Kupang, Ekorantt.com – Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi NTT mengadakan kegiatan refleksi Gerakan Sekolah Sehat (GSS) 2024 bersama dinas pendidikan se-Provinsi NTT.
Gerakan Sekolah Sehat (GSS) 2024 telah ditetapkan di 96 sekolah binaan, mulai dari TK/PAUD hingga SMA,serta lima Sekolah Luar Biasa (SLB) dan tiga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di NTT.
Kepala BPMP NTT, Herdiana mengatakan, refleksi GSS 2064 merupakan upaya menghadirkan sekolah yang lebih sehat dan berdaya di Provinsi NTT.
Kegiatan ini sekaligus mengeksplorasi potensi kolaborasi untuk menguatkan ketahanan pangan lokal, serta mendukung kebijakan Beragam,Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) yang dipimpin oleh Badan Pangan Nasional (BPN).
“GSS tidak hanya jadi momen evaluasi, tetapi juga memperkuat sinergi dengan program Makan Bergizi dan inisiatif penganekaragaman pangan lokal, serta menciptakan dampak kesehatan holistik bagi warga sekolah,” tulis Herdiana dalam rilis yang diterima Ekora NTT pada Sabtu, 9 November 2024.
Herdiana mengakui bahwa GSS sebagai program yang memiliki banyak irisan dengan program nasional terutama yang berfokus pada kesehatan dan gizi warga sekolah.
Gerakan Sekolah Sehat, kata Herdiana, tidak hanya tentang kesehatan fisik, tetapi juga melibatkan aspek mental, lingkungan, dan ketahanan pangan.
“Untuk mencapai dampak yang optimal, kolaborasi multi-stakeholder sangat diperlukan, terutama dalam program B2SA dan Makan Bergizi,”ujarnya.
Ia juga mengapresiasi kontribusi Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang bekerja sama dengan ICRAF (International Centre for Research inAgroforestry) dan BPMP NTT yang telah menerapkan Kurikulum Muatan Lokal berbasis ketahanan pangan di 20 SD dan 10 SMP sejak Agustus 2024.
Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana ketahanan pangan lokal dapat menjadi bagian penting dari kesejahteraan warga sekolah.
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan di BPN, Rinna Syawal menyoroti dukungan penuh pemerintah melalui Perpres 81 Tahun 2024 yang mendorong percepatan penganekaragaman pangan berbasis potensi lokal.
“Peran sekolah sangat vital dalam mengedukasi siswa tentang pentingnya gizi beragam untuk hidup sehat dan produktif. Kurikulum lokal juga bisa menjadi wadah untuk menanamkan nilai-nilai ini sejak dini,” jelasnya.
Koordinator ICRAF NTT, Yeni Fredik Nomeni mengatakan, proses ini melibatkan guru penggerak dari sekolah-sekolah yang menjadi sasaran program yang memastikan bahwa kurikulum ini relevan dengan kebutuhan daerah.
Kegiatan refleksi, kata Yeni, tidak hanya menutup perjalanan satu tahun pelaksanaan GSS, tetapi juga membuka peluang kolaborasi antar-berbagai pemangku kepentingan di tahun mendatang.
“Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dinas pendidikan, dan organisasi non-pemerintah diharapkan terus berkembang untuk mencapai kesejahteraan berkelanjutan bagi warga sekolah di seluruh NTT dan Indonesia,” harapnya.
Refleksi Gerakan Sekolah Sehat (GSS) yang dilaksanakan di Hotel Sylvia Kupang dari 7-9 November 2024 juga menghadirkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten TTS, Musa S. Benu.
Kadis Musa diberikan kesempatan membagikan proses penyusunan kurikulum pangan lokal yang melibatkan tujuh tahap, mulai dari identifikasi kebutuhan hingga evaluasi bersama dan implementasi.