalam kehidupan sehari-hari, kemudian sebanyak 39,77 persen responden sangat tidak memaklumi adanya praktik premanisme dalam proses Pilgub NTT 2024.
Adapun survei Svadhyaya Riset Nusantara dilakukan pada tanggal 18-28 Juli 2024 di dua daerah pemilihan (Dapil) yang terdiri atas 22 kota/kabupaten secara proporsional berdasarkan data jumlah populasi pemilih terakhir.
Jumlah sampel survei yang dilakukan Svadhyaya sebanyak 1.046 responden. Wawancara dilakukan secara tatap muka oleh tenaga terlatih dengan bantuan/pedoman kuesioner.
Adapun metode survei yang digunakan yaitu pengambilan sampel secara acak bertingkat (stratified multistage random sampling) dengan margin of error (MoE) kurang lebih 3.5 persen pada tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95 persen.