Bajawa, Ekorantt.com – Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Ngada kembali mengadakan pekan penerimaan anggota baru (PPAB). Kegiatan ini berlangsung di Kantor Desa Ekoroka, Kecamatan Golewa selama dua hari, 1-2 Februari 2025.
Ketua GMNI Cabang Ngada Bonevantura Goan menjelaskan pekan penerimaan anggota baru merupakan langkah awal bagi calon anggota baru untuk mengenal organisasi dan nilai-nilai yang dianut.
Dalam kegiatan pekan penerimaan anggota baru, kata Bonevantura, calon anggota baru dilatih menjadi kader yang kritis, solutif, dan mampu mengamalkan nilai-nilai organisasi.
“Calon anggota baru mesti belajar nilai-nilai organisasi secara baik,” ujarnya saat membuka kegiatan.
Menurutnya, kader GMNI dididik untuk berdiri dan berjuang bersama rakyat. Apa yang dialami oleh rakyat harus menjadi landasan perjuangan dari kader-kader GMNI.
“Jika kebijakan itu berpihak kepada rakyat kecil atau kaum marhaen maka kita akan membangun sinergitas untuk tetap mengawal kebijakan tersebut,” tandas Bonevantura.
Sebaliknya, kata dia, jika kebijakan negara tidak berpihak kepada rakyat kecil maka GMNI sebagai garda terdepan yang melakukan perlawanan demi menuntut keadilan bagi seluruh rakyat yang kecil.
Elyas Fernando Selis selaku pengurus DPC GMNI Cabang Ngada, berharap agar anggota baru mampu menjadikan momen pekan penerimaan anggota baru sebagai wadah untuk belajar dan mengembangkan diri.
“Jadilah kader yang berintegritas, berjiwa kepemimpinan, serta memiliki semangat kebersamaan,” ujarnya.
Dia juga menekankan kepada anggota baru untuk selalu menjunjung tinggi nilai gotong-royong dalam membangun kebersamaan.
Sementara itu, mewakili alumni GMNI Ngada Theobaldus Keo mengapresiasi keputusan anggota baru untuk bergabung dalam wadah organisasi GMNI. Keputusan itu perlu diapresiasi karena di tengah gempuran kemajuan teknologi, banyak orang tidak lagi peduli pada keadaan sosial sekitar.
“Generasi sekarang memiliki banyak pilihan, apakah menjadi mahasiswa sontoloyo terbawa arus hedonisme atau menjadi generasi yang kritis atas upaya penghambat kemajuan bangsa,” ujarnya.
“Kita berada pada kondisi itu, bagaimana pemudanya apatis dengan melihat kondisi sosial, pola pikir tergerus oleh perkembangan teknologi dan minim rasa solidaritas sesama anak bangsa dan rawan upaya pecah belah,” tambahnya.
“Saya bangga ketika hari ini mahasiswa sebagai agen perubahan memilih turun berjuang untuk kepentingan masyarakat. Ini menandakan masih ada api-api perjuangan sebagai pijakan berpikir,” pungkasnya.