Ruteng, Ekorantt.com – Di tengah hiruk-pikuk pemilihan ketua dan wakil OSIS yang berlangsung pada Sabtu, 15 Maret 2025, belasan siswa terlihat sibuk merapikan berbagai produk makanan ringan di meja-meja kelas.
Mereka bekerja dalam kelompok masing-masing, dengan meja-meja yang dipenuhi oleh beragam camilan hasil olahan kreatif para siswa.
Para siswa itu merupakan kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Ruteng. Mereka sedang melakukan pagelaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 dengan tema Kewirausahaan.
Beberapa guru memborong produk yang dijual para siswa tersebut.

Manfaatkan Pangan Lokal
Koordinator P5 Kelas VI, Bertonia Hastuti Pon mengatakan, sebagian besar produk yang dihasilkan oleh siswanya berasal dari tanaman lokal yang ada di sekitar lingkungan.
Para siswa memilih untuk mengolah bahan pangan lokal seperti singkong dan pisang menjadi berbagai jenis makanan ringan.
Selain lebih hemat biaya, mereka juga melihat potensi besar dari pangan lokal yang “menjanjikan di dunia pasar.”
“Kami menekankan kepada mereka agar pengeluaran jangan sampai lebih banyak daripada pemasukan,” ujar Bertonia.
Beberapa produk yang dihasilkan oleh siswa antara lain onde-onde dan lemet, yang keduanya terbuat dari bahan dasar singkong.
Para siswa juga membuat keripik singkong dengan tiga varian rasa: manis, pedas, dan orisinal. Ada juga pisang cokelat keju dan keripik pisang yang turut diproduksi.
Bertonia menambahkan, para siswa juga membuat abon pisang dan banana boat.
Sementara itu, di kelompok lain, para siswa menciptakan rebok, makanan khas Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang terbuat dari olahan beras.
Produk-produk ini tidak hanya memperkenalkan kekayaan pangan lokal, tetapi juga memberikan peluang bagi siswa untuk mengasah kreativitas dan keterampilan kewirausahaan mereka.
Temukan Ide Bisnis
Sebelum memulai berwirausaha, siswa terlebih dahulu melakukan pengenalan wirausaha serta menemukan ide bisnisnya, kata Bertonia.
“Selain itu juga mengemas produk yang dijual dan strategi pemasarannya.”
Kemudian, para siswa ditugaskan untuk melakukan wawancara dengan wirausahawan yang ada di sekitar, termasuk menanyakan tantangan dan peluang bisnis.
“Dari situlah muncul mereka punya ide,” tuturnya.
Bertonia bilang siswa tidak hanya belajar membuat produk, tetapi juga belajar bagaimana menghitung keuntungan setiap produk.
“Kami juga ajarkan mereka untuk membuat slogan yang menarik dari produk yang mereka hasilkan seperti desain stiker-stiker yang ada di kemasan,” tegasnya.
Ia pun mengapresiasi siswa yang selalu aktif sejak tahap pengolahan hingga sampai ke pemasaran.
Ke depan sekolah berpikir tentang kampanye pangan lokal sebagai pangan alternatif yang sekarang lagi galakkan di tengah krisis iklim.
“Itu nanti akan menjadi ide bagi kami,” katanya.
Dia berharap pengalaman ini menjadi modal bagi siswanya yang ketika nanti berorientasi ke bisnis.
“Siapa tahu mereka mau jadi wirausahawan sudah tahu apa yang mereka perlu siapkan dan apa yang mereka lakukan,” ucapnya.
“Kami ingin mendorong agar anak-anak kami jadi orang yang sukses,” tambahnya.
Pelaksana Tugas Kepala SMP Negeri 7 Ruteng, Aloisius Gambang mengatakan pelatihan wirausaha bukan pertama kali dilakukan untuk para siswa. Kegiatan seperti ini mesti berkelanjutan sehingga berdampak positif bagi pelajar.
“Bukan hal baru. Tahun lalu kita sudah laksanakan pengenalan produk lokal ini,” pungkasnya.