Maumere, Ekorantt.com – Kepala Bandara Frans Seda Maumere, Partahian Panjaitan mengatakan bahwa tidak beroperasinya penerbangan dampak erupsi Gunung Ile Lewotobi di Kabupaten Flores Timur berdampak pada pergerakan penumpang dan barang.
“Yang paling terasa dampaknya pada angkutan penumpang dan barang. Sudah tiga bulan dua minggu pesawat tidak masuk,” kata Partahian Panjaitan, dihubungi Ekora NTT, Jumat, 1 November 2024.
Jika penerbangan normal, kata Partahian, bisa disimak data pergerakan penumpang dan barang selama bulan Mei 2024 yang dilayani Wings Air mengoperasikan pesawat ATR 72-600 dan Nam Air B-737-500.
Dikatakannya, pada Mei 2024, Wings Air datang dan berangkat masing-masing 47 kali sedangkan Nam Air 12 kali penerbangan datang dan berangkat. Kedua penerbangan mendatangkan 4.242 penumpang dan memberangkatkan 4.431 orang penumpang.
Bagasi yang masuk sebanyak 30.104 dan berangkat 28.592. Sedangkan kargo yang datang sebanyak 24.997 dan berangkat 9.658.
Dijelaskannya, Bandara Frans Seda sudah dibuka, namun maskapai Wings Air dan Nam Air mengirimkan surat cancel flight alias pembatalan penerbangan.
Beberapa hari ini, kata Partahian, ruang udara tidak terdampak abu vulkanik Gunung Lewotobi, namun harus dimonitoring dan dievaluasi setiap saat.
Manajemen Wings Air maupun Nam Air belum menjelaskan cancel flight yang berlaku pada dua maskapai itu.
Harus diakui bahwa usaha di sektor wisata ikut terdampak akibat tidak beroperasinya penerbangan dari dan ke Bandara Frans Seda di Kota Maumere, Pulau Flores, Provinsi NTT.
Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Kabupaten Sikka, Ignas Kasar mengatakan usaha di sektor wisata seperti usaha hotel, restoran, usaha perjalanan wisata, dan UMKM ikut tiarap di tengah situasi seperti sekarang.
Puncaknya, kata Ignas, terjadi pada Juni sampai Agustus 2024. Tamu dari Eropa yang semula telah menjadwalkan perjalanan wisata ke Maumere batal datang.
Kendati begitu, masih ada tamu asing yang masuk dari arah barat melalui Ende dan arah timur dari Larantuka ke Maumere, tutur Ignas.
Di sisi lain, tidak beroperasinya penerbangan ke Maumere berdampak penerimaan retribusi dan pajak daerah.
Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Sikka, Paul Prasetyo berkata, “Kalau tidak tamu yang menginap, sudah pasti tidak ada penerimaan daerah.”
Sejumlah agenda kegiatan pemerintahan maupun swasta yang semula dijadwalkan akan berlangsung di Maumere dibatalkan atau dialihkan ke kota lainya karena tidak ada penerbangan ke Bandara Frans Seda.
“Contohnya pelaksanaan puncak Hari Koperasi Nasional tingkat Provinsi NTT dipusatkan di Kota Maumere. Hanya sedikit peserta yang datang,” ujarnya.
Dia tak bisa memastikan sampai kapan penutupan operasional pesawat ke Maumere, mengingat erupsi Gunung Lewotobi di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores masih berlangsung.
Penulis: Eginius Moa