Maumere, Ekorantt.com – Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores meletus Minggu malam atau Senin dini hari, 4 November 2024 sekitar pukul 00.30 Wita tak didahului perubahan Status Siaga Level III.
Namun tanda alam yang sering dipercaya oleh warga akan terjadi sesuatu musibah telah mendahului letusan yang menewaskan sepuluh orang warga.
Pengalaman itu diungkapkan Kepala Desa Hokeng Jaya, Gabriel Bala Namang dan Kepala Desa Klatanlo, Petrus Muda, kepada Ekora NTT pada Rabu, 6 November 2024.
Gabriel menuturkan selama tiga hari berturut-turut sebelum terjadi letusan, setiap pukul 03.00-pukul 04.00 Wita, dia sering mendengar suara Burung Ketuo (bahasa setempat artinya burung setan).
Dari suaranya, Burung Ketuo terbang dari arah barat ke timur melintasi desa-desa yang kini terdampak berat letusan Lewotobi Laki-laki, dari Desa Hokeng Jaya, Desa Klatanlo, Desa Dulipali, dan seterusnya.
“Sudah sering saya dengar suara burung ini. Saya miliki pengalaman, kalau ada suara burung ini pertanda tidak baik akan terjadi. Selama ini, selalu ada orang yang meninggal dunia. Dalam hati saya, siapa lagi yang akan meninggal dunia,” kisah Gabriel.
Setelah letusan, Gabriel akhirnya mafhum suara burung mistik selama tiga malam berturut menjelang pagi benar terjadi.
Gunung Lewotobi Laki-laki meledak memuntahkan segala jenis material menerjang pemukiman warga dan menewaskan 10 orang.
“Saya selalu berpikir rasional, apakah suara burung ini ada hubungan dengan letusan gunung? Tapi pertanda alam itu benar terjadi. Musibah terjadi dan ada warga meninggal dunia,” ujar Gabriel.
Keadaan lain, Gabriel teringat keadaan cuaca hari Minggu sore sampai malam terasa gerah dari keadaan hari-hari sebelumnya. Menjelang tengah malam, guntur dan kilat sambar menyambar disertai hujan sebelum letusan besar dari gunung tersebut.
Gambaran serupa teramati pada puncak Gunung Lewotobi Laki-laki. Tiga sampai empat hari sebelum letusan, Gabriel menyaksikan awan berwarna hitam menyelimuti puncak gunung.
Gabriel termasuk anggota grup status Gunung Lewotobi selalu mendapat update informasi PVMG Lewotobi mengakui tidak mendapat informasi terbaru status Siaga Level III Gunung Lewotobi LLakilaki pada Minggu 3 November 2024.
“Kami semua tidak pernah duga akan terjadi ledakan besar dari Gunung Lewotobi Laki-laki ,” imbuh Gabriel.
Kepala Desa Klatanlo, Petrus Muda, mengakui tidak ada informasi terbaru perubahan Status Siaga Level III hingga Minggu malam,3 November 2024.
“Hari Minggu pagi (3 November 2024) hanya ada pemberitahuan lewat media sosial dari PVMG Lewotobi. Aktivitas terlarang dalam radius 3 kilometer dari gunung. Informasi ini biasa-biasa saja seperti hari-hari sebelumnya, sehingga saya langsung menghapusnya. Nanti memori (HP) saya penuh,” ujar Petrus.
Penyampaian informasi berantai melalui media sosial tentang aktivitas Gunung Lewotobi, demikian Petrus, secara rutin dilakukan petugas PVMG Lewotobi.
Tidak ada sama sekali informasi terbaru yang dikeluarkan, sehingga warga desa setempat melakukan aktivitasnya seperti hari-hari sebelumnya, kata Petrus.
Sehari setelah letusan terjadi Petrus bertemu petugas PVMG Lewotobi, Herman.
Kepada Petrus, Herman mengatakan perangkat komunikasi tidak berfungsi normal diduga karena petir dan kilat sambar menyambar nyaris tak berhenti.
“Bunyi batu dan pasir bikin rebut, warga peranjat bangun keluar rumah. Saat itu listrik langsung padam. Dalam kondisi lelap langsung terkejut bangun tidur, kami semua lari dalam suasana gelap. Suasana malam itu sangat mencekam,” Petrus Muda mengenang musibah letusan itu.
Penulis: Eginius Moa