Kilas Balik Erupsi Gunung Anak Ranaka di Manggarai

Hasil evaluasi Badan Geologi, kata dia, berdasarkan pengamatan visual selama periode 1 November – 2 Desember 2024 tidak ada anomali asap dari kawah ataupun kubah utama.

Ruteng, Ekorantt.com – Gunung Anak Ranaka merupakan gunung api yang berada di Desa Ranaka, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai- Flores, Nusa Tenggara Timur.

Menukil data vsi.sdm.go.id, Nampar Nos, sebutan lain gunung api ini, memiliki ketinggian kurang lebih 2247,5 mdpl, dengan tipe gunung api strato.

Aktivitas vulkanik gunung api ini menjadi menarik sejak lahirnya Gunung Anak Ranaka yang diawali letusan 28 Desember 1987.

Saat itu letusan freatik diawali getaran gempa bumi, disusul kepulan asap yang mencapai ketinggian antara 3.000 – 4.000 meter di atas titik letusan.

Akibatnya, abu letusan paling tebal menyebar ke arah timur hingga mencapai Rana Mese yang berjarak sekitar 3 kilometer dari lubang letusan.

Tercatat 17 kali letusan kuat dan 200 kali lemah hingga hingga 3 Januari 1998.

Pada 9 Januari 1988 terlihat adanya sinar api yang cukup terang. Hal ini menunjukkan adanya magma yang naik ke permukaan bumi melalui lubang letusan.

Kemudian 10 Januari 1988 kubah lava Gunung Anak Ranaka dapat dilihat dengan jelas berwarna abu-abu kehitaman.

Lalu 11 Januari 1988 terjadi letusan besar dengan ketinggian asap sekitar 8.000 meter yang disertai luncuran aliran awan panas menuju Wae Reno dan Wae Teko, persis di bagian utara gunung api tersebut.

Pada 17 Januari 1988, kubah lava sudah mempunyai ketinggian 100 meter dengan panjang lidah lavanya di sungai Wae Reno sekitar 600 meter.

Sementara hasil pengukuran tim vulkanologi pada 21 Januari 1988, kubah lava mempunyai volume 5 juta meter kubik. Sedangkan volume seluruh hasil erupsi Gunung Anak Ranaka sekitar 9 juta meter kubik.

Agustus 1988, volume kubah lava mencapai 18,8 juta meter kubik. Akibatnya, ada destabilisasi yang disebabkan gravitasi dan juga dorongan dari gerakan magma dari dalam perut gunung api tersebut.

Ini menyebabkan sering terlihat adanya longsoran dan diikuti oleh terbentuknya aliran awan panas yang menuju Wae Reno dan Wae Teko. Juga saat itu dipicu oleh adanya hujan tumpukan material gunung api yang telah membentuk aliran lahar.

Aliran lahar yang terbentuk ini menerjang dan merusak jembatan Wae Teko dan Wae Reno.

Aktivitas Naik ke Level Waspada

Gunung Anak Ranaka naik level dari normal ke waspada sejak Selasa, 3 Desember 2024.

Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangannya mengungkapkan, hasil evaluasi aktivitas vulkanik periode 1 November – 2 Desember 2024 terlihat jelas Gunung Anak Ranaka hingga tertutup kabut. Hal ini berdasarkan pengamatan visual.

“Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah Utara, Barat, dan Barat Laut. Suhu udara sekitar 15 – 28 derajat celcius,” tulis Muhammad.

Ia menjelaskan, kegempaan yang terekam pada periode ini antara lain; 18 kali gempa low frequency (LF), satu kali gempa vulkanik dangkal, 25 kali gempa vulkanik dalam.

Terekam gempa yang berkaitan dengan aktivitas tektonik, yakni 57 kali gempa tektonik lokal dan 132 kali gempa tektonik jauh.

Hasil evaluasi Badan Geologi, kata dia, berdasarkan pengamatan visual selama periode 1 November – 2 Desember 2024 tidak ada anomali asap dari kawah ataupun kubah utama.

Hasil pengamatan lapangan, tampak asap yang bersumber di bawah kubah di sisi barat laut dan barat daya. Aktivitas asap berwarna putih tipis dengan intensitas lemah.

Sementara kegempaan masih didominasi oleh rekaman yang berkaitan dengan aktivitas tektonik, baik itu berupa gempa tektonik lokal maupun tektonik jauh dan menunjukkan peningkatan signifikan.

“Gempa low frequency (LF) menunjukkan peningkatan signifikan bila dibandingkan bulan Oktober 2024,” jelas Muhammad.

Ia mengatakan, kemunculan gempa LF mengindikasikan adanya resonansi aliran fluida (magma/gas/uap air) yang mengisi rongga, pipa atau rekahan di bawah Gunung Anak Ranaka.

Sedangkan kemunculan gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam mengindikasikan adanya proses peretakan batuan akibat dari adanya suplai magmatik dangkal dan dalam yang mengubah stress atau tekanan pada tubuh Gunung Anak Ranaka.

Mohammad pun masyarakat di sekitar Gunung Anak Ranaka maupun pengunjung wisatawan atau pendaki agar tidak mendekati, memasuki dan beraktivitas di dalam radius satu kilometer dari kawah aktif.

“Pemerintah Daerah, BPBD di kabupaten senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Anak Ranaka di Desa Ranaka, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung, Provinsi Jawa Barat,” pinta dia.

Muhammad berjanji tingkat aktivitas Gunung Anak Ranaka akan dievaluasi kembali secara berkala maupun jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan.

“Tingkat aktivitas dianggap tetap jika evaluasi berikutnya belum dikeluarkan,” katanya.

Tetap Tenang

Pengamat gunung api Anak Ranaka, Andrik Kurnia Adi Pratama membenarkan adanya surat keterangan dari Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid terkait status Gunung Anak Ranaka dari level normal ke waspada.

“Untuk masyarakat terutama yang berada di radius sekitar gunung api diharapkan tetap tenang dan mengikuti instruksi sesuai dengan surat edaran yang telah dikeluarkan,” kata Andrik.

Bupati Manggarai Herybertus G.L Nabit pun mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak boleh panik.

“Jangan mudah percaya hoaks, pastikan sumber informasi resmi dari sumber terpercaya,” kata Nabit dalam keterangan yang diterima awak media, Rabu, 4 Desember 2024.

Ia kemudian menganjurkan masyarakat agar mencari informasi resmi perkembangan aktivitas vulkanis Gunung Anak Ranaka melalui website Badan Geologi, website Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) atau Aplikasi Magma Indonesia yang dapat diunduh di Google Play Store atau media sosial PVMBG (Facebook, Twitter dan Instagram PVMBG).

Selanjutnya, Nabit meminta masyarakat di sekitar Gunung Anak Ranaka maupun pengunjung wisatawan atau pendaki agar tidak mendekati, memasuki, dan beraktivitas di dalam radius satu kilometer dari kawah aktif.

“Masyarakat diminta waspada terhadap semua kemungkinan situasi yang terjadi. Masyarakat harus berada pada radius lima kilometer dari kawah Gunung Berapi Anak Ranaka,” katanya.

Nabit juga memerintahkan para camat agar meneruskan informasi ini kepada seluruh masyarakat melalui kepala desa atau lurah di wilayah kerja masing-masing.

Ia menambahkan, Pemerintah Kabupaten Manggarai selalu berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan semua stakeholder kebencanaan seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), TNI, Polri, PMI, Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kabupaten Manggarai, Karitas Keuskupan Ruteng, dan unsur lainnya dalam mengantisipasi dan menghadapi risiko bencana.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA