Maumere, Ekorantt.com – Penerapan program makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Sikka tidak berjalan lancar. Hari kedua pelaksanaannya, SMAK Frater Maumere, satu dari tujuh sekolah yang ditetapkan menerima program, tidak mendapatkan jatah makan siang.
Pada hari pertama, kata Kepala SMA Frater Maumere, Frater M. Oswald, BHK, program berjalan terlambat hampir dua jam dari waktu yang ditetapkan dan sebagian besar siswa tidak dapat makan.
“Siswa kelas 10 yang mestinya sudah pulang, kami tahan untuk terima makan MBG. Tetapi makan datang terlambat dan kurang. 250 siswa tidak dapat makan dan kami pulangkan,” kata Oswald di ruangannya kepada wartawan, Selasa, 18 Februari 2025.
Mestinya, kata dia, makan siang terjadi pada pukul 12.20, sesuai aturan sekolah yang telah diterapkan jauh sebelum program MBG hadir, karena pada pukul 12.55 siswa kembali ke kelas untuk pelajaran berikutnya.
“SMA ini, kita tahu, sangat disiplin. Jam 6.45 siswa sudah masuk. Kalau kita datang dengan seragam baru terlambat, siswa tidak percaya kita,” kata dia.
Imbas dari keterlambatan tersebut, kata dia, sekolah terpaksa menghentikan aktivitas kelas selama dua jam pelajaran. Jika penerapan program selalu terlambat ke depannya, akan mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah.
Pada hari kedua, siswa tidak dilayani. Selama Ekora NTT berada di SMAK Frateran Maumere dari pukul 12.10 hingga 13.50, pengelola program MBG tidak muncul.
Kata Oswald, “kalau dari jadwalnya hari ini kita terima, karena kemarin sudah berjalan walaupun makanan kurang.”
Hingga siswa pulang sekolah, penyedia MBG tidak membawa makan siang untuk para siswa. Siswa pulang tanpa makan.
Tanpa bermaksud menolak program, Oswald menyarankan agar pelaksanaan program MBG bisa dialihkan ke sekolah lain yang siswanya lebih membutuhkan.
Alasan penolakan itu, kata dia, “agar pembelajaran siswa tidak terganggu” dan “karena orang tua siswa mampu memberikan makan yang baik dan bergizi bagi anak-anak mereka.”
Siswa Kelas XI F SMAK Frater, Fren Tukan, mengaku lapar karena tidak siapkan uang jajan lebih karena berharap makan siang yang dijanjikan dari MBG, tetapi tidak diberikan.
“Hari ini tidak dapat makanan. Makan belum datang, ini sudah jam pulang sekolah. Kami lapar karena kami kira makanan jadi datang. Kami tidak bawa uang jajan lebih,” keluh Fren.
Penulis: Eginius Moa & Risto Jomang