Ruteng, Ekorantt.com – Yayasan Ayo Indonesia mendorong penyandang disabilitas di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai agar bisa berwirausaha mandiri.
Koordinator Program Disabilitas Yayasan Ayo Indonesia, Yeremias Susanto mengatakan, para penyandang disabilitas di Manggarai sangat kesulitan mengakses lapangan kerja formal.
Sebab itu, Yayasan Ayo Indonesia didukung dengan stimulan fund mendorong wirausaha mandiri.
“Di bulan Mei 2024 Candra gabung program Kubik (Kelompok Usaha dan Bisnis Inklusif) dengan 24 teman disabilitas lainnya,” ungkap Jery, sapaan karib Yeremias Susanto, merujuk pada Kristoforus Chandra Segau, 27 tahun, seorang penyandang disabilitas fisik yang tergabung dalam program Kubik pada Sabtu, 19 Oktober 2024.
Dalam berwirausaha, Ayo Indonesia menemukan beberapa kendala yang dihadapi, seperti tidak adanya distribusi modal bagi penyandang disabilitas dan kurangnya pelatihan peningkatan kapasitas.
Jery berkata, selain mendapat modal usaha dari Kubik, Yayasan Ayo Indonesia juga mendorong peningkatan kapasitas penyandang disabilitas dan keterampilan wirausaha mereka lewat rangkaian kegiatan, seperti training wirausaha, mentoring, coaching, serta berkonsultasi dengan pakar soal wirausaha selama dua tahun.
“Kami hanya ingin membuktikan bahwa apakah benar anggapan masyarakat pada umumnya bahwa disabilitas tidak mampu bekerja. Ternyata anggapan itu tidak berdasar sama sekali. Mereka dapat mandiri dan berdaya selama diberi kesempatan dan dukungan yang positif,” terang Jery.
Kios Sederhana Candra Segau
Salah satu penerima program Kubik, Kristoforus Chandra Segau kemudian membuka usaha warung sembako yang lokasinya persis di halaman rumahnya di Nekang, Ruteng, Kabupaten Manggarai.
Berbagai jenis sembako berjejer rapi di etalase. Sebagiannya gantung di tali yang membentang di dalam kiosnya yang berukuran sekitar 1,5 x 2 meter. Di bagian depannya bertuliskan “Kios Sederhana Candra Segau”, nama kios yang merujuk pada namanya.
“Banyak yang datang belanja di sini,” kata Chandra kepada Ekora NTT pada Jumat, 18 Oktober 2024.
Chandra mengisahkan, awalnya dia menjual barang dagangannya itu menggunakan gerobak. Namun, seiring usahanya berkembang, Chandra kemudian membangun sebuah bangunan kios. Bangunan baru itu lebih aman dan luas.
Ia bermimpi, suatu hari nanti, kios kecilnya akan berkembang menjadi “Chandra Mart,” yang bisa mempekerjakan sesama penyandang disabilitas.
Mulanya, kata dia, dirinya tidak punya modal sedikit pun. Beruntungnya, dia mendapat sokongan dari Yayasan Ayo Indonesia, lembaga yang berbasis di Ruteng. Sokongan itu berupa uang sebesar Rp5 juta.
“Kami juga ikut pelatihan wirausaha dan mendapat bantuan modal,” ucap pria kelahiran 1997 itu.
Dua bulan setelah itu, ia mendapatkan panggilan untuk mengikuti pelatihan berwirausaha oleh Ayo Indonesia. Mereka juga dilatih tentang bagaimana mengatur keuangan yang bailk.
Kondisi fisiknya memang kaku. Salah satu pahanya tampak berat untuk digerakkan, dan tangannya pun tidak berfungsi seperti seharusnya. Namun, ia tidak patah semangat di tengah keterbatasan fisiknya.
Chandra berkata, hal itu dilakukan demi mempertahankan hidup keluarganya. Sebab, dia adalah putra sulung yang juga memiliki tanggung jawab bagi keluarga.
“Semuanya harus berani memulai,” tutur Chandra.
Butuh Pemberdayaan
Disabilitas seringkali dipandang sebagai kelompok yang harus diempati. Akan tetapi, mereka akan lebih mandiri bila ada pemberdayaan, sebagai ruang mereka untuk berinovasi.
“Kami butuh pemberdayaan, bukan bantuan,” katanya.
Misalkan, ucap dia, bantuan sembako dari pemerintah ataupun relawan kemanusiaan. Bantuan itu memang baik, tetapi sifatnya hanya sementara. Berbeda dengan bantuan pemberdayaan, akan lebih produktif bagi kaum disabilitas.
Chandra berharap, pihak pemerintah mesti membuka ruang bagi disabilitas, terutama bagi para disabilitas lain yang belum mendapat kesempatan mengikuti berbagai pelatihan. Selain itu juga diberi kesempatan untuk melibatkan bekerja di lembaga.
Ia bilang, dalam usaha memang muncul berbagai tantangan. Tetapi, semuanya akan terlewati bila dilakukan dengan tekun dan konsisten. Meski tak menyebutkan jumlah keuntungannya, Chandra tetap berkomitmen bertahan dalam usaha yang digelutimya.
“Saya berharap semakin banyak penyandang disabilitas yang berani memulai berwirausaha,” tutupnya.