Kupang, Ekorantt.com – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena, memastikan bahwa pemerintah akan memulangkan jenazah guru korban kekerasan asal NTT yang terjadi di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Hal tersebut disampaikan Melki Laka Lena usai rapat paripurna bersama DPRD NTT pada Senin, 24 Maret 2025.
“Tadi malam jam 2 saya sudah berkomunikasi dengan Bupati Flores Timur untuk pemulangan jenazah,” kata Melki.
Selain berkoordinasi dengan Bupati Flores Timur, Antonius Doni Dihen, Gubernur Melki juga telah menjalin komunikasi dengan diaspora keluarga besar NTT di Papua.
Ia mengaku sudah berkoordinasi dengan pemerintah Papua untuk memastikan bahwa warga NTT yang berada di Kabupaten Yahukimo mendapatkan perlindungan yang baik.
“Saya sebagai kepala daerah sangat prihatin dengan kejadian ini, karena ini menyangkut warga kami. Kami pastikan, mudah-mudahan kejadian seperti ini tidak terjadi lagi di masa mendatang,” ujar Melki.
Sementara itu, Anggota DPRD NTT, Viktor Mado Watun, mengutuk keras aksi kekerasan yang menimpa warga NTT di Papua.
Kecaman tersebut disampaikan Viktor saat rapat paripurna yang juga dihadiri oleh Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Melki – Johni.
“Sebagai warga NTT dan anggota dewan, saya mengecam keras aksi kekerasan yang dialami korban,” tegas Viktor.
Anggota DPRD NTT dari Fraksi PDIP ini juga meminta pemerintah untuk segera melakukan koordinasi dan komunikasi lebih lanjut dengan pemerintah Papua guna memastikan keselamatan warga NTT, terutama para tenaga pendidik dan medis yang bekerja di daerah tersebut, yang kini merasa terancam.
Viktor juga menyoroti tingginya angka warga NTT yang mengabdi sebagai guru dan tenaga medis di Papua, khususnya di Kabupaten Yahukimo, yang kini merasa terancam keselamatannya.
Sebelumnya, anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyerang beberapa guru dan tenaga kesehatan asal NTT di Kampung Anggruk, Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan pada Jumat, 21 Maret 2025 lalu.
Akibat dari serangan segerombolan anggota OPM tersebut menyebabkan satu orang guru perempuan meninggal. Dia adalah Rosalia Rerek Sogen, 29 tahun, asal Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Serangan pasukan OPM juga mengakibatkan tiga orang luka berat yakni Fidelis de Lena, 32 tahun, dan Kosmas Paga, 29 tahun, keduanya berpofesi sebagai guru, dan Irmawati Nenobahan, 26 tahun, yang berprofesi sebagai tenaga kesehaan.
Sedangkan tiga guru lainnya menderita luka ringan yakni Vantiana Kambu, 32 tahun, Dionisa Taroci More, 27 tahun, dan Penus Lepi, 33 tahun.