Maumere, Ekorantt.com – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. TC Hillers Maumere menjadi sorotan setelah kasus kematian seorang pasien bernama Antonius HP pada Selasa, 14 Januari 2025.
Antonius diduga meninggal dunia setelah gagal dioperasi pada Selasa malam karena tidak adanya dokter anestesi.
Dia sebelumnya mengeluh sakit pada perut bagian kanan bawah. Pihak keluarga pun mengantarnya ke rumah sakit pada Kamis, 9 Januari 2025.
Selama di rumah sakit, menurut penuturan keluarga, Antonius menjalani perawatan di Ruang Dahlia sembari menunggu waktu untuk dioperasi.
Saat menanti proses operasi, keluarga merasa tidak ada kejelasan dari pihak rumah sakit, hingga Antonius meninggal dunia karena disinyalir ususnya pecah.
Kerabat Antonius, Marthen Luther Adji mengaku prihatin dengan pelayanan RSUD TC Hillers. Sepengetahuannya, ada dua dokter anestesi di rumah sakit itu. Namun satunya masih cuti, sedangkan satunya lagi sudah selesai masa kontrak.
“Waktu saya datang, saya lihat pasien sudah drop. Saya tanya mereka, alasan dokter anestesi tidak ada, sehingga tidak dilakukan tindakan operasi,” kata Marthen yang juga seorang anggota DPRD Sikka.
“Lalu saya desak supaya pasien dibawa ke ruang ICU, itu pun karena mereka lihat ada lambang DPRD di baju saya, kalau tidak pasien dibiarkan begitu saja di Ruang Dahlia,” ujarnya.
Marthen menambahkan, keluarga sempat disarankan oleh pihak rumah sakit agar Antonius dirujuk ke Ende atau Larantuka, mengingat di sana ada dokter anestesi.
“Tapi mereka tidak menjamin soal keselamatan pasien. Saya sangat kecewa dengan pola pelayanan di rumah sakit sini. Padahal kita baru rapat di DPRD, karena ada kasus yang hampir sama, yaitu kematian ibu dan bayi diduga akibat kelalaian dokter,” tuturnya.
Direktur RSUD TC Hillers, dr. Clara Francis menuturkan, Antonius semula dalam kondisi yang stabil, bahkan sudah bisa buang air besar. Kemudian ada perubahan karena sudah bisa buang air besar.
Akan tetapi situasi berubah pada Senin, 13 Januari 2015. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG, kata Clara, terdapat cairan di perut pasien akibat usus buntu yang pecah.
Di tengah situasi demikian, pasien harus menjalani operasi agar tidak ada komplikasi lebih lanjut. Ditambah lagi, kata Clara, pasien juga menderita penyakit jantung yang kian memperparah kondisinya.
Clara menuturkan, saat merencanakan operasi, pihak rumah sakit terkendala karena tidak ada dokter anestesi. Dua dokter anestesi tidak berada di situ. Satunya sudah habis masah kontrak sejak 5 Desember 2024.
Dengan kondisi ketiadaan dokter anastesi, kata dia, “kami harus merujuk pasien ke rumah sakit lain. Ini adalah prosedur yang harus diikuti karena anestesi adalah bagian dari kompetensi yang tidak bisa digantikan oleh dokter lain.”
Akan Evaluasi
Atas kejadian itu, Penjabat Bupati Sikka Adrianus Firminus Parera atau yang akrab disapa Alfin Parera mengatakan, pemerintah akan mengevaluasi seluruh kebutuhan dan ketersediaan dokter ahli termasuk dokter anestesi.
“Kita punya dua dokter anestesi, tetapi yang satu sedang cuti, dan yang satu sudah habis masa kontraknya setelah dikonfirmasi tidak mau memperpanjang kontraknya,” ujar Alfin Parera kepada wartawan di Maumere, Jumat, 17 Januari 2024.
Menurutnya, kebutuhan dokter anestesi di RSUD TC Hillers Maumere harus terpenuhi karena bertanggung jawab memberikan pembiusan kepada pasien yang hendak menjalani prosedur operasi.
Selain itu, kebutuhan operasi di RSUD TC Hillers juga cukup besar karena menjadi rumah sakit rujukan di daratan Flores. Oleh karena itu, pihaknya akan mengupayakan penambahan dokter anestesi.
“Ada harapan-harapan terkait sarana prasarana sedang kami godok, soal tingkat kesejahteraan dokter dan sebagainya akan kami evaluasi,” terang Alfin Parera.
Sementara itu, Anggota DPRD Kabupaten Sikka, Yoseph Karmianto Eri menyayangkan ketiadaan dokter anestesi di Rumah Sakit TC Hillers Maumere, padahal sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Terkait situasi kekosongan dokter di rumah sakit, kata dia, “Pertanyaannya ialah sejauh mana langkah Dokter Clara sebagai Direktur RSUD TC Hillers Maumere mengatasi dokter anestesi yang masa kontraknya sudah selesai.”
Menurut dia, RSUD C Hillers Maumere merupakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Karena itu, pimpinan di rumah sakit harus tahu langkah selanjutnya.
“BLUD itu otonom sehingga direktur punya kewenangan mengambil langkah untuk mengatasi ketiadaan dokter anestesi,” ujarnya.
“Ketika dokter anestesi yang satunya izin cuti, maka sebagai direktur harus paham, kalau dokter anestesi yang satunya sudah habis masa kontrak maka dokter yang satunya jangan diberikan cuti.”
Langkah selanjutnya, kata Yoseph, Penjabat Bupati Sikka harus mengambil langkah-langkah strategis untuk segera mencari dokter anestesi. Kemudian, memperpanjang masa kontrak dokter yang sudah habis masa kontrak.
“Dia (Penjabat Bupati Sikka) harus segera berkomunikasi dengan dokter anestesi yang habis masa kontrak tersebut,” ujar Yoseph.
Ia menilai Direktur RSUD TC Hillers Maumere selama ini tidak pernah melakukan rapat-rapat resmi untuk mengevaluasi kinerja dokter ahli di rumah sakit itu.
“Direktur tidak pernah melakukan rapat evaluasi. Saya melihat seperti itu. Kita akan panggil Direktur RSUD TC Hillers Maumere untuk rapat bersama,” pungkas Yoseph.