Politik Bermartabat: Menyambut Pilkada di Tengah Spirit Rosario

Masyarakat NTT, dengan warisan spiritualitas yang kaya, memiliki potensi besar untuk menjadikan Pilkada ini sebagai momentum untuk mengembalikan politik kepada jalur yang bermartabat

Oleh: Tian Rahmat*

Pilkada serentak yang akan berlangsung pada 27 November 2024 mendatang menjadi salah satu momentum krusial dalam lanskap politik di Indonesia tanpa terkecuali Nusa Tenggara Timur (NTT). Di tengah riuhnya persiapan politik dan pergerakan para calon kepala daerah, ada sebuah peristiwa religius yang secara spiritual mempengaruhi sebagian besar masyarakat NTT, yakni Bulan Rosario.

Oktober sebagai Bulan Rosario merupakan tradisi Katolik yang dijalankan dengan penuh khusyuk oleh umat di seluruh dunia, termasuk di NTT yang mayoritas penduduknya beragama Katolik.

Hemat saya, kita dapat merenungkan bagaimana nilai-nilai iman Katolik, terutama yang terkandung dalam Rosario, dapat membawa inspirasi positif dalam menyongsong Pilkada yang bermartabat dan penuh integritas.

Nilai-Nilai Rosario dalam Kehidupan Politik

iklan

Rosario merupakan doa meditasi yang berpusat pada peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus Kristus dan Maria, ibunya. Ada nilai-nilai keutamaan, seperti pengorbanan, keadilan, dan kasih, yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai inilah yang bisa diimplementasikan dalam praktik politik.

Santo Thomas Aquinas, dalam karyanya Summa Theologica (1265-1274), menekankan pentingnya virtus (kebajikan) sebagai dasar dari setiap tindakan manusia, termasuk dalam politik.

Menurutnya, kebajikan moral seperti keadilan, kehati-hatian, keberanian, dan moderasi adalah kunci bagi setiap pemimpin yang ingin bertindak benar demi kebaikan bersama (bonum commune).

Konteks politik di NTT tidak lepas dari tantangan besar, termasuk isu korupsi, kemiskinan, dan ketimpangan pembangunan. Hal ini menuntut pemimpin yang tidak hanya cakap dalam administrasi pemerintahan, tetapi juga memiliki integritas moral yang kuat.

Di sinilah spirit iman yang lahir dari Rosario menjadi relevan. Rosario bukan hanya sekadar serangkaian doa, tetapi juga refleksi akan makna mendalam dari pelayanan, pengorbanan, dan tanggung jawab.

Dalam perspektif filsafat politik, Aristoteles dalam Politics (350 SM) berbicara tentang manusia sebagai zoon politikon makhluk sosial yang kehidupannya tidak bisa dilepaskan dari komunitas politik.

Aristoteles juga menggarisbawahi bahwa politik yang baik adalah politik yang berorientasi pada kebajikan dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Ini sejalan dengan pandangan Katolik tentang tanggung jawab sosial.

Dalam Gaudium et Spes (1965), salah satu dokumen Konsili Vatikan II, Gereja menekankan pentingnya kehadiran orang beriman dalam dunia sosial dan politik untuk membawa nilai-nilai moral dan etis dalam membangun masyarakat yang adil dan bermartabat.

Pilkada dan Politik Bermartabat

Pilkada serentak bukan hanya ajang perebutan kekuasaan, tetapi harus dipahami sebagai proses memilih pemimpin yang dapat membawa perubahan nyata bagi masyarakat.

Mengutip filsuf politik modern, John Rawls dalam bukunya A Theory of Justice (1971), demokrasi yang sehat adalah yang didasarkan pada keadilan sebagai fairness, di mana setiap orang, tanpa memandang latar belakangnya, memiliki hak yang sama untuk diperlakukan adil dalam politik.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa sering kali praktik politik lokal, termasuk di NTT, masih jauh dari harapan. Isu politik uang, kampanye hitam, dan manipulasi data pemilih masih menjadi tantangan besar. Ini adalah cerminan dari rendahnya moralitas politik yang seharusnya menjadi dasar dalam membangun demokrasi.

Dalam kaitannya dengan ini, hemat saya Rosario bisa menjadi pengingat akan pentingnya kejujuran dan ketulusan dalam setiap tindakan politik. Yesus Kristus, dalam ajarannya, menekankan pentingnya kebenaran sebagai fondasi dalam setiap relasi sosial, termasuk dalam politik.

Dalam Yohanes 8:32, Yesus berkata, “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Kebenaran adalah pilar utama yang harus dipegang oleh setiap calon pemimpin dan pemilih dalam Pilkada.

Dalam konteks NTT, di mana masyarakat sering kali masih berada dalam kondisi rentan akibat kemiskinan dan kurangnya akses pendidikan, sangat mudah bagi pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkan situasi ini demi keuntungan politik jangka pendek.

Tetapi, di sinilah peran penting dari sebuah pendidikan politik yang bermartabat dan berintegritas. Gereja sebagai institusi moral memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan pendidikan politik bagi umatnya, agar mereka tidak mudah terjerumus dalam politik transaksional.

Semangat Rosario dalam Pemilu

Dalam suasana religius Bulan Rosario, masyarakat Katolik NTT diingatkan untuk tidak sekadar menjalankan ritual keagamaan, tetapi juga membawa spirit iman tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam proses politik. Doa Rosario yang berulang-ulang bukan hanya sarana kontemplasi, tetapi juga ajakan untuk merenungkan komitmen pada kebenaran dan keadilan dalam konteks sosial dan politik.

Sebagaimana dijelaskan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam ensikliknya Rosarium Virginis Mariae (2002), Rosario adalah “sekolah Maria” di mana setiap orang belajar tentang makna hidup Kristiani yang sejati, yakni hidup dalam kasih, keadilan, dan pengorbanan demi sesama.

Pemimpin yang baik harus memiliki sifat-sifat ini. Seorang pemimpin yang bermartabat haruslah orang yang berani memperjuangkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Dalam konteks politik lokal, sangat dibutuhkan sosok pemimpin yang berani melakukan reformasi, memperjuangkan transparansi, dan mengutamakan keadilan sosial. Di sinilah relevansi dari ajaran Katolik mengenai “preferential option for the poor” (pilihan utama bagi yang miskin) sangat diperlukan, sebagaimana ditegaskan dalam Compendium of the Social Doctrine of the Church (2004).

Pemimpin yang berkomitmen pada keadilan sosial harus berpihak pada kaum yang lemah dan tertindas, mengutamakan kesejahteraan rakyat, bukan hanya segelintir elite.

Hindari Politik Identitas

Di tengah semangat Rosario dan Pilkada, kita juga harus waspada terhadap politik identitas yang kerap kali mengancam persatuan dan keadilan dalam masyarakat. NTT sebagai provinsi yang plural dan multikultural memiliki potensi besar untuk terjebak dalam isu politik identitas yang dapat memecah belah masyarakat.

Dalam Fratelli Tutti (2020), Paus Fransiskus mengingatkan akan bahaya politik eksklusif yang hanya menguntungkan kelompok tertentu. Ia menekankan pentingnya inklusivitas dan solidaritas sosial sebagai dasar dalam membangun masyarakat yang harmonis.

Politik identitas sering kali digunakan untuk menarik simpati pemilih dengan cara yang manipulatif. Dalam konteks Pilkada, politisasi agama bisa menjadi ancaman serius jika digunakan untuk memecah belah masyarakat berdasarkan perbedaan keyakinan. Padahal, semangat Rosario adalah semangat persatuan dalam doa dan iman, bukan pemecah belah.

Oleh karena itu, masyarakat NTT, terutama umat Katolik, perlu bijak dalam menyikapi dinamika politik ini. Jangan mudah terprovokasi oleh narasi yang memecah belah, melainkan fokus pada penilaian terhadap kapabilitas dan integritas calon pemimpin.

Rosario, dengan seluruh nilai kesederhanaan dan kedalaman spiritualnya, mengajarkan kita untuk melihat politik sebagai sarana pelayanan, bukan perebutan kekuasaan.

Menuju Pilkada Bermartabat

Menjelang Pilkada serentak 27 November 2024, hemat saya Bulan Rosario memberikan kesempatan bagi masyarakat NTT, khususnya umat Katolik, untuk merenungkan makna dari sebuah kepemimpinan yang sejati. Politik harus kembali kepada esensinya, yakni pelayanan kepada masyarakat dan pencarian kebaikan bersama.

Nilai-nilai Rosario seperti keadilan, kasih, dan pengorbanan perlu menjadi landasan dalam memilih dan menjalankan kekuasaan.

Masyarakat NTT, dengan warisan spiritualitas yang kaya, memiliki potensi besar untuk menjadikan Pilkada ini sebagai momentum untuk mengembalikan politik kepada jalur yang bermartabat. Dengan menjadikan nilai-nilai iman dan kebajikan sebagai dasar, kita berharap Pilkada 2024 dapat menghasilkan pemimpin yang jujur, berintegritas, dan mampu membawa perubahan nyata bagi NTT yang lebih baik.

Seperti yang dikatakan oleh Paus Fransiskus, “Politik adalah salah satu bentuk tertinggi dari cinta kasih, karena ia melayani kebaikan bersama.” Maka, mari kita menyambut Pilkada dengan semangat doa Rosario yang membawa kedamaian, keadilan, dan harapan bagi NTT.


*Penulis adalah alumnus Filsafat IFTK Ledalero, Seminari Tinggi Ritapiret, Maumere

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA