Darah Politik Mengalir dari Sadi-Belu, Ansy Lema Tak Gentar Bertarung di Pilkada

Restu leluhur dan integritas yang diturunkan dari generasi ke generasi akan menjadi spirit perjuangan dirinya untuk membangun NTT ke arah yang lebih baik.

Atambua, Ekorantt.com – Sosok calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut satu, Yohanis Fransiskus Lema memiliki darah politik yang berasal dari leluhur keturunan Desa Sadi, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.

Ansy Lema memulai karier politiknya sejak 25 tahun lalu sebagai seorang aktivis 98, lalu menjadi wakil rakyat di Senayan.

Dua periode berturut-turut yaitu periode 2019-2024 dan 2024-2029, Ansy berhasil merebut hati rakyat NTT.

Keberhasilan politik Ansy Lema mengalir deras dari darah leluhur Sadi. “Darah politik saya dari keluarga di Sadi.”

“Nenek saya itu anggota DPR RI tiga periode dan sepupunya menjadi gubernur Timor-Timur (Timtim). Mohon doa dan dukungan keluarga dan rakyat agar saya jadi gubernur,” kata Ansy Lema saat berziarah ke makam para leluhurnya di Desa Sadi, Selasa, 2 Oktober 2024.

Ia menceritakan bahwa kakek neneknya merupakan orang asli Belu dari Suku Kemak etnis Raegio yang tinggal di Desa Sadi. Ibu kandung dari ayah Ansy Lema yang bernama Helena Bui Teu Lema merupakan orang asli suku Kemak.

Demikian juga dengan ayah dan ibu kandung dari nenek Helena, yakni Paulus Maukura dan Yuliana Bolokau merupakan orang asli Suku Kemak Belu.

Helena Bui Teu Lema memiliki seorang kakak kandung bernama Maria Petronela Inacio yang merupakan seorang anggota DPRI RI dari Dapil Timor Timur selama tiga periode, yakni dari tahun 1978-1993.

Tidak hanya itu, kata Ansy Lema, sepupu Helena Lema dan Maria Inacio adalah seorang Gubernur Timor Timur pada tahun 1978-1982 bernama Guilherme Maria Goncalves.

Ia sekaligus adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pertama Timor Timur. Goncalves adalah seorang raja di Atsabe-Leimea.

“Dari merekalah jiwa politik saya mengalir. Karena itu, saya cukup rutin berkunjung ke sini. Saya datang untuk mendoakan mereka, para leluhur saya. Sekaligus memohon berkat dari mereka,” jelas Ansy.

Calon gubernur yang berpasangan dengan Jane Natalia Suryanto ini menjelaskan bahwa leluhurnya berasal dari Suku Kemak sub etnis Raegio yang memiliki arti “Tanah yang kokoh, yang tak bisa digoyahkan”.

“Ini menjadi prinsip yang membentuk saya menjadi seorang politisi yang kuat, teguh, kokoh, dan tidak bisa digoyahkan secara prinsip dan integritas,” tandasnya.

Dengan darah politik ini, Ansy Lema mengakui bahwa dirinya adalah seorang pejuang yang tidak gentar bertarung dalam kontestasi Pilkada.

Restu leluhur dan integritas yang diturunkan dari generasi ke generasi akan menjadi spirit perjuangan dirinya untuk membangun NTT ke arah yang lebih baik.

“Sejak duduk menjadi Anggota DPR RI di Komisi IV, saya telah cukup banyak berjuang membantu masyarakat NTT di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan,” tuturnya.

“Saya akan terus berjuang untuk mengeluarkan NTT dari kemiskinan ekstrem. Membangun NTT berarti membangun desa, rakyat desa harus sejahtera,” pungkas Ansy.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA