DPRD Kritisi Program Pemkab Manggarai Bangun 100 Rumah Gendang, Tidak Masuk Akal dari Sisi Anggaran dan Budaya

Dia juga menyoroti urgensi program 100 rumah gendang di tengah berbagai kebutuhan dasar masyarakat yang masih belum terpenuhi.

Ruteng, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Manggarai berencana membangun 100 unit rumah gendang pada tahun 2025 mendatang.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Aloysius Jebaru berkata, pihaknya telah memasukkan pembangunan 100 unit rumah gendang pada program dinas pariwisata dan kebudayaan tahun anggaran 2025.

“Sudah masukan dalam program dinas pariwisata dan kebudayaan untuk tahun anggaran 2025,” kata Aloysius kepada Ekora NTT pada Senin, 7 Oktober 2024.

Sebelumnya, Bupati Hery Nabit telah menjanjikan pembangunan rumah gendang dalam kegiatan Musrenbangkab RKPD dan Rembuk Stunting pertengahan April 2024 lalu.

Kala itu, Hery Nabit berkata, pemerintah memiliki target prioritas di bidang pariwisata budaya yakni pembangunan rumah gendang.

Namun rencana pembangunan 100 rumah gendang menuai kritikan dari anggota DPRD Manggarai, Rikard Madu. Dia bilang, program ini tidak masuk akal jika dilihat dari kemampuan keuangan daerah dan prioritas anggaran yang ada.

Kebutuhan anggaran untuk membangun satu rumah gendang bisa mencapai hingga Rp300 juta, jumlah yang signifikan di tengah keterbatasan anggaran daerah.

“Program ini perlu dipertanyakan dari segi anggaran, karena di tengah-tengah sudah ditetapkan pos-pos anggaran seperti DAU (Dana Alokasi Umum) dan dana block grant lainnya,” ujarnya.

“Apakah realistis untuk memasukkan program besar seperti ini tanpa memperhitungkan kemampuan fiskal daerah?”

Dia juga menyoroti urgensi program 100 rumah gendang di tengah berbagai kebutuhan dasar masyarakat yang masih belum terpenuhi.

“Kita masih menghadapi tantangan besar dalam pelayanan air minum di beberapa kelurahan, infrastruktur jalan yang belum memadai, serta penataan moda transportasi dan jalur lalu lintas yang sering menimbulkan masalah baru,” kata Rikard.

“Pasar rakyat juga masih dalam kondisi memprihatinkan, jadi seharusnya fokus kita adalah menyelesaikan masalah-masalah mendasar ini.”

Selain dari sisi anggaran, kata dia, program tersebut bisa menjadi rancu jika dilihat dari perspektif budaya Manggarai. Karena “pembangunan rumah gendang bukan sekadar proyek fisik, melainkan memiliki makna adat yang mendalam, dan karenanya harus dilakukan dengan proses yang menghormati tradisi.”

“Rumah gendang bukan hanya soal bangunan fisik, tetapi soal nilai-nilai budaya yang menyertainya. Jika ini tidak dipahami, maka program ini hanya akan menjadi proyek monumental tanpa makna yang mendalam bagi masyarakat Manggarai,” ucapnya.

Seharusnya program-program pemerintah mesti memiliki dasar perencanaan yang jelas dan memperhitungkan tata kelola anggaran yang baik, bukan hanya berdasarkan keinginan tanpa mempertimbangkan kondisi nyata di lapangan.

“Pemerintah harus menyampaikan program yang memiliki dasar kuat dari segi tata kelola anggaran, bukan program yang sekadar keinginan tanpa perhitungan matang,” pungkasnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA