62 Bumil di Sikka Berisiko Tinggi, Jangan Sampai ‘Sikka Berduka’ Lagi Tanpa Dokter Anestesi

“Rencana Sikka bahagia, menuju Maumere Baru jadinya Sikka penuh air mata.”

Maumere, Ekorantt.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka mencatat 62 ibu hamil (bumil) berisiko tinggi dalam kurun waktu April hingga Mei 2025.

Hal tersebut disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Sikka, Petrus Herlimus kepada wartawan usai rapat dengar pendapat bersama DPRD Sikka terkait ketiadaan dokter anestesi di RSUD TC Hillers Maumere pada Kamis, 10 April 2025.

Petrus mengatakan, ke-62 bumil itu masuk kategori sangat berisiko karena “terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering, dan terlalu banyak.”

“Mereka tidak mesti beroperasi caesar, tapi sangat berpotensi ke sana,” jelasnya.

Untuk mengantisipasi itu hal-hal yang tidak diinginkan, kata dia, pihaknya berusaha untuk melakukan berbagai upaya.

“Para tenaga kesehatan dan bidan akan melakukan pendampingan terhadap 62 bumil. Kan ada perkiraan partus, kalau dalam H-7 ada kondisi kritis yang butuh rujuk, kita akan rujuk,” kata Petrus.

Petrus berkomitmen akan mendampingi secara ketat terhadap 62 bumil itu.

Pilihan merujuk dilakukan karena hingga saat ini belum ada dokter anestesi di RSUD dr TC Hillers Maumere.

Sebelumnya, kata dia, terdapat dua dokter anestesi yang mengakhiri kontrak di akhir tahun 2024, tetapi tidak diperpanjang karena tidak sepakat dengan pemerintah terkait intensif.

Untuk mendatangkan dokter anestesi ke RSUD dr TC Hillers Maumere, kata Petrus, ia akan berkomunikasi dengan manajemen Rumah Sakit St. Elizabeth Kewapante.

“Kalau tidak berhasil, itu sudah di luar kemampuan saya,” pungkasnya.

Anggota DPRD Sikka dari Fraksi Gerinda, Stef Say mengatakan perlu intervensi pemerintah karena persoalan yang ada bukan hanya faktor ketiadaan dokter anestesi, tetapi faktor ekonomi juga jadi penyebab.

“Kalau keluarga bumil tidak mampu membayar, Pemda mesti bisa bantu,” kata Stef.

Menurutnya, dua kasus kematian ibu hamil dan anaknya pada 9 April 2025 terjadi akibat keterbatasan ekonomi. Untuk itu, intervensi pemerintah sangat diperlukan.

Stef juga menyoroti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sikka Bupati sebelumnya, yang mencanangkan tahun 2024 untuk Sikka bahagia.

“RPJMD untuk tahun ini sebenarnya Sikka bahagia, tetapi dengan kejadian akhir-akhir ini, jadinya Sikka berduka,” kata Stef.

“Rencana Sikka bahagia, menuju Maumere Baru jadinya Sikka penuh air mata.”

Stef berharap agar masalah ini bukan hanya disorot soal ketiadaan dokter anestesi, tetapi juga dukungan ekonomi masyarakat untuk dapat mengakses fasilitas kesehatan yang ada.

Sementara itu, Bupati Sikka, Juventus Prima Yoris Kago mengatakan pihaknya melakukan langkah jangka pendek untuk memastikan layanan medis di RSUD TC Hillers tetap berjalan, sembari menunggu kepastian dari Kemenkes.

“Yang paling cepat yang akan kami lakukan, akan saya koordinasikan dengan pihak rumah sakit (TC Hillers), untuk kita berkoordinasi dengan Rumah Sakit Kewapante, karena ada dokter anestesi di situ, supaya beliau bisa bantu dulu di Rumah Sakit TC Hillers, itu yang paling dekat,” kata Juventus kepada wartawan, Kamis, 10 April 2025.

Kata dia, komunikasi intensif dengan pihak Kemenkes telah dilakukan, termasuk mengirimkan laporan terkait kematian ibu dan bayi kepada Direktorat Jenderal Kesehatan.

Solusi jangka menengah, menurutnya, Pemda sedang menjajaki kerja sama dengan tenaga medis dari Kabupaten Nagekeo, yang diharapkan bisa mengisi kekosongan sementara.

TERKINI
BACA JUGA