Larantuka, Ekorantt.com – Gebyar PAUD Gugus Elan yang digelar di Desa Nuhalolon, Kecamatan Solor Barat, Flores Timur, pada Jumat, 16 Mei 2025, menjadi ajang unjuk kreativitas sekaligus pengingat pentingnya masa emas perkembangan anak. Acara tahunan itu diikuti oleh 227 siswa dari 12 lembaga PAUD di wilayah tersebut.
Camat Solor Barat, Petrus Kera Kewuan, dalam sambutannya menekankan pentingnya keterlibatan seluruh pihak dalam mendukung pendidikan usia dini.
Menurutnya, momen gebyar bukan hanya perayaan, melainkan ruang untuk bertukar pikiran tentang masa depan anak-anak, guru, dan lembaga PAUD.
“Maksud kita berkumpul di sini adalah saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk membangun pendidikan anak-anak, untuk menyadari tentang masa depan mereka,” kata Petrus.
Ia mengingatkan pentingnya masa 1.000 hari pertama kehidupan anak sebagai periode emas yang menentukan masa depan mereka. Selain itu, usia 3–5 tahun juga dinilai krusial untuk menempatkan anak dalam lembaga PAUD.
“Pastikan gizi anak, lalu pastikan mereka di PAUD. Setelah dia sehat, kita pastikan dia cerdas dan memiliki karakter yang baik,” ujarnya.
Petrus juga mendorong pemerintah desa agar memberi perhatian pada peningkatan kualifikasi pendidik PAUD.
Ia menyebut guru PAUD idealnya bergelar sarjana (S-1) PAUD.
“Bagi guru yang masih tamatan SMA, pemerintah desa harus membuat perencanaan dan menganggarkan untuk mendukung mereka mengikuti kuliah jarak jauh,” kata dia.
Gebyar bertema “Jadilah Lilin Kecil yang Menerangi Kegelapan” itu diisi dengan berbagai kegiatan seperti perayaan ekaristi, deklamasi syair daerah, peragaan busana daur ulang, senam, nyanyian, dongeng, bercerita dalam bahasa Inggris, dan tari-tarian.
Ketua Gugus PAUD Elan, Floriana Walen Moton menyatakan, kegiatan tersebut dirancang untuk membentuk karakter dan melatih keberanian anak.
“Gebyar sengaja dibuat untuk melatih mental anak, agar mereka bisa berdiri sendiri dan berani tampil,” ujar Floriana.
Senada dengan itu, Koordinator TK–SD Wilayah Solor, Petrus Suban Uran, mengingatkan bahwa PAUD bukan tempat anak digenjot calistung (membaca, menulis, dan berhitung), melainkan ruang bermain dan pembentukan dasar karakter.
“Di PAUD mereka hanya bermain. Tapi bukan berarti mereka harus bisa calistung. Jangan sampai guru PAUD disalahkan,” kata Uran.
Ia menambahkan, guru SD kelas 1 dan 2 telah dilatih dalam program transisi PAUD-SD agar dapat menerima anak-anak dengan latar belakang berbeda secara lebih adaptif.
Acara yang telah berjalan selama 18 tahun dan berpindah-pindah desa itu juga dihadiri para kepala desa, kepala sekolah, bunda PAUD, ketua BPD, serta perwakilan gereja dan masyarakat. Pada penutupan acara, diumumkan bahwa Desa Daniwato akan menjadi tuan rumah Gebyar PAUD tahun 2026.
Jurnalis Warga: Afryantho Keyn