Tokoh-tokoh Agama di Ende Serukan Politik Riang Gembira Jelang Hari Pencoblosan

Romo Frederikus berharap agar pilkada di Ende bisa berlangsung aman, damai, dan riang gembira, sebagaimana diharapkan Uskup Keuskupan Agung Ende, Mgr Paulus Budi Kleden, SVD dalam surat gembalanya terkait pilkada.

Ende, Ekorantt.com – Vikaris Episkopal (Vikep) Kevikepan Ende, Keuskupan Agung Ende Romo Frederikus Dopo mengajak masyarakat untuk menyukseskan pelaksanaan pilkada Ende 2024.

Romo Frederikus berharap agar pilkada di Ende bisa berlangsung aman, damai, dan riang gembira, sebagaimana diharapkan Uskup Keuskupan Agung Ende, Mgr Paulus Budi Kleden, SVD dalam surat gembalanya terkait pilkada.

“Yang pertama bapak uskup mengharapkan sebagai anggota gereja tidak boleh golput,” ujar Romo Frederikus, Senin, 25 November 2024.

Dia mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan dalam memilih kepala daerah, sebab menurutnya kontestasi Pilkada dilakukan lima tahun sekali, tetapi rasa kekeluargaan antar umat beragama di Ende dibangun sejak lama dan akan sampai selama-lamanya.

“Boleh berbeda pilihan, tetapi kita tetap satu keluarga yakni Umat Tuhan,” ujarnya.

“Mari kita jaga kerukunan antar umat beragama, jangan sampai pilkada ini menjadi sumber pertikaian dan perpecahan dalam keluarga dan wilayah.”

Romo Frederikus juga berpesan kepada masyarakat untuk menghindari praktik politik uang. Memilih pemimpin berdasarkan rekam jejak, bukan karena uang.

“Jangan tergoda karena uang akhirnya kita memilih orang yang salah lima tahun ke depan. Kita akan susah. Pilihlah pemimpin karena rekam jejaknya,” terangnya.

Kata Romo Frederikus, pilkada harus lakukan dengan penuh suka cita dan riang gembira, supaya bisa melahirkan pemimpin yang tepat untuk memimpin Ende dan NTT lima tahun kedepan.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Ende, Abdullah Syukur mengatakan Pilkada merupakan pemilihan kepala daerah bukan pemimpin agama. Dirinya meminta kepada segenap umat muslim di Kabupaten Ende untuk menghindari politik yang bersifat SARA.

Abdullah juga berpesan kepada umat muslim untuk tetap menjaga marwah demokrasi di kota rahim Pancasila, jangan sampai dinodai praktik politik uang.

“Hindari politik uang, sebab itu dosa. Kalau ada yang datang serangan fajar, sama sekali tidak diperbolehkan oleh agama,” ujar Abdullah kepada Ekora NTT saat dijumpai di kediamannya, Senin, 25 November 2024.

Politik uang, kata dia, merusak moral serentak merusak tatanan demokrasi yang sudah dibangun selama ini.

Umat Muslim, pesan dia, mesti memilih pemimpin berdasarkan kemampuan dan kompetensi serta visi-misi yang disampaikan selama masa kampanye.

“Siapapun pemenangnya itulah pemimpin kita yang harus kita hormati bersama,” ujarnya.

Kepada penyelenggara dan juga pengawas Abdullah berpesan untuk bekerja sesuai regulasi yang berlaku agar proses pelaksanaan pilkada berjalan dengan baik dan lancar.

“Jalankan sesuai pedoman regulasi yang berlaku,” tutupnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Pendeta GMIT Syalom Ende Godfried Elmarthen Soan. Godfried mengajak kepada segenap jemaat agar berpartisipasi dan menolak praktik politik uang dalam pelaksanaan pilkada 27 November 2024.

“Mari kita jaga proses demokrasi kita, pilihlah sesuai hati nurani, artinya ketika memilih, kita bawa itu dalam doa,” ujarnya.

Menurutnya proses pilkada merupakan proses bersama. Ia meminta agar pelaksanaan pilkada dilakukan dengan riang gembira, sehingga semua proses dapat berjalan dengan aman dan damai.

“Berbeda pilihan boleh, tapi jangan sampai merusak hubungan yang sudah dibangun. Pilkada dilakukan 5 tahun sekali jangan nodai demokrasi ini hanya karena ambisi,” tuturnya.

“Mari kita jaga proses ini. Kita semua yang mengikuti kontestasi ini, kita percaya bahwa Tuhan memilih kita, dan Tuhan telah memperhitungkan setiap langkah kita,” pungkasnya.


Penulis: Antonius Jata

spot_img
TERKINI
BACA JUGA