Maumere, Ekorantt.com – Tidak beroperasinya penerbangan dari dan ke Bandara Frans Seda di Kota Maumere, Pulau Flores, Provinsi NTT selama enam sampai tujuh bulan, berdampak anjloknya pengguna jasa angkutan udara.
Tidak hanya itu, usaha di sektor wisata seperti usaha hotel, restoran, usaha perjalanan wisata, dan UMKM semakin tiarap.
Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Kabupaten Sikka, Ignas Kasar menuturkan bahwa usaha perjalanan wisata hanya sekitar 10 persen operasional. Selebihnya tiarap tak bisa memberikan pelayanan kepada wisatawan.
Ia mengatakan puncak dampak itu terjadi pada Juni sampai Agustus 2024. Pesanan perjalanan dari Eropa ke Maumere dibatalkan.
“Musim liburan, tamu-tamu yang semula telah menjadwalkan perjalanan wisata ke Maumere batal datang. Dampaknya hampir 90 persen tamu asing luar negeri,” kata Ignas kepada Ekora NTT, Jumat, 1 November 2024.
Ignas mengatakan, meskipun banyak wisatawan asing membatalkan perjalanan wisata ke Maumere, tetap ada juga tamu asing yang masuk dari arah barat melalui Ende dan arah timur dari Larantuka ke Maumere.
“Ini menandakan bahwa destinasi wisata di Maumere dan Kabupaten Sikka masih diandalkan untuk dikunjungi wisatawan. Sekalipun tidak ada penerbangan ke Maumere, wisatawan datang lewat jalan darat,” imbuh Ignas.
Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Sikka, Paul Prasetyo, mengatakan tidak beroperasinya penerbangan ke Maumere berdampak penerimaan retribusi dan pajak daerah.
“Pajak hotel dan restoran tergantung banyaknya tamu yang menginap dan makan minum di restoran dan hotel-hotel. Kalau tidak tamu yang menginap, sudah pasti tidak ada penerimaan daerah,” kata Paul kepada Ekora NTT, Kamis, 31 Oktober 2024 di Maumere.
Paul mengatakan ada sejumlah agenda kegiatan pemerintahan maupun swasta yang semula dijadwalkan akan berlangsung di Maumere dibatalkan atau dialihkan ke kota lainya karena tidak ada penerbangan ke Bandara Frans Seda.
“Contohnya pelaksanaan puncak Hari Koperasi Nasional tingkat Provinsi NTT dipusatkan di Kota Maumere. Hanya sedikit peserta yang datang,” ujarnya.
Dia tak bisa memastikan sampai kapan penutupan operasional pesawat ke Maumere, mengingat erupsi Gunung Lewotobi di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores masih berlangsung. Debu letusan berdampak pada terganggunya lalu lintas penerbangan dari dan ke Bandara Frans Seda Maumere.
Erupsi pertama Gunung Lewotobi terjadi pada 23 Desember 2023. Sejak itu terjadi silih berganti letusan dengan tingkat kerawanan dan dampak berbeda.
Selanjutnya erupsi besar terjadi pada malam pergantian tahun, 31 Desember 2023 ke tahun baru 1 Januari 2024. Dampak letusan itu membuat kepanikan dan pengungsian menghindari lokasi letusan.
Erupsi besar berlanjut pada 9 Januari 2024, hingga statusnya dinaikkan ke Level IV (Siaga). Sampai saat ini, Pemkab Flores Timur masih menetapkan status siaga darurat.
Penulis: Eginius Moa